Korban Mutilasi

GEGER Politikus Kaya Tewas Dibunuh, Karena 'Jimat' Tongkat Soekarno: Mayat Terpotong 18 Bagian

TRIBUNJAMBI.COM - PADA 3 Juli 1993 akan ada ritual pelipatgandaan uang. Mona Fandey, mantan penyanyi pop

Editor: ridwan
kolase facebook/Surya/Istimewa
Ilustrasi --Sugeng | sketsa wanita korban mutilasi di Malang 

Tatkala menghabiskan uang panas itu, mereka tak mengingat Mazlan sama sekali.

Tak datang rapat

Beberapa hari setelah Mazlan terkubur di rumah Mona, para kerabat mulai curiga. Kemana Mazlan? Rasanya tak mungkin ayah dua anak yang begitu giat bekerja, absen tanpa kabar berhari-hari.

Baca: PENELITIAN BARU- Sering Menatap Ponsel Sambil Membungkuk Akan Mengubah Kerangka Tengkorak Manusia

Apalagi ia pun tidak hadir dalam rapat penting di Raub.

Rekannya, ADUN di Benta, Datuk Zuki Kamaludin akhirnya melapor ke polisi. Isi laporan, kemungkinan orang hilang atau diculik. Sebab ia sudah tidak muncul pada pertemuan resmi sejak tanggal 3 Juli 1993.

Polisi pun mulai melacak tempat-tempat yang sering dan yang terakhir didatangi Mazlan.

Diketahuilah kalau Mazlan lumayan sering berkunjung ke rumah sepasang bomoh. Segera polisi mendatangi rumah bercat putih itu.

Rumah itu kosong saat polisi datang. Di sanalah polisi mengetahui kalau Mona dan Affandi tidak tinggal berdua saja, tapi bersama Juraimi.

Pembantu Mona itu lalu dicari.

Tak perlu waktu lama bagi polisi untuk menemukannya, ia sudah tertangkap pada kasus narkoba, 13 Juli 1993. Kepada polisi, pada 19 Juli 1993, Juraimi mengatakan soal kepergian Mona dan Affandi, ke Kuala Lumpur.

Baca: FAKTA Limbad Bergelar Professor & DR HC, Kuasai 3 Bahasa Meski Jarang Bicara, Ini Buktinya

Namun ia masih menutupi perilaku bejat mereka. Polisi merasa tidak puas.

Rumah Mona dan Affandi kemudian digeledah. Ditemukan rekaman video, album foto, dan sertifikat milik Mazlan di rumah itu.

Polisi semakin yakin, hilangnya Mazlan sudah pasti berkaitan dengan trio ini.

Pengakuan beberapa saksi, Mazlan pernah terlihat bersama Mona dan Affandi keluar kampung Hulu Dong menggunakan mobil Mazlan.

Mobil itu pun kemudian dicari, namun nihil.

Akhirnya polisi membuat pengumuman di koran agar siapa saja yang melihat mobil itu segera melapor.

Beberapa hari kemudian, seorang salesman mengaku melakukan transaksi jual beli mobil yang dimaksud.

Mobil Mazlan dijual di Pudu, Kuala Lumpur. Penjualnya tak lain dan tak bukan adalah dua sejoli, Mona dan

Baca: Tak Hanya Membunuh, Edi Juga Kuras Barang Milik Mantan Istri

Affandi!

Polisi bergegas melakukan pelacakan. Mona dan Affandi ditangkap di Wangsa Maju, Kuala Lumpur tak lama setelah itu.

Saling tuduh

Mona dan Affandi berkilah saat ditanyai polisi. Mereka mengaku tidak tahu-menahu ke mana perginya Mazlan.

Tapi tak perlu waktu lama untuk memenjarakan mereka, sebab Juraimi akhirnya mengakui pembunuhan kejam itu.

Tanggal 23 Juli 1993, Juraimi menunjukkan tempat mayat Mazlan dikuburkan. Lubang kubur yang digali sendiri oleh Juraimi itu kemudian dibongkar.

