TRIBUNJAMBI.COM - Tiba-tiba puluhan pekerja yang tengah membangun jembatan di Nduga, Papua didatangi sekelompok orang.
Puluhan pekerja tersebut sedang melakukan pembangunan jembatan di Kali Yigi-Kali Aurak Distrik Yigi, Kabupaten Nduga, Papua.
Mereka tewas ditembak oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB), Minggu (2/12/2018).
Sebanyak 31 pekerja tewas setelah diberondong peluru oleh KKB.
Selain penyerangan camp pekerja, penyerangan oleh kelompok kriminal sipil bersenjata (KKB) juga menyasar satu pos TNI di Distrik Yigi, Kabupaten Nduga.
Jimmi Aritonang merupakan salah satu dari 25 karyawan PT Istaka Karya yang berhasil selamat dari pembunuhan sadis yang dilakukan KKB.
Baca juga:
Dua Ekor Harimau Kebun Binatang Semarang Lepas dari Kandang
Cara Menghitung Masa Subur Wanita, dan 3 Pertanda Pasangan Anda Sedang Ovulasi
Ternyata Ini Sebabnya Ada 10 Juta Rumah Kosong di Jepang Tak Diminati, Padahal Bisa Gratis Lho
Saat ini, Jimmi Aritonang telah berada di penampungan evakuasi korban selamat di Wamena Kabupaten Jayawijaya.
Korban tengah menjalani masa pemulihan atas trauma yang dialaminya.
Jimmi pun sempat dihujani peluru di tengah hutan saat melarikan diri setelah berpura-pura mati.
Dari penuturan kakak ipar Jimmi Aritonang, yaitu Lefrend Siahaan, adik iparnya kini dalam kondisi sehat.
Tak ada bekas luka di tubuhnya pada saat disandera dan juga melarikan diri dari kelompok KKB.
Baca juga:
Mata Najwa Edisi Rabu (5/12) Angkat Tema Barisan Para Mantan, Deretan Politisi Pindah Gerbong
Kecanduan Main Ponsel, Mata Bocah Perempuan Ini Alami Kondisi Mengerikan
Pria Ini Selalu Laporkan Kehilangan iPhone Sejak 2013, Polisi Temukan Kejanggalan di Rumahnya
Menurut Siahaan, adik iparnya baru saja bergabung dengan PT Istaka Karya sebagai mandor (kepala tukang) untuk pembangunan jembatan di Nduga.
“Luar saya (adik ipar). Kondisinya baik. Kami tadi malam sempat melihatnya. Tapi sampai saat ini dia masih di tempat penampungan. Sampai saat ini kita belum bisa lama-lama bersamanya. Tapi yang penting dia selamat,” ungkapnya ketika dikonfirmasi melalui telepon selulernya, Rabu (4/12/2018) melansir Kompas.com.
Siahaan menceritakan kisah adik iparnya pada saat disandera dan juga berhasil melarikan diri.
Saat itu, mereka yang berjumlah 25 orang pekerja pembangunan jembatan jalan Trans Papua, didatangi dan dikumpulkan menjadi satu oleh anggota KKB.
Setelah mereka dikumpulkan lanjutnya, Jimmi bersama teman-temannya dibawa di puncak Kabo yang tak jauh dari camp para pekerja.
Baca juga:
Debat di ILC soal Politisasi dengan Boni Hagens, Dedi Gumelar Saya Boleh Pulang Enggak
Pemkot Sungaipenuh akan Sulap Pasar Beringin jadi Pasar Modern
Tips Bagi Orang Berbadan Gemuk Agar Aktif Berolahraga, Meski Beban Tubuh Berat
Di sanalah para karyawan dieksekusi dengan senjata api.
“Jadi, saat mereka ditembaki. Adik ipar saya bersama beberapa temannya pura-pura mati. Lalu setelah mereka ditinggalkan. Mereka yang selamat melarikan diri. Saya jumlahnya tidak tahu berapa orang yang berhasil selamat,” kata Siahaan yang tinggal di Wamena.
“Jadi mereka berlari dari lokasi eksekusi ke Distrik Mbua, dengan melewati hutan lebat, sungai yang terjal dan juga bukit. Sesampainya di sana, ternyata mereka dikejar dan masih dihujani peluru saat mengamankan diri di Pos TNI Mbua,” terangnya lagi.
Menurut Siahaan, adik iparnya baru saja bergabung dengan PT Istaka Karya sebagai mandor (kepala tukang) untuk pembangunan jembatan di Nduga.
Baca juga:
Data Orang Gila di DPT Pemilu 2019 Naik Drastis Jadi 43 Ribuan, Ternyata Buah Perjuangan Panjang
Pemkab Batanghari Terapkan Permenaker Nomor 44 tahun 2015, Pekerja Lepas Sambut Baik
Data Pemilih Disabilitas Mental ke RSJ, Ahdiyenti, Bila Memungkinkan akan Buat TPS di Sana
Kini Siahaan telah memberikan informasi kepada sanak keluarga mereka di Balige, Sumatra Utara, tentang kabar Jimmi, ayah empat anak ini, selamat.
