Sejarah Indonesia
Kisah Pak Harto Gugup Saat Terima Surat Ini hingga Lengser dari Kursi Kepresidenan, Merasa Ditinggal
Kisah Pak Harto Gugup Saat Terima Surat Ini hingga Lengser dari Kursi Kepresidenan, Merasa Ditinggal
TRIBUNJAMBI.COM - Sejarah lengsernya Presiden kedua Indonesia, Soeharto, pastinya diingat masyarakat Indonesia .
Tepatnya Hari Kamis tanggal 21 Mei 1998, pukul 09.00 WIB semua mata tertuju ke credentials room di Istana Merdeka, Jakarta.
Di hari tersebut, Soeharto menyatakan mundur dari jabatannya sebagai Presiden Republik Indonesia setelah 32 tahun menjabat.
Sebenarnya pengumuman pengunduran diri Soeharto tidak terlalu mengejutkan, lantara sehari sebelumnya sudah ramai dibicarakan bahwa Presiden Soeharto akan mengundurkan diri.
• Kopassus Gigit Kepala Ular dan Injak Bara Api, Aksi Itu Sampai Buat Jenderal AS Syok dan Curiga
• Sinopsis Film Dracula Untold Tayang Malam Ini di GTV, Pengorbanan Luke Evans Menjadi Seorang Drakula
• Debat Luhut Vs Rizal Ramli Soal Utang Luar Negeri Indonesia akan Undang Sosok Ini!
Lantas, yang menjadi pertanyaan, apa yang menyebabkan Soeharto memutuskan untuk mundur?
Soeharto dengan yakinnya mengatasi keadaan saat beberapa hari sebelumnya.
Mundurnya Soeharto membawa kejutan yang diawali dengan keterangan pers Ketua DPR/MPR Harmoko setelah Rapat Pimpinan DPR, Senin (18/5/1998) lalu.
• Coppa Italia Kembali Bergulir, Berikut Jadwal Laga Juventus vs AC Milan dan Napoli vs Inter Milan
• Ini Alasan Pihak Korban Pelecehan Seksual Tidak Menggunakan Pendamping Hukum
• Sektor Usaha F&B Satu Diantara Usaha yang Bertahan di Masa Pandemi
Tanggal 18 Mei 1998
Saat itu, Harmoko di Gedung DPR pada pukul 15.201 WIB. Gedung DPR kala itu dipenuhi oleh ribuan mahasiswa, dengan suara tegas menyatakan, demi persatuan dan kesatuan bangsa, pimpinan DPR, baik Ketua maupun para Wakil Ketua, mengharapkan Presiden Soeharto mengundurkan diri secara arif dan bijaksana.
Tak sendiri, Harmoko saat itu didampingi oleh seluruh Wakil Ketua DPR, yaitu Ismail Hasan Metareum, Syarwan Hamid, Abdul Gafur dan Fatimah Achmad.
• Update Kasus Covid-19 Provinsi Jambi, Tambah Dua Pasien, Total Kasus Jadi 105

Ribuan mahasiswa di Gedung DPR yang menyambut kejutan dengan gembira itu tak berlangsung lama.
Lantaran malam harinya tepat pukul 23.00 WIB, Menhankam/Panglima ABRI Jenderal TNI Wiranto menjelaskan bahwa ABRI menganggap pernyataan pimpinan DPR agar Presiden Soeharto mengundurkan diri itu merupakan sikap dan pendapat individual, meskipun pernyataan ini disampaikan secara kolektif.
Meskipun sikap ABRI saat itu disampaikan seusai Wiranto memimpin rapat kilat dengan para Kepala Staf Angkatan dan Kapolri serta panglima komando.
• Kronologi Ketua RT Gadungan di Singkawang Perkosa Seorang Gadis di Depan sang Pacar yang Diikat
• Smartfren Luncurkan POWER UP, Eksklusif Membership Pertama di Indonesia
• Merasa Kerap Dihina, Seorang Pria di Bandung Tindih Wanita Simpannya Hingga Tewas
Panglima ABRI bertemu dengan Presiden Soeharto di kediaman Jalan Cendana pukul 17.00 WIB.
Lantas muncul digaan bahwa apa yang dikemukakakn Wiranto itu adalah pendapat Presiden Soeharto.
Empat Menko diterima Presiden Soeharto di Cendana untuk melaporkan perkembangan pada pukul 21.30 WIB.
Kesmpatan itu digunakan mereka untuk menyarankan agar Kabinet Pembangunan VII dibubarkan saja, bukan di-reshuffle.
Dengan tujuan agar mereka yang tidak terpilih dalam kabinet reformasi tidak terlalu "malu" dan ia mengatakan, bahwa, "Urusan cabinet adalah urusan saya".
• Jenderal Polisi yang Pernah Tangkap Putra Soeharto Ini Ditunjuk Erick Thohir Menjadi Komisaris BUMN
Dengan demikian usul agar kabinet dibubarkan tidak jadi disampaikan dan pembicaraan beralih ke masalah perkembangan di masyarakat.
Tanggal 19 Mei 1998