Anak Tukang Sate di Kuala Tungkal Lolos Seleksi di STAN

Guruh Septiano Putro (18), anak pedagang sate di Kuala Tungkal yang lolos seleksi di Sekolah Tinggi Akutansi Negara (STAN).

Penulis: Darwin Sijabat | Editor: Teguh Suprayitno
Tribunjambi/Darwin
Guruh Septiano Putro (18), anak pedagang sate di Kuala Tungkal yang lolos seleksi di Sekolah Tinggi Akutansi Negara (STAN). 

 Anak Tukang Sate di Kuala Tungkal Lolos Seleksi di STAN

TRIBUNJAMBI.COM, KUALA TUNGKAL - Tuntutlah ilmu hingga ke negeri China. Ungkapan itulah yang dipegang Guruh Septiano Putro (18), anak pedagang sate di Kuala Tungkal yang lolos seleksi di Sekolah Tinggi Akutansi Negara (STAN).

Guruh merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Rudy (46) yang bekerja sebagai tenaga honorer dan Mariati (42) sebagai pedagang sate di Jalan Siswa KH Dewantara, Kecamatan Tungkal Ilir.

Orang tua mana yang tak bangga bila anaknya dinyatakan lulus di salah satu perguruan tinggi ternama di Indonesia. Bahkan setiap anak yang baru menamatkan bangku SMA nya pasti bangga bisa lolos seleksi di kampus yang sudah berdiri sejak 1964 tersebut.

Meskipun berlatarbelakang keluarga tidak mampu, namun niat untuk menempuh pendidikan yang lebih tinggi tidak pernah surut. Selain ingin membahagiakan orang tua, Guruh bercita-cita ingin merubah nasib dan bisa membantu orang tua.

Baca: 18 Rumah di Kuala Tungkal Terbakar, Safrial Rencanakan Bangun Hydrant di Kawasan Padat Penduduk

Baca: Masnah Ingin Pembangunan Tol Sumatera Lancarkan Perekonomian Masyarakat Muarojambi

Baca: Atasi Banjir Kota Jambi, Dinas PUPR Bangun 4 Jembatan Baru di Sini

Baca: Tak Jadi Turun Keras, RSUD Abdul Manap Kota Jambi Tetap Tipe C

Jika ingin membantu orang tentu pada umumnya yang dilakukan dengan mencari pekerjaan yang dengan segera bisa mendapatkan penghasilan.

Namun itu tidak dilakukannya, Alumni SMA Titian Teras itu ingin melihat peluang yang lebih besar serta lulusan dari PKN STAN langsung mendapatkan pekerjaan dan jangka waktu perkuliahan yang cepat.

Guruh lolos seleksi setelah berhasil bersaing dengan 140.000 pendaftar. Hal itu menjadi kebanggaan tersendiri bagi pria kelahiran 20 September 2001 itu. Ketatnya persaingan sempat membuatnya sedikit minder.

Hal yang memotivasi alumni SMA Titian Teras, Jambi ini untuk mengikuti pendidikan di jenjang yang lebih tinggi adalah untuk jaminan hidup kedepannya. Dia yakin dengan pendidikan dapat merubah nasib seseorang.

Sementara dalam persiapan mengikuti tahapan demi tahapan hingga diterima, Guruh mengakui telah mempersiapkan dalam kurun waktu satu tahun. Beberapa hal yang dipersiapkan yaitu dengan mempelajari modul, memperbanyak buku, dan yang tak kalah penting melatih fisik, dan mental.

Sedangkan cara belajar, dia mengaku memerlukan niatan khusus sehingga tercipta quality time. Selain itu untuk belajar juga tidak boleh terlalu dipaksakan dan harus menyesuaikan dengan keadaan. Sebab waktu yang baik untuk belajar dengan durasi sekitar 30 hingga 40 menit.

"Belajar tidak dipaksakan, perlu refreshing misalkan main hp atau lainnya, tapi jangan kecanduan main. Belajar itu bisa malam atau pagi. Tapi pagi itu lebih bagus karena otak lebih fresh dan tanpa beban," katanya kepada Tribunjambi.com.

Baca: BREAKING NEWS, Pemprov Jambi Keluarkan 9 Poin Imbauan Sikapi Bahaya Kabut Asap

Baca: Tengkuluk Jambi Tampil Dalam Pemeran Kerajinan Nusantara

Baca: Dinsos Batanghari Keluarkan 253 Rekomendasi Santunan Kematian

Baca: 14 Desa di Provinsi Jambi Masih Tertinggal, Separuh Ada di Merangin

"Belajar tidak hanya tidak membaca buku saja, dari kegiatan kita juga bisa belajar," ujar pria yang hobi musik ini.

Motivasi dari senior yang lulus di sekolah kedinasan. Mariati (42) orang tua perempuan Guruh mengaku sangat bahagia dan senang atas kelulusan anaknya.

"Yang pasti kita senang dan bahagia. Pas lulus itu saya nangis campur bahagia," ujar ibu tiga anak ini.

Sangkin gregetnya menunggu pengumuman tersebut, Mariati menceritakan tidak sadar kalau dirinya tidak makan seharian nunggu pengumuman kelulusan.

Begitu tau pengumuman kelulusan itu, rasa kebagian itu begitu lengkap rasanya.

Dalam menghidupi keluarga, Mariati bersama suami tidak mengenal waktu untuk mengumpulkan uang demi menyekolahkan anaknya.

"Tidak tau siang, malam yang penting anak sekolah," katanya.

Oleh karena itu dia berharap kepada anaknya untuk serius dalam mengikuti perkuliahan dengan baik dan tidak terpengaruh dengan dunia luar.

"Kalau bergaul, ya sadar diri, kita keluarga kurang mampu. Tidak terpengaruh dengan jaman sekarang. Mudah mudahan tetap lancar dan sampai lulus," pesannya.

Sebelum mendapatkan informasi kelulusan secara resmi, Mariati bersama keluarganya sempat cemas. Sebab posisi kelulusan pada tahapan pertama diposisi 4.000 dari 8.000 yang lolos. Sementara yang diterima hanya sekitar 3.700 orang saja.

Namun keluarga tetap yakin dan optimis terhadap kemajuan anaknya. Sebab anaknya sejak masuk sekolah telah menunjukkan kemampuan dalam bidak akademik.

Sebelum masuk di PKN STAN, Guruh telah mengikuti perkuliahan sekitar satu minggu lamanya di Universitas Padang melalui jalur undangan. (DARWIN SIJABAT)

Sumber: Tribun Jambi
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved