KKI Warsi Rilis Luas Karhutla di Jambi, 60 Persen di Lahan Gambut

Kebakaran hutan dan lahan di Provinsi Jambi dalam beberapa hari terakhir makin meluas, bahkan di beberapa desa di Kecamatan Kumpeh, Muarojambi.

Penulis: Dedy Nurdin | Editor: Teguh Suprayitno
Tribunjambi/Dedy Nurdin
Kebakaran gambut merembet dan mendekati pemukiman warga di desa Betung, Kumpeh, Kabupaten Muarojambi. Warga dan TNI melakukan pemadaman. Minggu (22/9/2019) 

KKI Warsi Rilis Luas Karhutla di Jambi, 60 Persen di Lahan Gambut

TRIBUNJAMBI.COM, JAMBI - Kebakaran hutan dan lahan di Provinsi Jambi dalam beberapa hari terakhir makin meluas, bahkan di beberapa desa di Kecamatan Kumpeh, Kabupaten Muarojambi sudah empat hari mengalami gangguan kabut asap yang pekat disertai partikel abu.

Berdasarkan analisis KKI WARSI, Hingga pertengahan September 2019, tercacat 47.510 hektar kawasan hutan dan lahan yang terbakar.

"Analisis kita lakukan melalui citra satelit lansat TM8 sampai tanggal 16 September 2019 luas hutan dan lahan yang terbakar di Jambi mencapai 47.510 hektar," kata Rudi Syaf, Direktur KKI WARSI dalam rilisnya, Senin (23/9/2019).

Dari luasan yang terbakar, 28.889 hektar berada di kawasan gambut di tiga kabupaten yakni Muarojambi, Tanjab Timur dan Kabupaten Tanjab Barat.

Baca: Lagi Adzan Magrib, Api Bakar Bedeng 13 Pintu di Tungkal Ilir Jambi

Baca: Mengapa Kabut Asap di Jambi Masih Pekat? Analisa KKI Warsi Sudah 47 Ribu ha Lahan dan Hutan Terbakar

Baca: BREAKING NEWS, Pemprov DKI Jakarta Kirim 79 Personel Gabungan Bantu Padamkan Api di Jambi

Baca: Belasan Penerbangan Lion Air Group Dibatalkan Akibat Kabut Asap, Berikut Daftarnya

Baca: VIDEO: Kebakaran Masih Terjadi di Kabupaten Muarojambi, Petugas Kesulitan ke Lokasi Titik Api

Namun menurut KKI Warsi, kasus kebakaran yang terjadi di lahan gambut selain sulit dipadamkan juga menjadi pemicu kabut asap yang tebal disertai partikel abu yang berbahaya bagi kesehatan.

KKI WARSI merinci, berdasarkan peruntukan lahan, kebakaran terjadi hampir disemua pemegang konsesi.

Dari 47.510 hektar yang terbakar, 10.194 hektar terjadi di areal hutan tanaman industri, HPH 8.619 hektar, Perkebunan Sawit 8.185 hektar, Hutan Lindung 6.712 hektar.

Sementars untuk areal Restorasi Ekosistem 6.648 hektar, Taman Nasional 3.395 hektar, lahan masyarakat 2.956 ha, dan Taman Hutan Raya 801 hektar.

Rudi Syaf menyebut, hampir semua kawasan yang terbakar berada pada areal yang ada pemilik dan pihak pemegang izin yang harusnya memegang tanggung jawab.

Jika lebih detail terlihat banyak pemegang izin yang mengalami kebakaran berulang, terutama di kawasan gambut.

Di antaranya perusahaan HPH yang di Jambi hanya tinggal 2 perusahaan yaitu PT PDI dan PT PBP juga mengalami kebakaran pada tahun 2015.

Baca: Rahasia 4 Taktik Soeharto Mengakhiri G 30S PKI, Banyak yang Tak Menduga Cara Ini Dilakukan

Baca: Kerusuhan di Wamena, Tak Ada Pesawat di Bandara Wamena, Tak Layani 120 Penerbangan

Baca: Tak Tanggung-tanggung, Bebby Fey Ngaku Diperkosa Genderuwo 6 Kali, Mau 7 Kali Ditolak karena Ini

Baca: Papua Kembali Rusuh, Ribuan Massa Gelar Aksi Unjuk Rasa, Bakar Sejumlah Gedung dan Rumah

Pun demikian dengan perusahaan HTI, juga mengalami kebakaran berulang di antaranya PT WKS, dan eks PT Diera Hutani Lestari. Perkebunan sawit yang juga berulang diantaranya PT CIN, PT ATGA, PT KUS.

“Kebakaran berulang ini menunjukkan bahwa ada ketidak mampuan pemegang izin di kawasan gambut untuk menjaga kawasan kelolanya aman dari bahaya kebakaran,” kata Rudi Syaf. (Dedy Nurdin)

Sumber: Tribun Jambi
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved