Helrawaty merupakan perempuan berdarah Batak yang lahir di Tanjung Pura, Langkat, Sumatera Utara, 46 tahun lalu.
Baca juga: Ditpolairud Gagalkan Jual Beli 29 Kg Sisik Trenggiling dan 2 Kg Kayu Gaharu di Sijenjang Jambi
Menilik ke belakang, Helra, sapaan akrabnya, bercerita bagaimana harus berjuang bisa sampai di posisi saat ini.
Sejak duduk di bangku kelas tiga SMA, dia sudah mantap memantapkan hati ingin menjadi polisi.
Namun, langkah menuju cita-cita tak selalu mulus. Helra sempat gagal saat mendaftar menjadi seorang polisi.
Tapi, bukan Helrawaty namanya jika mudah menyerah.
Dia mempersiapkan diri untuk mengikuti tes lagi secara gigih. Bahkan, perempuan berparas cantik ini sempat nekat menulis surat kepada Presiden Republik Indonesia.
"Itu tekad saya. Saya memang ingin sekali jadi polisi," tuturnya mengenang usahanya dengan mata berbinar.
Baginya, menjadi bagian dari Polri adalah panggilan hati dan jalan hidup. Helra memilih untuk mengabdikan diri dan hadir di tengah masyarakat sebagai pengayom dan pelayan.
"Cita-cita saya ini sederhana. Kalau tidak jadi polisi, ya, sudah jadi satpam saja. Rendah cita-cita saya, karena saya bukan siapa-siapa. Saya ini delapan bersaudara," ujarnya.
"Get out of your comfort zone, you will discover extraordinary things," ujarnya.
"Keluarlah dari zona nyaman. Anda akan menemukan hal-hal yang luar biasa," kata Helra.
Kalimat tersebut bukan sekadar kutipan, tetapi wujud perjuangannya.
Ketekunan dan Keberanian
Lahir dari keluarga Batak yang sederhana dan dari delapan bersaudara, Helra tumbuh dalam nilai-nilai ketekunan dan keberanian.
Setelah mengikuti seleksi Polri, pada 1998, akhirnya Helra diterima sebagai siswa sekolah polwan.