Berita Nasional

Kabar SMAN 72 Jakarta Pasca Ledakan, Siswa Trauma hingga Pindah Sekolah

Aktivitas SMAN 72 Jakarta perlahan kembali berjalan setelah ledakan yang terjadi pada Jumat (7/11/2025) di kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara.

Penulis: Heri Prihartono | Editor: Heri Prihartono
KompasTv
PASCA LEDAKAN. Aktivitas belajar di SMAN 72 Jakarta perlahan kembali berjalan setelah ledakan yang terjadi pada Jumat (7/11/2025) di kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara. 

TRIBUNJAMBI.COM -Aktivitas belajar di SMAN 72 Jakarta perlahan kembali berjalan setelah ledakan yang terjadi pada Jumat (7/11/2025) di kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara.

Meski kegiatan tatap muka sudah dibuka kembali sejak Senin (17/11/2025), kehadiran siswa masih terbatas karena sebagian besar dari mereka memilih mengikuti pembelajaran dari rumah.

Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung menjelaskan bahwa banyak siswa yang belum siap kembali ke ruang kelas.

Menurutnya, kondisi pascakejadian membuat sejumlah pelajar membutuhkan waktu lebih lama untuk pulih dari rasa takut dan tekanan psikologis.

"Ada beberapa yang trauma, luka dan sebagainya yang belajar daring," kata Pramono Anung di Halaman Masjid Al Ikhlas, Kelapa Gading, Jakarta Utara, Selasa (18/11/2025).

Proses pembelajaran memang sudah kembali dibuka secara resmi, tetapi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memberikan kelonggaran.

Orang tua dan siswa diperbolehkan memilih metode belajar sesuai kondisi masing-masing.

Pramono menyebut sebagian kegiatan sekolah telah kembali berlangsung, walaupun jumlah siswa yang hadir belum sepenuhnya normal.

"Sekarang ini alhamdulillah di SMAN 72 Jakarta, proses belajar-mengajarnya sudah berjalan normal, tapi belum sepenuhnya hadir secara fisik," ucap Pramono.

Ledakan yang terjadi pada pekan lalu menyebabkan 55 orang mengalami luka-luka, termasuk siswa, guru, dan staf sekolah.

Setelah kejadian itu, sejumlah pelajar disebut meminta pindah sekolah karena merasa tidak nyaman kembali ke lokasi yang menjadi tempat ledakan.

Penanganan psikologis dan pendampingan menjadi salah satu langkah yang disiapkan untuk membantu siswa mengatasi trauma.

Selain penanganan di sekolah, Pemprov DKI Jakarta tengah menyiapkan kebijakan baru untuk membatasi akses pelajar terhadap konten kekerasan di internet.

Rencana kebijakan tersebut muncul setelah penyelidikan awal menemukan dugaan bahwa ledakan dipicu oleh tayangan yang dikonsumsi pelaku di dunia maya.

"Sekarang sedang dirumuskan Dinas Pendidikan agar tidak semua anak dengan gampang melihat YouTube yang kemudian menginspirasi mereka melakukan seperti yang terjadi di SMA 72," ujar Pramono.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved