Berita Internasional
Perang Dagang AS vs China Sementara Dimenangi Negeri Paman Sam yang Rebut TikTok, Ini Kata Beijing
Perang Dagang AS vs China Sementara Dimenangi Negeri Paman Sam yang Rebut TikTok, Ini Kata Beijing
TRIBUNJAMBI.COM - Platform media sosial besar asal Tiongkok di berhasil direbut Amerika Serikat. Hal ini membuat Negeri Tirai Bambu berang.
Pasalnya keduanya tengah sengit di Laut China Selatan. Meski belum menggelar perang militer, namun perang dagang pun sudah di mulai.
Bisa dikatakan kedudukan sementera dipegang Amerika Serikat.
• Petugas Gabungan Malah Cekcok dengan Pemilik Warung di Lokasi Illegal Driling Desa Lubuk Napal
• Perang di Laut China Selatan Belum Terjadi, Namun AS dan China Sudah Sengit Dalam Perang Ini
• Tim Indonesia Terancam Tak Bisa Ikut Thomas dan Uber Cup 2020, Ada Apa? Ternyata Ini Masalahnya
Ulah Amerika Serikat (AS) merebut Tiktok membuat Tiongkok geram bukan kepalang.
Pemerintah China menegaskan, pihaknya tidak akan pernah rela atas perbuatan AS yang melakukan "pencurian" Tiktok.
Melansir surat kabar China Daily yang dikutip Reuters, Beijing menegaskan akan menanggapi langkah Washington yang mendorong ByteDance untuk menjual aplikasi video pendek Tiktok yang beroperasi di AS ke Microsoft.
Dalam sebuah tajuknya, China Daily menuliskan, "penindasan" Amerika Serikat terhadap perusahaan-perusahaan teknologi China adalah konsekuensi dari visi omong kosong Washington tentang "orang Amerika pertama" dan membuat China tidak punya pilihan selain "penyerahan atau pertempuran fana di dunia teknologi".
"China memiliki banyak cara untuk merespons jika pemerintah Amerika melakukan penghancuran dan perebutan yang direncanakan," tambahnya.
Microsoft Corp pada hari Senin mengatakan bahwa pihaknya tengah dalam pembicaraan dengan ByteDance untuk membeli Tiktok setelah Presiden AS Donald Trump membatalkan rencana mengenai larangan aplikasi tersebut dengan alasan keamanan nasional dan memberi perusahaan waktu 45 hari untuk mencapai kesepakatan.
Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengatakan pada akhir pekan bahwa Trump akan mengambil tindakan dalam waktu dekat terhadap perusahaan perangkat lunak China yang berbagi data pengguna dengan pemerintah China.
• Pesta Pernikahan Mendadak Hancur, Mantan Mempelai Pria Datang dengan Perut Besar, Aku Hamil Anakmu
• CERITA Viral Seorang Pegowes Makan Di Tempat Ini, Begitu Mau Bayar Bikin Kaget dan Malu, Ternyata
• Jadwal Lengkap Siaran Langsung Liga Europa di SCTV Malam Ini, Man United vs LASK & Inter vs Getafe
Surat kabar Global Times, yang juga didukung pemerintah, mengatakan perlakuan terhadap ByteDance dan Huawei Technologies dari AS, yang sekarang dimasukkan dalam daftar hitam perdagangan AS, menunjukkan upaya-upaya AS untuk memisahkan ekonominya dari China.
Tiongkok memiliki kemampuan terbatas untuk memberikan perlindungan kepada perusahaan-perusahaan China ini dengan membalas terhadap perusahaan-perusahaan AS karena Amerika Serikat memiliki keunggulan teknologi dan pengaruh dengan sekutu-sekutunya.
"Pembukaan China ke dunia luar dan disintegrasi strategi decoupling AS harus menjadi prioritas," demikian tajuk Global Times.
Informasi saja, Global Times diterbitkan oleh People's Daily, surat kabar resmi Partai Komunis China yang berkuasa.
• Richard Kyle Sempat Kepergok Berduaan dengan Gadis Lain, Ternyata Sosok Ini Bukan Wanita Sembarangan
• Bawaslu Provinsi Jambi Selesaikan 13 Perkara Netralitas ASN Pilkada 2020
• Ramalan 12 Zodiak Asmara dan Karier Bisnis Besok, Rabu 5 Agustus 2020, Pekerja Taurus Terasa Monoton
Perang di Laut China Selatan Belum Terjadi, Namun AS dan China Sudah Sengit Dalam Perang Ini
TRIBUNJAMBI.COM - Nampaknya konflik antara China dan Amerika Serikat bukan cuma di Laut China Selatan.
Bahkan belum terjadinya perang rudal dan misil dari militer kedua negara masing-masing. Perang lainnya sudah di mulai di negara masing-masing.
Ya, Perang dagang China dengan AS semakin hari semakin sengit.
Kedua negara saling memboikot dan rebutan pangsa pasar.
• Cegah Penularan Covid-19, Inspektorat Provinsi Jambi Bagi Shift Kerja Pegawainya Sendiri
• Pasien Covid-19 Provinsi Jambi Hari Ini Rerata Berkontak dengan Pasien 151 dan 152
• Permintaan Brondong Ini Buat Syok Vanessa Angel, Niat Beli Celana Dalam Istri Bibi: Gimana Nih Pi!
• Jadwal Lengkap Siaran Langsung Liga Europa di SCTV Malam Ini, Man United vs LASK & Inter vs Getafe
Ketegangan mungkin kian meruncing setelah presiden AS Donald Trump menyalahkan China terkait penyebaran virus corona serta perseteruan Laut China Selatan.
Belum lagi masalah lain yakni saat pemerintah Amerika melarang perusahaan yang berbasis di AS untuk bekerja dengan Huawei, yang nota bene merupakan salah satu perusahaan telekomunikasi terbesar di China.
Warga Tiongkok tidak menganggap hal itu enteng dan melakukan aksi ekstrem untuk menunjukkan bahwa mereka membenci produk AS.
Salah satunya dengan merekam video saat mereka menghancurkan iPhone dan membeli perangkat Huawei.
Hal yang ingin mereka tunjukkan adalah sikap patriotik melawan ketidakadilan yang dilakukan oleh Amerika.
Akan tetapi, meski ada kebencian terhadap produk AS, sebuah laporan yang dirilis oleh Counterpoint -sebuah perusahaan riset pasar teknologi- menunjukkan bahwa penjualan ponsel cerdas Apple di China saat ini lebih tinggi daripada Huawei.
• Banyak yang Tidak Punya Izin, Penarikkan Pajak Galian C di Kerinci Tidak Jelas
• Ramalan 12 Zodiak Asmara dan Karier Bisnis Besok, Rabu 5 Agustus 2020, Pekerja Taurus Terasa Monoton
• Bawaslu Provinsi Jambi Selesaikan 13 Perkara Netralitas ASN Pilkada 2020
• Richard Kyle Sempat Kepergok Berduaan dengan Gadis Lain, Ternyata Sosok Ini Bukan Wanita Sembarangan
Data yang dihimpun CNBC menunjukkan, volume penjualan untuk iPhone di Tiongkok adalah 7,4 juta unit pada kuartal April hingga Juni, pertumbuhan 32% year-on-year, menurut Counterpoint Research.
Sebagai perbandingan, produsen telepon China Huawei mencatatkan volume penjualan 36,6 juta unit, atau hanya naik 14% dibandingkan tahun lalu.
Dari data itu dapat diketahui bahwa Apple menjual ponsel secara signifikan lebih sedikit daripada Huawei di China. Namun, angka pertumbuhannya sangat tinggi.
Sementara, Oppo, Vivo dan Xiaomi, merek-merek yang membentuk sisa dari lima pemain terbesar di China, semuanya mengalami penurunan yang signifikan. Adapun pasar secara keseluruhan turun 17% YoY.
Secara terpisah, angka-angka dari CINNO Research yang berbasis di Shanghai menunjukkan penjualan iPhone melonjak 62% YoY menjadi 13 juta pada kuartal kedua.
CINNO Research melacak penjualan alih-alih penjualan langsung.
• Angka Tertinggi yang Pernah Terjadi, Kasus Positif Covid-19 Provinsi Jambi Tambah 19 Orang
• Berapa Total Pengguna Aktif Facebook per Bulan di Tahun 2020? Ternyata Capai Segini secara Global
• Richard Kyle Sedih Ingat El Barack Putranya Jedar, Mengaku Sudah Berjanji Pada Tuhan: Aku Selalu Ada
• Identitas 19 Pasien Positif Corona Baru di Jambi Hari Ini, Cek Asal Daerahnya
Pada saat yang sama, Apple juga merilis iPhone SE, yang dijual dengan harga yang sangat murah sehingga Anda tidak akan mengira itu adalah ponsel berharga Apple.
Sebagai perbandingan, penjualan iPhone turun 60% pada Februari 2020 karena penutupan pabrik akibat pandemi virus corona.
Apple hanya berhasil menjual 500.000 ponsel di China selama ini.
Saat Apple telah melihat penurunan tahun-ke-tahun atas penjualan produknya di China sebesar 17%, China sudah siap untuk mengadopsi 5G.
Banyak yang memprediksi, penjualan Apple mungkin naik lebih tinggi lagi karena perusahaan berencana untuk merilis iPhone 12, yang mungkin mendukung teknologi 5G.
(*)
Sumber: Kontan
Artikel ini telah tayang di Tribunpekanbaru.com dengan judul Perang Dagang! China dan AS Saling Boikot Produk, Rakyat Tiongkok Tak Sanggup Musuhi iPhone,
IKUTI KAMI DI INSTAGRAM:
NONTON VIDEO TERBARU KAMI DI YOUTUBE: