Human Interest Story

Rumah Jamur di Pojok Sekolah, Inovasi Guru Desa untuk Masa Depan Siswa

Begitu mengutarakan ide tentang Rumah Jamur, mulanya banyak keraguan yang datang. Bukan hanya dari kepala sekolah, juga dari rekan sesama guru.

Penulis: Srituti Apriliani Putri | Editor: asto s
Tribunjambi.com/Srituti Apriliani Putri
INOVASI - Titien Suprihatien (47), guru di SMPN 11 Batang Hari, Kabupaten Batang Hari, Provinsi Jambi, yang menginisiasi berdirinya Rumah Jamur sebagai ruang pembelajaran baru. Titien juga menjadi Fasilitator Program PINTAR Tanoto Foundation. 

Ratusan potongan bambu yang dinding luarnya dibalut serbuk kayu setebal 8 sentimeter dilapis plastik, disusun rapi di atas meja-meja ruangan kelas di pojok sekolah. Di ujung bambu, tumbuh jamur-jamur berwarna putih berukuran besar. Itulah penampakan baglog, media tanam budidaya, yang ada di Rumah Jamur SMPN 11 Batang Hari, Desa Terusan, Kabupaten Batang Hari, Provinsi Jambi.

SEMUANYA berawal dari Titien Suprihatien (47), seorang perempuan yang sudah 20 tahun menjadi pendidik di SMPN 11 Batang Hari

Di sekolah yang hanya memiliki 50 siswa itu, Titien bukan hanya menjadi pengajar ilmu pengetahuan alam (IPA). Dia juga sosok orang tua, sekaligus contoh dan panutan bagi siswanya. 

Perempuan berhijab itu memilih jalan tak biasa dalam mendidik. Berbeda dengan guru pada umumnya.

Meski mendapat amanah mengajar di daerah yang jauh dari hiruk pikuk kota, sekolah yang minim fasilitas, serta jumlah siswa yang terbatas, Titien tak pernah kehilangan arah ataupun ide. 

Dari segala keterbatasan itu, dia menemukan banyak ruang untuk berinovasi.

Dari Ruang Kelas ke Rumah Jamur

Ide budidaya jamur itu dimulai dari mata pelajaran IPA yang diampunya, dari laboratorium sekolah. 

Dari ruang kecil sederhana itu, para siswa belajar sains menggunakan cara yang berbeda. 

Saat itu, para siswa mempelajari kehidupan jamur. Mereka mendapat tanggung jawab memastikan kelembaban yang sesuai, lalu mencatat tahap pertumbuhannya.

"Dalam pelajaran itu, anak-anak betul-betul diajak untuk mengamati, memprediksi, dan mengklasifikasi. Jadi keterampilan proses sainsnya menyertai," kata Titien.

JAMUR TIRAM - Jamur tiram tumbuh di baglog yang ada di Rumah Jamur SMPN 11 Batang Hari, Kabupaten Batang Hari, Provinsi Jambi.
JAMUR TIRAM - Jamur tiram tumbuh di baglog yang ada di Rumah Jamur SMPN 11 Batang Hari, Kabupaten Batang Hari, Provinsi Jambi. (Tribunjambi.com/Srituti Apriliani Putri)

Tatkala mengajar, Titien menyadari bahwa siswanya sebagian besar merupakan anak desa. Dia merasa perlu mengajarkan kemampuan softs kill dan life skill kepada mereka. 

Akhirnya, sebuah ide muncul dalam benaknya. Perlu sebuah tempat yang bisa mengasah siswa belajar dan menghadapi kehidupan sehari-hari. Dia berpikir tentang Rumah Jamur.

Setelah menyusun konsep secara matang, Titien meminta izin kepada kepala sekolah.  

Tapi, perjalanan tak selalu mulus. Begitu mengutarakan ide tentang Rumah Jamur, mulanya banyak keraguan yang datang. Bukan hanya dari kepala sekolah, juga dari rekan sesama guru.

Sumber: Tribun Jambi
Halaman 1/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved