Polemik Partai Setan dan Partai Allah, Bisa Meningkatkan Radikalisme di Akar Rumput
Pakar psikologi politik Universitas Indonesia, Hamdi Muluk, menegaskan, dikotomi partai Allah dan partai setan yang disampaikan
Baca: Oknum Anggota Polsek Diamankan Satres Narkoba Polres Merangin
Baca: Kades Tanjung Katung Dilaporkan Panwaslu Muarojambi ke Bupati
"Cara-cara yang elegan biasanya, kan, mengungkapkan apa ideologi partai, apa yang menjadi platform, program, dan semua berbasis argumentasi, faktual, dan rasionalistas. Itu yang sehat," kata Hamdi.
Menurut dia, sikap itu lebih mampu menjadi daya tarik bagi pemilih. Sebab, legitimasi politik dibangun menggunakan cara-cara yang elegan dan sehat. Langkah ini juga bisa merebut potensi suara pemilih yang mengarahkan dukungannya ke partai lain.
"Kalau pemilih kita bisa diyakinkan dengan cara-cara yang rasional, mengemukakan program, otomatis legitimasi jadi kuat dan mendelegitimasi lawan, misalnya lawan partai itu tidak bagus, programnya tidak rasional, data menunjukkan begini, tinggal nanti lihat apakah pemilih percaya atau enggak," ungkapnya.
Diberitakan sebelumnya, dalam sebuah ceramah di Jakarta, Amien Rais mendikotomikan adanya partai setan dan partai Allah.
Awalnya, dia mengajak semua pihak, termasuk PAN, PKS, dan Gerindra, bersama umat Islam berjuang bersama membela agama. Kemudian, dia menyebutkan, sebaliknya ada pula partai besar yang bergabung dengan partai setan. Namun, saat dikonfirmasi, partai mana yang dimaksud partai setan, dia enggan menjawab.
Baca: Bambang Irawan: Terobsesi Melihat Insinyur ITB yang Berkunjung ke Pedalaman Jambi Tahun 70-an
Baca: Rekrutmen CPNS Merangin - Tes Dilakukan di Bungo, Tahapan Diprediksi Mulai Mei Mendatang
Baca: Hanya Delapan Perusahan Yang Melapor
Baca: Kadis Kesehatan Kota Sungai Penuh Mengundurkan Diri
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul ""Enggak Perlulah Setan dan Tuhan Dibawa-bawa dalam Berpolitik..."
