Penculikan Anak
Blak-blakan Suku Anak Dalam Jambi, dari Cara Hidup s/d Stigma Penculikan Anak
Kelompok adat Suku Anak Dalam di Provinsi Jambi menjadi pembicaraan dalam kasus penculikan anak Makassar bernama Bilqis (4)
Lalu bagaimana Bang Robert melihat munculnya stigma yang mengaitkan Orang Rimba dengan kasus penculikan anak (Bilqis) ini?
Robert Aritonang: Saya melihat ini sebagai bentuk salah paham publik.
Kelompok seperti Orang Rimba justru sedang berada dalam posisi lemah.
Mereka kehilangan hutan, kehilangan sumber hidup, dan kini malah disudutkan oleh tudingan yang belum tentu benar.
Kita jangan sampai menghakimi kelompok yang sudah rentan.
Karena sejauh saya mengenal mereka, tidak ada kebiasaan atau perilaku seperti itu dalam budaya Orang Rimba.
Apakah Warsi masih melakukan pendampingan terhadap kelompok tersebut?
Robert Aritonang: Pendampingan masih dilakukan, tapi terbatas.
Kami tidak bisa menjangkau seluruh komunitas karena mereka tersebar di lima kabupaten.
Namun, komunikasi tetap berjalan melalui fasilitator dan tokoh adat atau tumenggung di masing-masing wilayah.
Bagaimana kondisi mereka pasca pemberitaan ini, Bang?
Robert Aritonang: Mereka dalam keadaan tertekan dan ketakutan.
Setelah kasus ini mencuat, banyak masyarakat sekitar memandang mereka dengan curiga.
Biasanya, dalam kondisi seperti ini, mereka akan memilih pindah ke tempat lain untuk menghindari tekanan sosial.
Sebagai antropolog yang lebih dari 25 tahun mendampingi masyarakat adat di Jambi, apa pesan Bang Robert untuk publik?
Robert Aritonang: Pertama, publik harus memahami bahwa Orang Rimba adalah bagian dari masyarakat Indonesia yang memiliki hak yang sama untuk hidup layak dan bermartabat.
Mereka perlu dibantu, bukan disalahkan.
Kedua, negara harus hadir lebih kuat, memastikan hak dasar mereka terpenuhi, yaitu pendidikan, kesehatan, permukiman, dan pengakuan identitas hukum.
Mereka bukan ancaman bagi masyarakat, melainkan warisan budaya yang mencerminkan keberagaman bangsa.
Terima kasih Bang Robert atas pencerahannya. Semoga wawancara ini bisa membuka pemahaman yang lengkap untuk publik dan meluruskan stigma terhadap Suku Anak Dalam dan komunitas Orang Rimba. (Tribun Jambi/Asto)
PENCULIKAN BILQIS:
- LINK BERITA PENCULIKAN ANAK KLIK INI
- Korban Bilqis Ramadhany
- Lokasi Makassar, Merangin, Jambi
- Tersangka warga Makassar Sulawesi Selatan Sri Yuliana (SY), warga Sukoharjo Jawa Tengah Nadia Hutri (29), warga Jambi bernama Mery Ana (42) dan Ade Friyanto Syaputera (36).
Baca juga: Top 7 Jambi 13/11/2025, Tulang Hewan Raksasa di Tanjabbar
Baca juga: AMAN Jambi Konfrontir Polisi di Makassar yang Sebut Culik Anak untuk Perbaikan Keturunan SAD
Baca juga: Kisah Bilqis Selama di Pemukiman SAD Merangin Jambi, Tidur dan Makan Mie Bersama Bapak-Bapak
penculikan anak
Bilqis
Makassar
Merangin
Jambi
SaksiKata
Suku Anak Dalam
Orang Rimba
KKI Warsi
Robert Aritonang
Multiangle
Eksklusif
Meaningful
| AMAN Jambi Konfrontir Polisi di Makassar yang Sebut Culik Anak untuk Perbaikan Keturunan SAD |
|
|---|
| Kisah Bilqis Selama di Pemukiman SAD Merangin Jambi, Tidur dan Makan Mie Bersama Bapak-Bapak |
|
|---|
| Ayah Bilqis Maafkan Penculik Anaknya di Makassar Dijual ke Jambi: Hukum Harus Tetap Dijalani |
|
|---|
| Anak Pelaku Penculikan di Makassar Panggil Bilqis untuk Bermain Sebelum Dibawa Kabur |
|
|---|
| Fakta Orang Rimba Jambi, di Balik Tudingan Penampungan Penculikan Bilqis Anak Makassar |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jambi/foto/bank/originals/ANTROPOLOG-KKI-Warsi-Robert-Aritonang.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.