Human Interest Story

Rumah Jamur di Pojok Sekolah, Inovasi Guru Desa untuk Masa Depan Siswa

Begitu mengutarakan ide tentang Rumah Jamur, mulanya banyak keraguan yang datang. Bukan hanya dari kepala sekolah, juga dari rekan sesama guru.

Penulis: Srituti Apriliani Putri | Editor: asto s
Tribunjambi.com/Srituti Apriliani Putri
INOVASI - Titien Suprihatien (47), guru di SMPN 11 Batang Hari, Kabupaten Batang Hari, Provinsi Jambi, yang menginisiasi berdirinya Rumah Jamur sebagai ruang pembelajaran baru. Titien juga menjadi Fasilitator Program PINTAR Tanoto Foundation. 

"Awalnya memang teman-teman guru ragu. Modalnya dari mana? Siapa nanti mau tanggung jawab?" ujarnya mengulang kalimat rekan sejawat kala itu. 

Lalu, secara rinci, dengan konsep yang jelas dan tekad kuat, pada 2025, dia berhasil meyakinkan kepala sekolah dan para guru tentang Rumah Jamur

Di SMPN 11 Batang Hari yang jumlah muridnya terbatas, ada beberapa ruang kosong. Ruangan itu bisa dimanfaatkan.

Setelah melalui beberapa pertimbangan, pilihan jatuh ruang kelas kosong di pojok sekolah, untuk "disulap" jadi Rumah Jamur.

Menggunakan alat seadanya, Titien bersama para siswa dan guru bergotong royong menciptakan "tempat belajar baru" di sekolahnya. 

RUMAH JAMUR - Baglog jamur tiram di Rumah Jamur SMPN 11 Batang Hari, Kabupaten Batang Hari, Provinsi Jambi.
RUMAH JAMUR - Baglog jamur tiram di Rumah Jamur SMPN 11 Batang Hari, Kabupaten Batang Hari, Provinsi Jambi. (Tribunjambi.com/Srituti Apriliani Putri)

Memang, perempuan murah senyum itu meyakini bahwa belajar tidak melulu harus di dalam kelas. "Belajar IPA itu bukan sekadar duduk diam di dalam kelas. Gurunya ceramah, tapi anak-anak juga bisa ikut langsung bereksperimen," ujarnya.

Dalam konsep Rumah Jamur, kata Titien, anak-anak diajarkan berbudidaya jamur tiram dan berwirausaha. Hasil panen jamur dijual ke masyarakat. 

"Jadi bukan sekadar teori-teori yang tertulis di buku. Siswa mendapat pengalaman langsung untuk belajar biologi, sekaligus memahami siklus produksi," ungkap perempuan berkacamata itu.

Akhirnya, setelah beberapa waktu, ruang kelas di pojok sekolah yang semula kosong, diisi baglog dari bambu dibalut serbuk kayu tebal untuk media tanam jamur tiram. 

Dalam merawat Rumah Jamur, Titien membagi tugas para siswa dan guru. Ada pembagian kelompok-kelompok untuk perawatan.

Melihat Potensi Sekitar

Di tengah perjalanan Rumah Jamur, Titien juga melihat potensi lokal di sekitar sekolahnya. Desa Terusan di Kabupaten Batang Hari merupakan daerah pertanian padi. Ada ratusan hektare sawah di sana.

Selama ini, batang padi yang sudah kering, yang biasa disebut jerami, dibakar langsung oleh petani. Namun, di tangan Titien, jerami yang tak ada nilai itu dijadikan sebagai media tanam jamur.

"Terusan ini banyak sawah, biasanya jerami di bakar. Kita coba ambil dan dijadikan media tanam jamur," ujarnya.

Bagi Titien Suprihatien, keberhasilan siswa bukan dinilai dari hasil akhir, melainkan dari setiap proses pembelajaran yang siswa lalui. Dia berhasil menyalakan semangat belajar dengan cara yang menyenangkan.

Sumber: Tribun Jambi
Halaman 2/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved