Kisah Militer RI
Tidak dengan Baret Merahnya, Kisah Kopassus Bisa Sapu Bersih Musuh saat Jalani Misi di Timor Timur
Tidak dengan Baret Merahnya, Kisah Kopassus Bisa Sapu Bersih Musuh saat Jalani Misi di Timor Timur
TRIBUNJAMBI.COM - Selalu ada kisah menarik nan heroik dari Komando Pasukan Khusus (Kopassus).
Satu ini menceritakan kisah Kopassus saat dikirim ke Timor Timur menjalankan misi super rahasia.
Diketahui, Selain bertempur para prajurit Kopassus juga dibekali kemampuan infiltrasi ke wilayah lawan tanpa terdeteksi.
Satu di antaranya misi rahasia Komando Pasukan Khusus yang satu ini.
• Jadwal Liga Inggris 18 Juni hingga 3 Juli 2020, Manchester City Vs Arsenal di Laga Pembuka!
• Info Cuaca di Sejumlah Daerah di Indonesia Besok, Selasa (8/6), Warga Diminta Persiapkan Jas Hujan
• YLKI Jambi: Camat Alam Barajo Bisa Diproses Hukum Karena Tak Patuhi Azas Pelayanan yang Baik
Kopassus dikirim untuk memasuki wilayah Timor Timur atau sekarang bernama Timor Leste.
Pasukan Kopassus waktu itu masuk ke wilayah Timor Timur tanpa menggunakan seragam dan baret merah kebanggaan.
• Satu-satunya Wakil ASEAN, Timnas Indonesia Tunggu Undian Piala Asia U-16 2020 pada 18 Juni 2020
• Jaksa dan Pengacara Fathuri Rahman Debat di Persidangan, Ungkit Keterangan Saksi Ahli Cacat Hukum
• Senin Depan PKS Bakal Bakal Undang Pihak Tertentu, Rudi Wijaya: Ada Kejutan
Ketika militer Indonesia (ABRI) berencana akan melakukan operasi militer ke Timor Timur (sekarang Timor Leste) demi mendukung rakyat yang mau berintegrasi dengan RI, langkah awal yang ditempuh adalah melancarkan operasi intelijen terlebih dahulu.
Demi melancarkan operasi intelijen itu, Badan Koordinasi Intelijen Negara (Bakin) mendirikan semacam markas (safe house) di Motaain, Belu, NTT yang berfungsi untuk membentuk jaringan dengan kelompok-kelompok pro integrasi yang ada di Tim-Tim.
Petinggi Bakin yang mengendalikan operasi intelijen di Motaain adalah Ketua G-1/Intelijen Hankam, Mayjen Benny Moerdani.
Sebagai tokoh intelijen yang dikenal agresif, meskipun belum ada kepastian kapan operasi militer terbuka oleh ABRI dilaksanakan, Mayjen Benny diam-diam telah menyusupkan personel intelijennya.
• Mulai 2021 Gaji PNS Dipotong 2,5 Persen Buat Iuran Tapera, Bagaimana Dengan Karyawan Swasta?
• Rupiah Makin Perkasa Atas Dolar, Angin Segar Buat Petani Sawit, GAPKI: Sektor Lain Akan Turut Pulih
• Warga Suka Karya Dibekuk Polisi Saat Hendak Transaksi Sabu
Para personel Kopassus yang tergabung dalam tim kecil intelejen tersebut dinamakan tim Nanggala.
Sebagai tim kecil intelijen Kopassus, personel Nanggala berada di bawah organisasi (military order) Pasukan Sandiyudha (Kopassandha).
Sejak itulah, seluruh operasi Sandiyudha (intelijen tempur) dalam bentuk tim-tim kecil diberi nama sandi Nanggala.
Tim Nanggala tersebut menggunakan senjata non organik TNI yaitu AK 47.
Dalam berbagai pertempuran sepanjang tugas operasi di Timor Portugis selain AK 47 anggota Nanggola 2 juga menggunakan RL atau Rocket Launcher.
Para awak pesawat militer dan awak pesawat sipil yang mendukung operasi ini juga berstatus sebagai sukarelawan.
Penerbang militer yang menerbangkan pesawat sipil dengan registrasi PK seperti Pelita Air Service atau Dirgantara Air Service, biasanya mengenakan baju putih dan celana biru tua seperti lazimnya awak pesawat komersial.
Tetapi di samping kursi penerbang dan mekanik terdapat senapan serbu G-3 atau AK-47.
Satu diantara tim Kopassanda yang dikirim yakni tim Nanggala 2 dari Grup 2 Sandi Yudha.