“Kini keluarga besar kami sudah lega. Begitu mengetahui dia selamat. Terima kasih Tuhan Yesus. Mukjizat mu selalu kamu berikan kepada kami. Terima kasih Tuhan,” ucapnya.
Sementara itu, dari keterangan Jimmi kepada aparat penegak hukum, pada tanggal 1 Desember 2018 seluruh karyawan PT Istaka Karya memutuskan untuk tidak bekerja karena pada hari itu mereka libur.
Di hari itu bertepatan dengan acara upacara peringatan yang diklaim sebagai HUT Tentara Pembebasan Nasional Organisasi Papua Merdeka (TPNOPM).
Baca juga:
6 Napi di Lapas Sarolangun Dapat Remisi Natal
Pemkab Batanghari Terapkan Permenaker Nomor 44 tahun 2015, Pekerja Lepas Sambut Baik
Ada Apa, Dinas Nakertrans Batanghari Kumpulkan Kontraktor se Kabupaten
Melansir Kompas.com, Kepala Penerangan Kodam XVII/Cendrawasih Kolonel Inf Muhamad Aidi menceritakan kembali keterangan yang diproleh dari Jimmi, Rabu (5/12/2018).
“Sekira pukul 15.00 WIT, kelompok KKB mendatangai Kamp PT Istaka Karya dan memaksa seluruh karyawan berjumlah 25 orang keluar, selanjutnya digiring menuju kali Karunggame dalam kondisi tangan terikat dan dikawal sekitar 50 orang KKB bersenjata campuran standar militer,” ungkapnya.
Kemudian, pada tanggal 2 Desember 2018, seluruh pekerja dibawa berjalan kaki dalam keadaan tangan terikat menuju bukit puncak Kabo.
Di tengah jalan mereka dipaksa berbaris dengan formasi 5 saf dalam keadaan jalan jongkok.
“Tidak lama kemudian para KKB dalam suasana kegirangan menari-nari sambil meneriakkan suara hutan khas pedalaman Papua. Mereka kemudian secara sadis menembaki para pekerja. Sebagian pekerja tertembak mati di tempat dan sebagian lagi pura-pura mati terkapar di tanah,” ungkap Aidi, sebagaimana disampaikan Jimmi.
Setelah itu KKB meninggalkan para korban dan melanjutkan perjalanan menuju bukit Puncak Kabo.
Di tempat itu, ada 11 orang karyawan yang pura-pura mati dan kemudian berusaha bangkit kembali untuk melarikan diri.
“Namun malangnya, mereka terlihat oleh KKB sehingga mereka dikejar. 5 orang tertangkap dan dibunuh oleh KKB (meninggal di tempat), 6 orang berhasil melarikan diri ke arah Mbua. 2 orang di antaranya belum ditemukan sedangkan 4 orang di antaranya, termasuk saksi Jimmy Aritonang, selamat setelah diamankan oleh anggota TNI di Pos Yonif 755/Yalet di Mbua,” ungkapnya.
Penyerangan pos TNI
Tak sampai di situ, kata Aidi, pada tanggal 3 Desember sekitar pukul 05.00 WIT Pos TNI 755/Yalet, tempat Jimmi bersama temannya diamankan diserang oleh KKB bersenjata standar militer campuran panah dan tombak.
“Rupanya mereka tetap melakukan pengejaran. Serangan diawali dengan pelemparan batu ke arah Pos sehingga salah seorang anggota Yonif 755/Yalet, Serda Handoko membuka jendela, lalu ditembak dan meninggal dunia,”
“Saat itu anggota di pos membalas tembakan sehingga terjadi kontak tembak dari jam 05.00 WIT hingga 21.00 WIT. Karena situasi tidak berimbang dan kondisi medan yang tidak menguntungkan, maka pada 4 Desember sekitar pukul 01.00 WIT, Danpos memutuskan untuk mundur mencari medan perlindungan yang lebih menguntungkan. Saat itulah salah seorang anggota, Pratu Sugeng, tertembak di lengan,” ujar Aidi.
Baca juga:
Harimau Taman Rimba Jambi Kabur, Pengunjung Berlarian Lihat Peter di Luar Kandang, Kisah 2012
Pemkot Sungaipenuh akan Sulap Pasar Beringin jadi Pasar Modern
Ada Apa, Dinas Nakertrans Batanghari Kumpulkan Kontraktor se Kabupaten
Akan tetapi, ia menegaskan sejak tanggal 4 Desember 2018 pukul 07.00 WIT Satgas gabungan TNI-Polri berhasil menduduki Mbua dan melaksanakan penyelamatan serta dilakukan evakuasi terhadap korban.
“Jadi, kalau mendengar keterangan saksi korban yang masih hidup (Jimmi), jumlah korban yang dipastikan meninggal dunia dibantai oleh KKB di lereng bukit puncak Kabo adalah 19 orang,” pungkasnya.
(Kompas.com)
IKUTI INSTAGRAM KAMI:
TONTON VIDEO TERBARU KAMI: