Setahun kemudian, pada 1999, dia lulus dan mendapat tugas ke Aceh sebagai anggota Satreskrim.

Penugasan di Aceh menjadi momen Helrawaty Siregar ditempa. 

"Itu menempa saya, dengan kondisi Aceh pada saat itu. Insya Allah, tidak ada rasa takut," ujarnya tegas. 

Bertugas di bagian reserse kriminal yang memiliki kesan "maskulin", Helra hadir menjadi warna baru saat itu. 

Ia tak segan bersinggungan langsung dengan kegiatan yang bisa dibilang "mengerikan" bagi sebagian orang. 

"Ditempatkan di Satreskrim dengan kondisi Aceh saat itu, kita makin tertempa. Insya Allah  tidak ada rasa takut sama manusia. Kalau sama Allah, pasti. Jadi berjalan saja," tuturnya.

Di Reskrim, dia harus mengurus jasad korban pembunuhan, melakukan penyamaran untuk menangkap pelaku kejahatan, hingga mengumpulkan barang bukti. 

"Kalau ingat, sekarang, mungkin menakutkan. Tapi dulu itu seru," kata Helrawaty. 

Perempuan ramah ini menuturkan bahwa setiap menemukan kasus dan menemukan jasad korban kejahatan, selalu berdoa agar bisa mendapat petunjuk Allah SWT dan hal yang terjadi sebenarnya. 

"Paling tidak, kita berdoa, untuk Allah, untuk almarhum, untuk alam sekitar, tunjukkan kami, anggota Polri, saya, anggota saya. Jika ini benar sakit, tampaklah dari hasil dokter setelah visum. Kalau tidak, lihatkan tanda ke kami. Saya selalu doa itu," tuturnya.

Selama bertugas sebagai Kapolsek Jambi Selatan, Helra sudah banyak menemukan kasus-kasus pembunuhan.

Setiap kasus dan tugas di lapangan, membuat rasa empatinya tumbuh lebih dalam. 

Ibu Empat Anak

Di balik sosok tangguhnya sebagai anggota Polri, AKP Helrawaty Siregar juga ibu dari empat anak.

"Helza Tirta Laksana, Helza Izdihar Khalish, Helza Ibtihal Atha Kosy, dan Helza Qafisha Azyma," ujarnya menyebutkan nama buah hati.