• Kecelakaan Tunggal di Kawasan Rajawali Tewaskan Dua Remaja, Ibu Korban Histeris
• Begini Ledekan Sule ke Andre Taulany Usai Pamit dari Ini Talkshow NET TV, Sebut Isi Acara TV Turki
• Polisi Muara Bulian Bingung Cara Ngomong dengan Penembak Wajah Pawit, Gangguan Jiwa
Sepanjang penugasan di Timor Timur tim ini dikenal juga sebagai The Blue Jeans Soldiers.
Alasan kenapa mereka dijuluki seperti itu tak lain dan tak bukan disebabkan oleh pakaian yang dikenakan prajurit Komando ini semua dari bahan blue jins.
Tak satupun anggota Tim ini menggunakan atribut pasukan Baret Merah.
Selama di medan perang mereka menggunakan pakaian sipil dengan seledang kain Timor menutupi tubuhnya.
Kebanyakan dari prajurit itu juga mengenakan Topi yang memiliki kekhasan Timor.
Para personel intelijen yang akan bertugas secara sangat rahasia itu dipimpin oleh Kolonel Inf Dading Kalbuadi yang juga komandan pasukan elite, Grup-2 Para Komando (Parako) atau Komando Pasukan Sandi Yuda (Kopassanda ).
Tugas utama Kolonel Dading bersama anak buahnya adalah memasuki wilayah Tim-Tim sebagai sukarelawan dan tanpa menunjukkan identitas sebagai pasukan elit.
Jika dalam tugas-tugasnya sebagai personel intelijen sampai menimbulkan bentrokan senjata dan gugur, maka negara tidak akan mengakuinya mengingat status mereka adalah sukarelawan.
Sekitar 250 personel Parako yang bertugas sebagai intelijen kemudian dikirim perbatasan NTT-Tim-Tim dan dalam penugasannya mereka selalu menyamar.
Ketika dikirim ke Atambua, NTT lalu ke Motaain, personel Parako menyamar sebagai mahasiswa yang akan melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN).
Sedangkan senjata yang dibawa dimasukkan ke dalam karung yang telah dibubuhi tulisan berbunyi ‘alat-alat pertanian’.
• BPBD Muarojambi Sosialisasi Penerapan New Normal, Pedagang Pasar Sengeti Diwajibkan Pakai Masker
• TPS Pilkada Serentak di Provinsi Jambi Bertambah 767 Unit
• Bak Pinang Dibelah Dua, Cantik Mella Rossa, Adik Via Vallen yang Dibilang Kembaran Sang Pedangdut
Tugas utama para personel Parako adalah menyusup ke Tim-Tim dalam bentuk kelompok kecil untuk membentuk basis-basis gerilya dan melakukan penyerangan.
Sebagai sukarelawan dan tidak bersetatus anggota militer dalam melaksanakan operasi intelijennya secara terbatas (limited combat intelligence) para personel Parako kebanyakan memakai celana jean dan kaos oblong serta jarang menenteng senjata.
Di kemudian hari ketika operasi militer ABRI secara terbuka untuk mendukung proses integrasi ke RI digelar, para personel Parako ternyata masih suka mengenakan celana jean dan kaos oblong.
Dengan gaya bertempur yang terkesan sangar tapi santai itu, Kopassanda, mengutip Hendro Subroto dalam Saksi Mata Perjuangan Integrasi Timor Timur (1996), pun mendapat julukan sebagai “The Blue Jeans Soldiers”.
Para anggota The Blue Jeans Soldier ini juga ikut memburu milisi Fretilin yang melarikan diri ke hutan-hutan dan gunung-gunung usai kota-kota besar di Timor Leste dikuasai TNI.
Fretilin yang kabur ke hutan ini dijuluki Kribo Hutan karena umumnya memiliki rambut kribo.
Mereka melakukan perlawanan secara gerilya, melancarkan serangan kepada pasukan TNI.
Para anggota The Blue Jeans Soldier ini ikut memburu mereka.
Soal The Blue Jeans Soldier juga bisa dikulik dari buku Hendro Subroto lainnya yang berjudul Operasi Udara di Timor Timur terbitan Pustaka Sinar Harapan (2005). (*)
• Tak Punya Kuota Internet Buat Ikuti Kelas Online,Seorang Remaja Nekat Bunuh Diri dengan Minum Racun
• Berniat Tagih Utang Rp 200 Ribu, Seorang Pria di Lampung Utara Tewas Ditusuk Teman Sendiri
• Camat Alam Barajo Tanggapi Soal Video Viralnya yang Sambangi Rumah Warga Keluhkan Air Mati
IKUTI KAMI DI INSTAGRAM:
NONTON VIDEO TERBARU KAMI DI YOUTUBE:
IKUTI FANPAGE TRIBUN JAMBI DI FACEBOOK: