Update Banjir Lahar Dingin Gunung Marapi Sumbar, Kafe Lembah Anai Tak Tersisa
Karmila (40) harus kehilangan ibu dan keponakannya karena menjadi korban saat banjir lahar dingin terjadi di Nagari Bukik Batabuah, Kabupaten Agam, Sa
Namun pemerintah bisa memitigasi potensi bencana, yakni merelokasi masyarakat di DAS yang berhulu di Marapi.
Selain itu, pengendalian aliran sungai amat perlu dilakukan pemerintah. "Dari peta yang kita lihat, setidaknya ada 24 jalur sungai dari puncak Gunung Marapi.
Itu ancaman bahaya bagi daerah hilir, sehingga secara kultural atau budaya masyarakat harus diberi pemahaman, dilatih, agar tahu mana daerah-daerah yang bahaya.
Masyarakat harus dipindahkan atau direlokasi yang tinggal di DAS," kata Ade.
Selain merelokasi warga, hal paling penting menurut Ade yang harus dilakukan pemerintah ialah mengendalikan sungai. Pembangunan Sabo Dam dan embung dianggap solusi jangka panjang yang tak bisa dikesampingkan.
"Sabo Dam dan embung itulah yang akan mengendalikan air sungai sehingga tidak melebar kemana-mana. Sebagai pengendali sungai, agar sungai tidak meluber ke pemukiman. Sehingga walaupun lahar dingin turun, tapi tetap di jalurnya," ulas Ade.
Membangun sabo dam memang membutuhkan waktu dan biaya yang besar, namun itu harus dikerjakan. Sembari itu masyarakat juga harus direlokasi, dan pemukiman harus ditata kembali.
"Memang tidak semua masyarakat mampu untuk pindah, di sana lah peran pemerintah. Pindahkan, relokasi, jangan dibiarkan tinggal di kawasan rawan bencana, itu tak bisa ditunggu," imbuh Ade.
Bencana banjir lahar dingin yang terjadi di Agam dan Tanah Datar itu terjadi karena aliran sungai yang tidak dikendalikan, menyebabkan material dari Marapi terbawa aliran sungai, dan masuk ke pemukiman warga.
"Solusi jangka panjangnya, secara kultural pemerintah harus terus melakukan pendidikan, sosialisasi, pelatihan dan penyadaran ke masyarakat. Lalu, secara struktural, infrastrukturnya harus dibangun Sabo Dam di 24 aliran sungai dari puncak Gunung Marapi. Memang besar biayanya, tapi harus dilakukan," kata Ade.
Sebelumnya, ia telah mewanti-wanti bahwa aktivitas Gunung Marapi Sumbar tidak bisa diprediksi.
Ia memperkirakan aktivitas Marapi Sumbar akan seperti Gunung Merapi di Yogyakarta.
"Perlu pemerintah yang kuat dalam menghadapi bencana. Jadi jangan diabaikan ini. Harus serius mulai dari pemerintah kabupaten/ provinsi dan pusat," ulasnya.
Ia kemudian menyesalkan momen hari kesiapsiagaan bencana pada bulan lalu yang dipusatkan di Kota Padang, saat itu sebagian kecil warga di Kota Padang dilatih siap menghadapi potensi gempa dan tsunami.
Padahal, menurut Ade mestinya momen hari kesiapsiagaan bencana nasional itu digelar di sekitar Gunung Marapi.
"Itu keliru (hari kesiapsiagaan bencana nasional di Padang). Jadi, kebijakan nasional sendiri tidak mengarah ke situ, harusnya di Agam atau Tanah Datar, sebagai upaya kesiapsiagaan terhadap potensi bencana di Gunung Marapi.
Kenapa kesiapsiagaan itu bukan untuk Marapi, ini yang kita sesalkan, ini pembelajaran juga untuk BNPB agar fokus ke mitigasi Marapi, pungkasnya.
Simak berita terbaru Tribunjambi.com di Google News
Baca juga: Warga Desa Tanjung Mudo Minta Pemkab Merangin Jambi Segera Perbaiki Jalan Rusak Akibat Longsor
Baca juga: Kasus Dugaan Pemalsuan Dokumen dan Penggelapan Kapal PT SBS Masih Diusut Polda Jambi
Baca juga: Jadwal Acara SCTV Hari ini Senin 13 Mei 2024: Doyan Makan, Sinetron Saleha, dan Tertawan Hati
Jadwal Acara SCTV Hari ini Senin 13 Mei 2024: Doyan Makan, Sinetron Saleha, dan Tertawan Hati |
![]() |
---|
Kabar Duka dari Sumatra Barat, 37 Orang di Agam-Tanah Datar Meninggal Akibat Lahar Dingin Marapi |
![]() |
---|
Kepergok Warga, Pelaku Pencurian Kulit Manis di Kerinci Babak Belur |
![]() |
---|
Kasus Dugaan Pemalsuan Dokumen dan Penggelapan Kapal PT SBS Masih Diusut Polda Jambi |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.