Kisah Militer RI

Kopassus vs SAS Inggris di Tanah Kalimantan, Satuan Elite Ratu Elizabeth Itu Lari Tunggang Langgang

Kopassus vs SAS Inggris di Tanah Kalimantan, Satuan Elite Ratu Elizabeth Itu Lari Tunggang Langgang

Editor: Andreas Eko Prasetyo
montase berbagai sumber
Kopassus (kanan), di tahun 1964 pernah terlibat perang langsung menghadapi pasukan elit Inggris, SAS di belantara Kalimantan. 

TRIBUNJAMBI.COM - Komando Pasukan Khusus (Kopassus) vs Special Air Service (SAS) pernah terjadi di tanah Kalimantan. 

Pertempuran kedua satuan elite dua negara ini pernah terjadi tempo dulu kala Indonesia bersinggungan dengan Malaysia

Peristiwa ini terjadi pada 1964, saat Kopassus masih bernama RPKAD (Resimen Para Komando Angkatan Darat).

Mayat seorang pasukan SAS dikubut di hutan.

Pertempuran itu merupakan ujian bagi tim kecil Kopassus yang diterjunkan.

Dalam pertemuan itu, meski berjumlah sedikit, Kopassus mampu mengalahkan musuh yang lebih banyak dan berperalatan lebih canggih.

Seperti Kopassus, Pasukan Khusus Korea Utara Digembleng Keras, Ilmu Kebal Bak Debus Juga Dipelajari

Pertempuran Kompi B Bulan April di Desa Mapu, Kopassus Bikin Pasukan Elite Inggris Kocar-kacir

 Cara Tempur Kopassus sehingga Efektif Efisien, Cukup Kirim Beberapa Prajurit

 PENYAMARAN ke Markas GAM hingga Teman Sendiri Terkecoh, Intelijen Kopassus Ditampar Aparat TNI

 Kisah Nyata! Pasukan Kopassus di Kira Burung Raksasa dan Mau Dimakan Suku Kanibal saat Misi Ini

Kala itu, TNI memberangkatkan tim kecil ke Kalimantan dalam rangka operasi Dwikora, konfrontasi dengan Malaysia.

Tak di sangka, dua pasukan elite itu bertemu di pedalaman rimba Kalimantan dalam sebuah pertempuran.

Kopassus mempunyai sejarah panjang dalam pertempuran.

Satu di antaranya saat 'bertemu' pasukan elite Inggris SAS yang disebut-sebut terhebat di dunia.

SAS merupakan pasukan paling berbahaya, yang menempati peringkat pertama sebagai pasukan elite di dunia.

Namun siapa sangka, pasukan SAS dipencundangi Kopassus, saat bertempur di pedalaman hutan belantara Kalimantan.

Pada 1961-1966, meletus konfrontasi Indonesia dan Malaysia. Kondisi itu memicu konflik bersenjata di perbatasan, baik berupa penyusupan pasukan gerilya maupun pasukan reguler.

Tindakan militer untuk menggempur Malaysia dikumandangkan Presiden Soekarno, di depan rapat raksasa di Jakarta pada 3 Mei 1964.

Presiden Soekarno mengumumkan perintah Dwi Komando Rakyat (Dwikora).

Poin pertama, pertinggi ketahanan revolusi Indonesia. Kedua, bantu perjuangan revolusioner rakyat Malaya, Singapura, Serawak, dan Sabah untuk menghancurkan Malaysia.

Panduan Mengerjakan Salat Tarawih 8 Rakaat, Doa Kamilin dan Salat Witir, Ramadan 2020/1441 H

Dikabarkan Semakin Rajin Beribadah Begini Kondisi Terbaru Lucinta Luna di Penjara Saat Ramadan!

Penampakan Pedagang Pasar di Salatiga yang Diberi Jarak, Kini Ada Aturan Baru Harus Pakai Masker

Jamur Tiram Krispy untuk Cemilan Jelang Santap Menu Buka Puasa

(KOGA).

Tugas yang dibebankan kepada KOGA adalah mempersiapkan operasi militer terhadap Malaysia.

Sebagai Panglima KOGA, Omar Dhani bertanggung jawab langsung kepada Panglima Tertinggi ABRI/KOTI, Presiden Soekarno.

Penyusupan ke perbatasan

Tapi sebelum KOGA dibentuk, aksi penyusupan yang dilancarkan sukarelawan Indonesia sudah berlangsung cukup lama.

Operasi penyusupan yang dilakukan Indonesia ke wilayah perbatasan Malaysia, sesungguhnya merupakan operasi berbahaya. Musuh yang dihadapi merupakan pasukan reguler terlatih dan berpengalaman di berbagai medan perang.

Militer Malaysia didukung Inggris dan negara-negara persemakmurannya, seperti Selandia baru dan Australia.

Pasukan itu tidak bisa dihadapi oleh pasukan gerilya TNI yang menyamar dan mengunakan persenjataan terbatas.

Ilustrasi Kopassus
Ilustrasi Kopassus 

Dalam kondisi itu, gerilyawan Indonesia yang terdiri dari sukarelawan harus menghadapi pasukan Gurkha dan SAS Inggris yang sudah sangat berpengalaman dalam pertempuran hutan.

Selain itu, garis perbatasan Malaysia-Indonesia yang panjangnya sekira 1.000 Km, juga tidak mungkin diamankan hanya oleh pasukan gerilya.

Kondisi itu mungkin tidak terpikirkan Presiden Soekarno yang sedang bersemangat setelah sukses merebut Irian Barat lewat Trikora.

Tapi, bagi Panglima Angkatan Darat, Letnan Jenderal Achmad Yani, situasi medan tempur di perbatasan sangat merisaukannya. Itu menjadi pikirannya, kendati Angkatan Darat sudah mengirim Batalyon II RPKAD untuk mengamankan perbatasan.

Seperti dilansir dari buku Benny Moerdani: Tragedi Seorang Loyalis, Letjen Ahmad Yani segera memanggil personel andalan RPKAD yang sukses memimpin perang gerilya di Irian Barat, Mayor Benny Moerdani.

Tugas yang kemudian dibebankan kepada Benny adalah segera berangkat ke Kalimantan Utara dan mengorganisasi cara menangkal aksi penyusupan pasukan Inggris.

Karena tugas Benny Moerdani merupakan misi rahasia, setibanya di Kalimantan Utara, tim tidak menggunakan identitas prajurit RPKAD.

Rektor Pimpin Sertijab Wakil Rektor Unja Periode 2020-2024

Hingga Akhir April ini, Kasus DBD di Bungo Capai 84 Kasus, Terbanyak di Kecamatan Pelepat Ilir

Bertahan di Tengah Pandemi Virus Corona, Airbus Pertimbangkan Pemangkasan Karyawan

139 Orang Anak Usia di Bawah 10 Tahun Positif Corona, Satu di Jambi

Benny yang berangkat langsung dari Cijantung, Jakarta, hanya membawa tim kecil.

Tujuan operasi penyusupan tim kecil Benny adalah mengamati rute-rute penyerbuan yang nantinya bisa dipakai oleh induk pasukannya.

Kawasan yang pertama kali menjadi daerah operasi Benny dan timnya di Kalimantan Utara adalah sebuah dusun kecil yang berlokasi di seberang perbatasan Serawak-Kalimantan Barat.

Setelah sesuai dengan sasaran yang diserbu oleh RPKAD dan satuan lainnya, pasukan kecil Benny terus melaksanakan tugas secara berpindah-pindah.

Taktik penyamaran

Selama melaksanakan misi pengintaian dan penyusupan di perbatasan, meskipun pada saat itu ABRI sudah secara terang-terangan membantu gerilyawan TNKU, tim kecil itu selalu harus melaksanakan taktik penyamaran.

Sesuai kebijakan yang diambil pimpinan ABRI masa itu, Benny Moerdani memperoleh identitas baru sebagai seorang sukarelawan dan memakai seragam TNKU.

Nama yang tertulis di kartu anggota TNKU tetap Moerdani, tapi dia dijadikan warga masyarakat Kalimantan Selatan, kelahiran Muarateweh, kota kecil yang berada di tepi Sungai Mahakam.

Bersama personel TNKU yang dipimpinnya, Benny kemudian mulai melancarkan perang gerilya terhadap pasukan Inggris.

Pasukan TNKU yang berintikan prajurit RPKAD yang sudah berpengalaman tempur itu langsung menunjukkan taring, kendati musuh yang dihadapi merupakan pasukan elite SAS.

Dalam suatu serangan penyergapan di pedalaman Kalimantan Timur yang berhutan lebat, pasukan gerilya TNKU berhasil menawan satu orang musuh, menembak mati satu orang lagi, sementara dua musuh berhasil melarikan diri.

Dari total musuh yang tertangkap sebanyak empat orang, bisa dipastikan itu merupakan anggota pasukan elite SAS yang sedang menyusup.

Sudah Dibuka Pendaftaran Kartu Pra Kerja Gelombang III, Ini 9 Syarat Swafoto Kartu Pra Kerja

Partisipasi dan Kepedulian Maybank Indonesia Bersama Masyarakat Memerangi Covid-19

Cerita Pengalaman Pasien Positif 01 & 02 ke Ganjar Pranowo, Gubernur Jateng Sampai Ngakak karena Ini

Peristiwa tertawannya satu anggota pasukan SAS itu segera disampaikan kepada Letjen Ahmad Yani.

Karena merupakan peristiwa sangat penting, diperintahkan oleh Ahmad Yani, anggota SAS yang tertawan dan terluka cukup serius itu segera dikirim ke Jakarta guna kepentingan propaganda.

Bukti adanya pasukan SAS yang tertawan, jelas akan membuat pemerintah Inggris mengambil sikap terhadap kebijakan militernya di perbatasan Kalimantan-Malaysia.

Tapi karena kurangnya alat transportasi dan sarana kesehatan, anggota SAS yang tertawan ternyata meninggal sebelum dikirim ke Jakarta.

Mayat anggota SAS itu terpaksa dikuburkan di tengah hutan Kalimantan. Hanya dog tag dan persenjataannya yang dikirim ke Jakarta sebagai barang bukti.

Kemampuan Kopassus:

Operasi Militer Perang (OMP): 
- Direct Action serangan langsung untuk menghancurkan logistik musuh
- Combat SAR, Anti Teror
- Advance Combat Intelligence (Operasi Inteligen Khusus)

Operasi Militer Selain Perang (OMSP) 
- Humanitarian Asistensi (bantuan kemanusiaan)
- AIRSO (operasi anti insurjensi, separatisme dan pemberontakan)
- Perbantuan terhadap kepolisian/pemerintah
- SAR Khusus serta Pengamanan VVIP

Itulah satu di antara kisah keberanian Kopassus (RPKAD) dan pasukan elite TNI.

Artikel ini telah tayang di Tribunjambi.com

Sumber: Tribun Jambi
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved