Ramadan Mubaraq

Begini Suasana Salat Jumat Pertama Ramadan di Masjid Tertua di Kota Jambi

Masjid itu tampak ramai sejak lebih setengah jam sebelum azan dikumandangkan. Orang-orang datang ke masjid, berduyun-duyun,

Penulis: Mareza Sutan AJ | Editor: Fifi Suryani
TRIBUN JAMBI/MAREZA SUTAN AJ
Para jemaah di halaman masjid Al Ihsaniyah, Olak Kemang. Mereka datang untuk menunaikan salat Jumat, (18/5/18) 

Laporan wartawan Tribun Jambi, Mareza Sutan A J

TRIBUNJAMBI.COM, JAMBI - Masjid itu tampak ramai sejak lebih setengah jam sebelum azan dikumandangkan. Orang-orang datang ke masjid, berduyun-duyun, Jumat (18/5/18).

Para jemaah memadati masjid, dari shaf paling depan hingga belakang.

Siapa yang menyangka, bangunan yang masih tampak elok dan megah itu adalah bangunan rumah ibadah umat Islam pertama di Jambi. Letaknya di jalan KH Ibrahim, RT 05, Olak Kemang, Danau Teluk, Kota Jambi.

Baca: ASTAGA! - Malu Anaknya Makan di rumah Orang, Pria Ini Tendang dan Benturkan Kepala Istrinya

Tak jauh dari tepian Sungai Batanghari, masjid ini ternyata menyimpan sejarah yang teramat panjang. Sejak didirikan pertama kali pada 1880, masjid ini telah berkali-kali direnovasi.

Masjid Al Ihsaniyah, atau yang juga dikenal masyarakat dengan Masjid Batu menyimpan banyak cerita. Sejak Islam masuk di Jambi, masjid inilah yang pertama kali menjadi rumah ibadahnya.

Masjid Batu didirikan oleh Datuk Shin Thai, seorang muslim China yang juga menyebarkan Islam ke Jambi. Berdua dengan seorang ulama Arab keturunan Yaman, Sayyid Idrus bin Hasan Al-Jufri, yang juga menjadi tokoh dan pejuang Islam di tanah Jambi.

Disampaikan oleh tokoh masyarakat sekitar, A Ramzi, masjid tersebut sering digunakan sebagai tempat kegiatan keagamaan.
Pada Jumat pertama Ramadan 1439, Khatib pun menyampaikan khutbahnya.

Dia menyampaikan tentang tiga hal penting yang terdapat dalam diri manusia.

"Ada tiga hal yang penting yang terdapat dalam diri kita. Pertama, hati. Kedua, akal. Ketiga, nafsu," katanya.

Tidak lupa, khatib pada Jumat itu juga menyampaikan pentingnya puasa bagi manusia. Dia juga menyampaikan manfaat puasa.

Baca: Pedagang Pasar Ramadan di Sungai Penuh Melonjak jadi 400 Orang

Baca: Warga Bangko Barat Ini Ditemukan Tewas Tergeletak di Kebun di Samping Motornya

Mengutip dari potongan hadis, dia mengatakan puasa dapat menyehatkan.

"Summu tashihu. Berpuasalah, maka kamu akan sehat (HR Thabrani)," dia menyampaikan.

Pada kesempatan terpisah, tokoh masyarakat lain, Sofyan menyampaikan, asal mula masjid Al Ihsaniyah dijuluki Masjid Batu, sebab masjid itulah yang pertama kali dibangun dengan susunan batu atau beton.

"Kenapa masjid ini disebut Masjid Batu, karena pada masa itu, inilah masjid pertama yang dibangun dengan batu. Waktu itu, masjid-masjid bangunannya masih kayu. Bangunan dulu masih pakai pasak-pasak," tuturnya, Jumat (30/3/18).

Siapa yang menyangka, masjid itu menjadi sentral ibadah umat Islam pada masanya. Bahkan, kata dia, pada masa penjajahan dulu, masjid itulah yang menjadi tempat ibadah termegah di tanah Jambi ini.

"Bangunan batu itu dibuat waktu zaman Belanda. Makanya, desainnya dulu mirip dengan gaya bangunan Belanda," kisahnya.

Tidak hanya bangunan masjid, ternyata sampai ke tempat berwudu pun punya gaya desain yang ciamik. Katanya, dulu tempat wudu di sana berupa kolam. Belum seperti sekarang yang telah menggunakan keran sebagai tempat keluar air mengalir.

Baca: Diduga Korban Tabrak Lari di Desa Bukit Baling Bernama Awal, Warga Sekernan

Baca: Pedagang Pasar Ramadan di Sungai Penuh Melonjak jadi 400 Orang

Baca: Warga Bangko Barat Ini Ditemukan Tewas Tergeletak di Kebun di Samping Motornya

Kolam itu terletak tak jauh dari bangunan masjid. Dibuat di dalam tanah.

Dia juga menceritakan, dari masjid itulah dulu perlahan-lahan Islam berkembang di Jambi. Budaya Islam kemudian semakin berkembang seiring berlalunya waktu.

"Dari sinilah dulu awalnya. Baru setelah itu, berkembang, menyebar Islam ke tempat lain," terangnya.

Memang, dari kawasan Seberang itulah pertama kali Islam mekar. Di masjid itu pula, masih terdapat benda-benda bersejarah. Bahkan, hingga kini, masih ada yang digunakan.

Bedug contohnya. Sofyan menyampaikan, bedug itu telah seabad lebih usianya. Kayunya masih asli. Namun, kulitnya telah berganti.

Tidak hanya itu, Sofyan juga menceritakan, dulu ada kaligrafi yang menjadi papan nama masjid Al Ihsaniyah. Kaligrafi itu elok bentuknya. Dibuat oleh seorang yang dikenal piawai membuat kaligrafi, Bilal Muchtar bin Abdul Hamid, ayah dari KH Ibrahim.

"Kalau dulu, papan depannya itu tidak seperti sekarang. Dulu ada kaligrafi, bagus bentuknya," kisahnya.

Baca: Jalan Terusan Tembus Ness-CitraRaya City Diresmikan, Bisa Dilalui saat Mudik Lebaran

Baca: DRAMATIS - Perampokan di Kasang, Kakak Selamatkan 2 Adik ke Luar. Lalu Kunci Ruko dari Luar

Baca: Dipaksa Menikah, Gadis Ini Tikam Suami yang Coba Memperkosanya dengan Dibantu Sepupu

Baca: Cegah Kehamilan Tanpa Kontrasepsi, Simak Tiga Trik dengan Sistem Kalender Ini

Selain itu, ketika salat Jumat, khatib yang menyampaikan khutbah pun menggunakan tongkat yang sudah cukup lama usianya.

Di depan masjid Al Ihsaniyah, terdapat sebuah makam. Itulah makam Habib Sayyid Idrus bin Hasan Al-Jufri. Dialah yang dikenal dengan nama Pangeran Wiro Kusumo.

Satu di antara jemaah yang pada Jumat itu, Fatur mengatakan, masjid itu menjadi tempat yang nyaman untuk beribadah.

"Dibilang nyaman, ini termasuk yang nyaman nian. Enaklah kalau untuk kita ibadah, salat, ngaji, atau apa sajalah," katanya.

Hingga kini, di tengah perkembangan Islam yang masih berlanjut, masjid itu masih menjadi tempat ibadah yang ramai didatangi umat Islam dari berbagai penjuru.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved