Berita Internasional

Taktik Licik China Dalam Perseteruannya dengan AS, Analis Sebut Tiongkok Bisa Tarik Negara Sekutu

Editor: Andreas Eko Prasetyo
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Presiden China Xi Jinping

TRIBUNJAMBI.COM - Sudah mendidih tensi perseteruan antara China dengan Amerika Serikat. 

Memanasnya hubungan kedua negara itu disebut yang paling buruk selama satu dekade ini.

Bahkan kemunduran yang sangat drastis ini disebut memicu perang dingin yang bisa menyeret negara mana saja, termasuk sekutu.

Hubungan bilateral antar kedua negara besar ini dikabarkan memburuk beberapa hari terakhir.

Hal itu setelah pernyataan pemerintah AS mengenai apa yang melanda dunia saat ini setelah wabah virus corona berawal di Wuhan, China.

Penyaluran Herbisida Dinilai Lambat, Candra: Petani Harus Paham Prosedur

Ancaman Kim Jong Un ke Trump Agar Tidak Mengikuti Urusan Negara Lain Jika Ingin Pilpres AS Aman

Petani Pinang dan Kelapa Lega, Harga Naik Pasca Lebaran Didukung Kebijakan New Normal

Promo Get Ready For the New Normal ACE Hardware Trona JPM

Melansir South China Morning Post, beberapa waktu lalu, pemerintahan Trump telah mengancam untuk membatalkan kesepakatan perdagangan fase satu dan meningkatkan pemberlakuan tarif terhadap China.

China pun tak tinggal diam dengan tudingan mengenai sumber virus corona dari AS pada mereka.

Sejumlah diplomat China di beberapa negara pun akhirnya menyerang tokoh-tokoh politik AS melalui media sosial.

Hal itu pun dianalisis oleh para ahli politik dunia sebagai peringatan munculnya "perang dingin" baru.

PNS Bakal Dikenakan Kerja Sif, Menteri PAN-RB Koordinasi dengan PT KAI, Ini Kata Tjahjo Kumolo

KPU Ajukan Transfer Dana Pilkada Kedua, Nilainya Capai Rp 100 Juta

Ngotot Mau Debat Sama Menteri Jokowi, Nyatanya Rizal Ramli Tak Hadir saat Diminta Syarat Setimpal

Xinhua/Lan Hongguang
Diplomasi Prajurit Serigala China, Taktik Militer Negeri Panda untuk Menggulung Kekuatan Amerika

Melansir dari CNBC, perang dingin antara AS-China ini sangat berpeluang menyeret negara-negara lain terjerumus di dalam jurang konflik.

“Segala sesuatu akan menjadi lebih buruk, mungkin jauh lebih buruk, sebelum menjadi lebih baik. Fenomena ini sedang berlangsung,” jelas Dan Ikenson, direktur Herbert A. Stiefel Center untuk Studi Kebijakan Perdagangan di Cato Institute, merujuk pada perpecahan ekonomi antara dua ekonomi terbesar di dunia.

Menurutnya, Tiongkok kini mulai menargetkan sekutu dari Amerika yang sebut para analis sebagai taktik "diplomasi prajurit serigala".

Taktik tersebut merujuk pada sebuah film yang sangat populer di mana pejuang China mengalahkan musuh secara global.

Efisiensi Anggaran Rp 18 Miliar, KPU Jambi Siap Mulai Tahapan Pilkada

Prada Budi, Anggota TNI dari Suku Anak Dalam Jambi Jenguk Ayahnya, Sang Ayah Titip Pesan Buat KSAD

Gramedia Jambi Terapkan Protokol Kesehatan untuk Pengunjung dan Karyawan

Bahkan seperti situasi di Hong Kong belum lama ini yang masih menjadi bagian dari China bisa jadi pemicunya.

Diketahui bahwa China mengusulkan undang-undang keamanan baru untuk Hong Kong yang membuat warga Hong Kong pun turun ke jalan.

Padahal wilayah Hong Kong merupakan daerah China semi-otonom yang memiliki kedekatan hubungan perdagangan khusus dengan AS.

Presiden Amerika Donald Trump dengan cepat mengumumkan bahwa AS akan mencabut status preferensi kota.

Fatri Bantah Jalan yang Ditinjau Dewan Rusak: Mutu Beton Jalan Terjamin

Ramai Netizen Indonesia Gugat Kerajaan Belanda, Gegara Kereta Emas Bergambar Budak Orang Indonesia

Pemkab Bungo dan Unsur Forkopimda Tandatangai Enam Pakta Integritas Anti PETI, Ini Bunyi Poinnya 

"Hong Kong tidak lagi cukup otonom untuk menjamin perlakuan khusus yang telah kami berikan pada wilayah itu sejak negara kota bekas koloni Inggris itu dikembalikan ke China pada 1997," katanya seperti yang dikutip dari CNBC.

Christopher Granville dari perusahaan riset TS Lombard juga berpendapat hal yang sama.

Kejadian yang muncul baru-baru ini sebagai ketegangan "Perang Dingin 2.0" menurutnya.

Granville mengatakan dalam sebuah catatan, beberapa dari taktik diplomasi prajurit serigala sudah berlangsung.

Sebagai contoh, China menghentikan sementara impor daging sapi dari Australia setelah Negeri Kanguru itu menyerukan penyelidikan global tentang asal-usul virus corona.

1.800 Botol Minol Impor Dimusnahkan Kejari Jambi, Ahong Dihukum Setahun Penjara Denda Ratusan Juta

Mulai 10 Juni 2020 Jam Kerja ASN Kota Jambi Berubah, Ini Ketentuannya

Erick Thohir Pangkas 5 Direksi Pertamina, Begini Komentar Ahok dan Munculnya Nama-nama Baru

"Diplomasi prajurit serigala adalah pendekatan baru Tiongkok yang dilarang berlaku di dunia luar," tambah Edward Lucas dari Pusat Analisis Kebijakan Eropa dalam sebuah catatan bulan lalu.

Dia menambahkan: “Serangan balik terhadap diplomasi Wolf Warrior sedang tumbuh. Tiongkok memicu kemarahan di Australia, Kanada, Jerman, Belanda, dan Swedia - jika mengambil beberapa contoh baru-baru ini.”

Melansir dari South China Morning Post, Shi Yinhong, seorang profesor hubungan internasional di Universitas Renmin China sekaligus penasihat Dewan Negara Tiongkok mengungkap bahwa akan terjadi perang dingin model baru.

"Amerika Serikat dan China sebenarnya berada di era Perang Dingin yang baru," kata Shi.

Beda dengan Gerindra, PA 212 dan PKS Kompak Menolak Prabowo Subianto Maju Lagi di Pilpres 2024

Anggota DPRD Merangin Kunker ke Bengkulu Saat Pandemi Covid-19, Herman Efendi: Silakan Rapied Test

Daftar Harga Motor Matic Honda Terbaru - Honda PCX Mulai Rp 31 Jutaan, Honda Scoopy Rp 20 Jutaan

Dia menambahkan, “Berbeda dari Perang Dingin antara AS dan Uni Soviet, Perang Dingin baru antara AS dan China memiliki kompetisi penuh dan perputaran cepat. Hubungan AS-China tidak lagi sama dengan beberapa tahun yang lalu, bahkan tidak sama dengan beberapa bulan yang lalu.” (*)

Artikel Ini Telah Tayang di SOSOK.ID

IKUTI KAMI DI INSTAGRAM:

NONTON VIDEO TERBARU KAMI YOUTUBE:

IKUTI FANPAGE TRIBUN JAMBI DI FACEBOOK:

Berita Terkini