Ditemukanlah potongan-potongan tubuh Mazlan yang sudah tak berbentuk lagi.

Malam itu gegerlah Kampung Pamah Dong, Ulu Dong, Raub Pahang. Apalagi diketahui, mayat itu adalah orang terpandang di wilayah itu.

Baca: Tak Hanya Membunuh, Edi Juga Kuras Barang Milik Mantan Istri

Di rumah itu juga ditemukan kapak dan parang yang digunakan untuk menghabisi nyawa Mazlan.

Harusnya Mona dan Affandi tak bila lagi mengelak.

Namun rupanya dengan wajah yang tenang, kedua orang itu masih saja berkilah.

"Betul kalau kami melakukan upacara mandi kembang, tapi tiba-tiba Juraimi masuk dan menebas leher Mazlan," kata Affandi.

Sedangkan Juraimi, mengaku membunuh dalam keadaan tidak sadar seolah sudah terhipnotis.

Namun pengakuan Mona dan Affandi terbantahkan dengan kenyataan bahwa mereka memang menginstruksikan Juraimi menggali lubang seminggu sebelum ritual upacara mandi kembang.

Termasuk juga Juraimi menyebutkan, Mona dan Affandi bahkan turut mengasah parang sebelum peristiwa itu terjadi.

Baca: Ternyata Teh Bercampur Susu Membahayakan Kesehatan, Seperti Kecemasan Ekstrem dan Keguguran!

Seminggu setelah penangkapan ketiga orang itu, ditemukan pula kerangka tubuh manusia di sebuah rumah di Terengganu.

Korbannya juga dimutilasi dan dikubur. Modus operandi yang sama seperti dilakukan Mona dan Affandi. Dicurigai keterlibatan mereka di situ.

Bekas rumah Mona dan Affandi di Kampung Nelayan, Teluk Gong, Klang juga turut digeledah.

Di situ ditemukan juga terkubur beberapa bagian tubuh manusia. Makin kuatlah bukti kejahatan suami-istri itu.

Apalagi pada kasus Mazlan, walau berkelit tidak melakukan penebasan pada leher Mazlan, keduanya terbukti ada pada tempat kejadian perkara saat itu.

Alhasil, perbuatan mereka sudah termasuk dalam pembunuhan berencana dalam hukum Malaysia.

Artinya, walau Juraimi yang menebas leher Mazlan, Mona dan Affandi juga harus bertanggung jawab. Karena mereka melakukan perencanaan pembunuhan bersama-sama.

Baca: FAKTA Terbaru, Norman Kamaru Ungkap Alasan Berhenti Jadi Polisi, 3 Kali Sidang hingga Dipecat

Hukum gantung

Artinya, walau Juraimi yang menebas leher Mazlan, Mona dan Affandi juga harus bertanggung jawab. Karena mereka melakukan perencanaan pembunuhan bersama-sama.

Ketiganya dinyatakan bersalah dan dijatuhi hukuman mati digantung.

Putusan dibacakan 9 Februari 1995. Mereka akan ditahan di Penjara Kajang, Malaysia, untuk menanti kematian.

Anehnya, Mona dan Affandi malah tersenyum mendengar keputusan pengadilan itu.

Tampak ceria

Khusus Mona, cukup aneh, sebab kelihatannya tak ingin tampil seperti seorang narapidana.

Setiap persidangan berlangsung, ia pasti tampil ceria seolah tak ada penyesalan akan perbuatan kejinya.

Ia rajin tersenyum, bahkan berpose di depan kamera jurnalis.

Baca: Tiba-tiba Eks Panglima GAM, Muzakir Manaf alias Mualem Temui Menko Polhukam Wiranto, Terkait Makar?

Tampaknya perempuan kelahiran 1956 itu menikmati sorotan kamera, bak selebritas berpose untuk penggemarnya.

"Sepertinya saya punya banyak penggemar ya," cetusnya.

