Berita Nasional

Apakah Keraton Surakarta dan Keraton Yogyakarta Bersaudara, Mengapa Bisa Pecah

Sebenarnya, Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat dan Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat adalah satu saudara, dari Wangsa Mataram.

Penulis: asto s | Editor: asto s
KOMPAS.com / KRISTIANTO PURNOMO
MATARAM - Penampakan kompleks makam Raja-raja Mataram, Kotagede, Yogyakarta. Di sini terdapat makam Raja Pajang, Sultan Hadiwijaya, Ki Ageng Pemanahan, Raja Mataram Islam pertama, Panembahan Senopati, dan makam Sultan Hamengku Buwono II. 

Perjanjian Giyanti muncul akibat polemik internal yang terjadi di kalangan anggota keluarga istana Kesunanan Surakarta atau yang menjadi pewaris Wangsa Mataram Islam saat itu. 

Perjanjian ini secara de facto dan de jure menandai berakhirnya Mataram yang sepenuhnya independen. 

Nantinya, muncul dua kerajaan baru sebagai pengganti Kesunanan Kartasura, dan menjadi awal dari Sejarah Kesultanan Surakarta dan Yogyakarta.

Terdapat tiga tokoh utama yang terlibat dalam konflik saudara ini, yaitu Pangeran Prabasuyasa atau Susuhunan Pakubuwana II, Pangeran Mangkubumi atau Sultan Hamengkubuwana I, dan Raden Mas Said atau Pangeran Sambernyawa (nantinya bergelar Adipati Mangkunegara I).

Pakubuwana II dan Pangeran Mangkubumi merupakan kakak-beradik, sama-sama putra dari Amangkurat IV yang menjadi penguasa Mataram periode 1719–1726. 

Raden Mas Said merupakan salah satu cucu dari Amangkurat IV atau keponakan Pakubuwana II dan Pangeran Mangkubumi. 

Ayah Raden Mas Said yang bernama Pangeran Arya Mangkunegara adalah putra sulung dari Amangkurat IV.

Pangeran Mangkubumi dan Raden Mas Said sama-sama merasa berhak mendapatkan bagian dari kekuasaan Kesunanan Kartasura setelah Amangkurat IV wafat. 

Namun, Belanda justru menaikkan Pangeran Prabasuyasa sebagai raja.

Pangeran Prabasuyasa kemudian bergelar Susuhunan Pakubuwana II (1745–1749) dan memindahkan istana dari Kartasura ke Surakarta. 

Inilah yang membuat Kesunanan Surakarta berdiri sebagai bentuk paling baru dari kerajaan turunan Mataram.

Raden Mas Said lantas mengobarkan perlawanan terhadap Belanda untuk menuntut haknya sebagai pewaris kuasa Mataram

Sartono Kartodirdjo (2005) dalam Sejak Indische sampai Indonesia mengungkapkan jika Pangeran Arya Mangkunegara seharusnya menjadi penguasa Mataram sebagai penerus dari Amangkurat IV. 

Namun, lantaran kerap menentang Belanda dan difitnah oleh Patih Danureja, dia diasingkan ke Ceylon, Sri Lanka dan meninggal dunia di Cape Town, Afrika Selatan.

Hal inilah yang mungkin menyebabkan Raden Mas Said berjuang mati-matian melawan Belanda. 

Halaman 2/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved