Human Interest Story
Rumah Jamur di Pojok Sekolah, Inovasi Guru Desa untuk Masa Depan Siswa
Begitu mengutarakan ide tentang Rumah Jamur, mulanya banyak keraguan yang datang. Bukan hanya dari kepala sekolah, juga dari rekan sesama guru.
Penulis: Srituti Apriliani Putri | Editor: asto s
"Kami bisa praktik langsung. Kami nanti kumpulkan bahannya sendiri. Nanti dibagi kelompok, lebih seru belajar praktik," tuturnya.
Guru Titien, kata Fajri, juga mendukung potensi setiap peserta didik. Itu terbukti dari arahan-arahan yang diperolehnya setiap akan mengikuti lomba puisi.
Bagi Fajri, Titiern bukan hanya pengajar tetapi juga panutan dan teladan.
"Kalau ada lomba, Umi Titien juga ngajarin," sebutnya.
Hal tersebut juga turut diapresiasi Kepala SMPN 11 Batang Hari, Januardican.
Di mengatakan pihak sekolah selalu mendukung berbagai kegiatan positif bagi siswa. Apa yang dilakukan Titien Suprihatien, menjadi bentuk upaya agar para siswa bisa mandiri.
Meski dalam keterbatasan, kata Januardican, justru hal itu yang menjadi pemacu inovasi para guru untuk menciptakan ruang belajar yang menyenangkan bagi siswa.
"Harapan kita ke depan, anak-anak ini bukan hanya dididik secara akademik, tetapi ditanamkan jiwa entrepreneur. Kita ingin anak-anak ini bisa mandiri lebih awal, walaupun secara usia masih muda," ujarnya.
Dorongan Membentuk Komunitas Guru yang Kuatkan Literasi dan Numerisasi di Batang Hari
Di Kabupaten Batang Hari, Titien dikenal sebagai sosok pelopor gerakan literasi dan numerasi.
Kepala Bidang Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Batang Hari, Hasan, mengungkapkan pemerintah mendorong banyak sekolah untuk melakukan inovasi seperti yang dilakukan Titien dan guru lain di SMPN 11 Batang Hari.
"Ibu Titien ini contoh nyata. Dia bukan hanya mengajar, tetapi merangkul guru-guru lain untuk bergerak bersama. Harapan kami, lebih banyak guru yang mengikuti jejak seperti beliau," kata Hasan.
Hasan mengatakan peningkatan literasi dan numerisasi sejak beberapa tahun terakhir memang menjadi perhatian serius Pemerintah Kabupaten Batang Hari.
Berdasarkan data literasi 2022, Kabupaten Batanghari berada di angka 4,3. Melalui berbagai intervensi pembelajaran dan pendampingan, pada 2025, angka tersebut meningkat menjadi 7.
"Ini menunjukkan adanya perkembangan signifikan pada kemampuan dasar siswa," ujarnya.
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Batang Hari menargetkan gerakan literasi dan numerasi semakin meluas, sehingga bukan hanya meningkatkan capaian asesmen, tetapi juga membentuk komunitas belajar antar guru yang solid, saling mendukung, dan berkelanjutan.
"Kami ingin membangun komunitas. Guru-guru harus saling belajar, saling menguatkan, dan bersama-sama membawa perubahan di sekolah masing-masing." ujar Hasan.
Guru Ujung Tombak, Tanoto Foundation Dukung Praktik Baik Titien
Hasan mengatakan Pemerintah Kabupaten Batang Hari telah bekerja sama dengan Tanoto Foundation, untuk meningkatkan kualitas literasi dan numerisasi, khususnya sekolah-sekolah dengan angka literasi yang rendah.
Semangat dan praktik baik yang dilakukan Titien Suprihatien sejalan dengan Program PINTAR Tanoto Foundation.
Head of Learning Environment Tanoto Foundation, Ari Widowati, mengungkapkan pendidikan menjadi pondasi utama kualitas hidup manusia. Hal itu bisa dimulai dari kemampuan pemahaman literasi dan numerisasi.
"Literasi dan numerisasi yang kuat adalah kunci seseorang untuk hidup layak dan produktif," ujarnya.
Namun, faktanya, kata Ari, meski Indonesia menjadi satu di antara negara dengan jumlah penduduk terbanyak dan ekosistem pendidikan terbesar, angka kualitas literasi nasional masih cukup tertinggal.
Oleh sebab itu, menurut Ari, keberhasilan sekolah ditentukan kualitas guru dan kepala sekolah sebagai pemimpin pembelajaran.
"Dan yang dilakukan Ibu Titien di SMPN 11 Batang Hari bisa menajadi virus kebaikan untuk diterapkan yang dimulai dari ruang kelas," katanya.
Regional Lead Tanoto Foundation, Dendi Satria Buana, mengungkapkan hal senada. Tanoto Foundation memandang guru sebagai ujung tombak dan katalis utama dalam transformasi pendidikan berkelanjutan.
Guru bukan hanya penyampai pengetahuan, tetapi juga inovator yang membangun ekosistem pendidikan berkualitas melalui kolaborasi pentahelix antara pemerintah, akademisi, dunia industri, masyarakat, dan media.
"Melalui program PINTAR, kami melatih dan mendampingi guru untuk mengadopsi pendekatan berbasis proyek, seperti yang dilakukan Ibu Titien, yang mengintegrasikan pembelajaran aktif dengan kearifan lokal. Hal ini memastikan transformasi yang berkelanjutan, di mana guru terus berkolaborasi dengan pemerintah daerah untuk meningkatkan mutu pendidikan," jelasnya.
Tanoto Foundation memaknai guru seperti Ibu Titien, sebagai jembatan antara pendidikan formal dan pemberdayaan komunitas, di mana pembelajaran sains dan IPA tidak hanya teoritis, tetapi langsung diterapkan untuk kewirausahaan berbasis lokal. "Seperti budi daya jamur yang membangun soft skills siswa dalam berwirausaha dan mandiri secara ekonomi," lanjut Dendi.
Menurutnya, inisiatif itu menciptakan dampak sosial berkelanjutan, sehingga pendidikan menjadi alat transformasi sosial yang inklusif dan berorientasi pada keberlanjutan lingkungan.
"Kami sangat mengapresiasi inisiatif seperti Rumah Jamur yang diprakarsai Ibu Titien, karena hal itu mencerminkan esensi peran guru sebagai agen perubahan sosial," sebutnya.
Ke depan, kata Dendi, Tanoto Foundation akan memperkuat praktik baik guru seperti Titien Suprihatien melalui Program PINTAR, dengan fokus pada intervensi berbasis data dari Rapor Pendidikan 2025 untuk meningkatkan literasi dan numerasi di sekolah prioritas (skor di bawah 60).
"Ke depannya, kami akan mendorong dua bentuk intervensi utama. Pertama, pelatihan dan pendampingan langsung kepada guru dan tenaga kependidikan melalui project-based management oleh komunitas fasilitator daerah, yang mengintegrasikan pembelajaran mendalam (deep learning) dengan elemen aktif MIKiR (Mengalami, Interaksi, Komunikasi, Refleksi) serta pertanyaan PIT (Produktif, Imajinatif, Terbuka), disesuaikan dengan kearifan lokal seperti inisiatif berbasis proyek di Jambi. Kedua, pendampingan teknis kepada pemerintah daerah atau dinas pendidikan, untuk menyusun program peningkatan literasi-numerasi, pengembangan sistem monitoring pengawas sekolah, dan diseminasi praktik baik ke sekolah non mitra, melalui kolaborasi dengan pemerintah daerah maupun pihak swasta lainnya," pungkasnya. (Srituti Apriliani Putri)
Titien Suprihatien
SMPN 11 Batang Hari
Rumah Jamur
Kabupaten Batang Hari
Tanoto Foundation
pembelajaran
Program PINTAR
human interest story
| Menanam Harapan Bersama Anak Disabilitas, Paragonian Bergerak, Satu Taman Seribu Senyum |
|
|---|
| Cerita dari Pasar Kramat Tinggi: Pedagang Ramai, Pembeli Terasa Sepi |
|
|---|
| Office Boy Jambi Nangis Saat Naik Pesawat, Ryan Putra Hatta Kini MC Papan Atas |
|
|---|
| Pas Digigit Keluar Air, Uniknya Buah Lontar yang Dijual di Pinggir Jalan Kota Jambi |
|
|---|
| Lihat Potret Aden Jelatang si Harimau Putih Penghuni Baru Taman Rimbo Jambi |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jambi/foto/bank/originals/Titien-Suprihatien-47-guru-di-SMPN-11-Batang-Hari.jpg)