Berbeda dengan kebanyakan narapidana lainnya, Mona juga selalu tampil glamor saat peradilan berlangsung.

Setiap persidangan, pakaiannya mahal dan berganti-ganti. Mona menikmati semua perhatian yang ditujukan kepadanya.

Rasanya hasrat Mona menjadi selebritas belum luntur. Tak eksis di panggung, di persidangan pun jadi.

Trio pembunuh itu sempat mengajukan banding ke pengadilan pada 1999, namun ditolak.

Hukuman gantung tetap menanti. Ditetapkan eksekusinya pada 2 November 2001.

"Aku tak akan mati"

Hari eksekusi tiba.

Pengakuan dari para pegawai penjara, beberapa hari sebelum Mona digantung mati, ia sering berkata bahwa ia tidak akan mati.

Baca: Data Gugatan 02 Disebut Tak Kuat di MK, Mahfud MD Pertanyakan Data C1 yang Pernah Dijanjikan Prabowo

Sambil tersenyum penuh misteri, Mona mengucapkan kalimat itu berulang-ulang.

Delapan jam sebelum eksekusi mati, Mona dan Affandi diizinkan untuk bertemu dengan seluruh anggota keluarga mereka.

Diceritakan kalau Mona dan Affandi menghabiskan waktu-waktu terakhir itu dengan menasihati anak-anaknya.

Pasangan Mona dan Affandi memang punya banyak anak.

Sebab pernikahan keduanya bukan yang pertama, Bagi Mona, Affandi adalah suami ketiga. Sebaliknya, Mona adalah istri kedua Affandi.

Sebuah kelaziman peradilan Malaysia, sebelum tahanan menjalankan hukuman mati, mereka boleh mencicipi makanan kesukaan sebagai makanan terakhir.

Namun ketiganya menolak.

Baca Juga: Hampir Dihukum Mati dan Dipaksa Buat Cetakan Lilin dari Kepala Manusia yang Dipancung, Ini Masa Lalu Madame Tussaud yang Kelam

Bertemu dengan keluarga saja sudah cukup, katanya.

Baca: Siapa Sebenarnya Master Limbad, Selain Pesulap Ternyata Punya Gelar Profesor, Kuasai 3 Bahasa Asing?

"Tumbuhlah menjadi anak yang baik, jaga diri baik-baik," petuah Mona pada keluarga saat itu.

Ketenangan mereka sebelum eksekusi membuat banyak pegawai penjara keheranan juga.

Apalagi klaim Mona yang menyatakan ia tidak akan mati, masih terus meninggalkan tanda tanya bagi banyak orang.

Tidak sedikit yang menghubung-hubungkannya dengan sisi mistis.

Jumat subuh, tiang gantung untuk eksekusi trio pembunuh sudah menunggu. Ketiganya kemudian diborgol dan dipakaikan penutup kepala.

Eksekusi itu disaksikan oleh sejumlah kecil penjaga penjara, petugas penjara, dan dokter penjara.

Mereka digiring menuju tiang gantungan. Mereka diminta naik ke penyangga kaki masing-masing.

Tali gantung diletakkan diletakkan di leher.

Tepat pukul 05.59 penyangga kaki ditarik, ketiganya jatuh dengan leher tergantung.

Mona menutup usianya 45 tahun, Affandi 44 tahun, dan Juraimi 31 tahun.

Baca: DULU Runner up None Jakarta Ini Dijuluki Bintang Film Panas, Kini Sudah Tobat dan Berganti Nama

Sebelum diturunkan untuk diotopsi, ketiga jenazah itu dibiarkan menggantung selama satu jam di tiang gantungan.

Mona dan Affandi kemudian dimakamkan di salah satu pemakaman di Kajang pagi itu juga.

Sementara Juraimi, dibawa ke kampung halamannya di Klang dan dimakamkan di Telok Gong. (Tika Anggreni Purba)

Artikel ini telah terbit di Majalah Intisari dengan judul "Kado Dari Langit Untuk Mazlan Idris"

Halaman 4/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved