Bertaruh Nyawa di PETI Lubang Jarum, Emas PETI Membuat Orang Tergiur, 3 Warga Masih Terjebak
Paling sedikit mendapatkan 15 gram emas dan yang paling besar mencapai 40 gram perhari per hari," kata juru kemudi alat berat kepada Tribun Jambi
klik:
Baca juga: Longsor Kembali Tutup Akses Jalan Bangko-Kerinci, Danramil Sungai Manau Harap Masyarakat Bersabar
Baca juga: Polres Tebo dan Jajaran Perketat Pengamanan Tempat Ibadah Pasca Bom Bunuh Diri di Makassar
Baca juga: PSU di Batanghari, Hafiz Fattah Yakin Haris-Sani Peroleh Suara Terbanyak & Rebut Kemenangan di 7 TPS
Baca juga: 130 Hektare Lahan Tiga Kecamatan di Merangin Terkena Dampak Aktivitas PETI
Dari cerita pelaku, mereka memang tergiur karena hasil yang didapatkan.
Cerita itu juga menguak ada “jaringan” mulai dari pemasok BBM hingga pemodal. Ia bercerita mulai dari cukong di balik PETI hingga bagaimana mendapatkan pasokan bahan bakar minyak (BBM).
Sebut saja namanya Muda (nama samara). Pemuda asal Bungo itu mengaku baru dua bulan di areal PETI tersebut.

Motif ekonomi jadi alasannya. Kata dia, uang yang didapat cukup mengiurkan.
Muda membeberkan untuk menuju lokasi di dalam hutan bukan hal yang mudah.
“Butuh waktu 12 jam membawa ekskavator karena medan yang sulit dan terjal,” katanya.
Ia tidak sendiri. Bersama tim ia membawa lima ton solar serta pasokan makanan dan keperluan di dalam hutan.
Ternyata jalur air mereka manfaatkan untuk memasok kebutuhan itu.
“Diangkutnya mengunakan ponton melewati hutan lindung hingga sampai ke titik lokasi,” bebernya.
Satu alat berat terdiri dari 12 orang gurandil yang dikomandoi oleh satu ketua.
Muda bilang mereka ia bekerja dengan sistem sif.
Masing-masing enam orang untuk sif siang dan malam. Untuk keperluan makan dan keperluan pribadi, ia mengaku diberikan oleh pemilik alat berat.
Tapi ia berdalih tidak mengetahui siapa pemilik alat berat yang operasikan.
Lalu bagaimana ia mendapat upah?