Pascaserangan Kimia yang Tewaskan Puluhan Warga Sipil, Sabtu Pagi AS Gempur Suriah
Pasukan Amerika Serikat (AS), Inggris dan Prancis menggempur Suriah melalui serangan udara pada Sabtu (14/4) pagi. Serangan
Baca: Tawari Prabowo Jadi Cawapres, Gerindra: Jokowi Takut Kalah. Ini Alasannya
Baca: ASTAGHFIRULLAH - Protes pada Penguasa, Pria Ini Tega Lempar Bayinya Usia 6 Bulan dari Atas Atap
"Untuk Iran dan Rusia, saya bertanya, negara seperti apa yang ingin dikaitkan dengan pembunuhan massal terhadap laki-laki, perempuan dan anak-anak yang tidak bersalah?" Kata Trump.
Perdana Menteri Inggris Theresa May mengatakan, telah mengizinkan pasukan bersenjata Inggris melakukan serangan terkoordinasi dan ditargetkan untuk menurunkan kemampuan senjata kimia rezim Suriah. Dia menggambarkannya sebagai serangan terbatas dan terarah yang bertujuan untuk meminimalkan korban sipil.
"Ini bukan tentang campur tangan dalam perang sipil Suriah atau tentang mengubah rezim," kata May dalam pernyataan.
Belum jelas seberapa luas serangan itu. Para pejabat AS sebelumnya mengatakan bahwa Trump telah memerintahkan serangan yang lebih agresif terhadap Suriah daripada yang direkomendasikan oleh para pemimpin militernya.
Menteri Pertahanan AS Jim Matt dan para pemimpin militer lainnya telah memperingatkan bahwa semakin besar serangan, semakin besar risiko konfrontasi dengan Rusia. Serangan udara, bagaimanapun, berisiko menyeret AS lebih jauh ke dalam perang sipil Suriah, terutama jika Rusia, Iran dan Assad memilih untuk membalas.
Baca: 2 Kasus Pelecehan Seksual Guru pada Murid di Tebo, Ini Tanggapan Waka DPRD
Baca: Razia Pekat di Tebo - Dua Mesin Dingdong Disita
Baca: Ayah dan Anak Tarik Motor dengan Motor, Tiba-tiba Ngerem Mendadak. Bus ALS Hilang Kendali
Baca: GALERI FOTO & VIDEO: WOW! Sotong Seukuran Tubuh Manusia Bikin Gempar. Tertangkap di Perairan. . .
Sementara, menurut kantor berita SANA, Suriah mengatakan pertahanan udaranya menghadapi agresi AS-Prancis-Inggris. Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia, sebuah kelompok yang memantau konflik, melaporkan bahwa serangan itu menargetkan beberapa pangkalan militer, lokasi pengawal republik dan pusat penelitian studi ilmiah.
AS memang diduga akan melancarkan sebuah serangan, sejak Trump bersumpah pada Minggu lalu untuk menanggapi secara paksa serangan mengerikan terhadap Douma, sebuah kota di luar Damaskus, benteng terakhir bagi pemberontak yang menentang Presiden Suriah Bashar al-Assad. Diperkirakan sekitar 21 hingga 78 warga sipil menjadi korban di Douma.
Serangan gas beracum di Douma mengacaukan rencana Trump untuk wilayah tersebut. Padahal, sebelum laporan serangan kimia itu, Trump mengatakan militer Amerika akan segera menarik diri dari Suriah, setelah kekalahan militan ISIS di sana. Namun, akhir pekan lalu, dia mengutuk serangan kimia tersebut melalui cuitan di Twitter dan memperingatkan akan ada harga besar yang harus dibayar atas serangan itu.