Polemik di Papua

Tokoh Pemuda Ungkap 2 Wartawan Australia Diduga Bantu Sebby Sambom Pasok Senjata ke KKB Papua

Penangkapan dua warga Australia yang diduga pemasok senjata api ke TPNPB-OPM atau KKB Papua pada Sabtu (13/9/2025) membuka tabir baru. 

Penulis: Darwin Sijabat | Editor: Darwin Sijabat
Ist
Penangkapan dua warga Australia yang diduga pemasok senjata api ke Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM) atau KKB Papua pada Sabtu (13/9/2025) membuka tabir baru.  

Gerakan ini berdiri pada 1965 sebagai respons terhadap kontroversi Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera) 1969, yang dianggap tidak sah oleh sebagian masyarakat Papua.

Baca juga: KKB Papua Bantah Terima Senjata dari Australia, Jubir TPNPB-OPM: Tuduhan Tak Berdasar

Baca juga: Jokowi Tak Gentar, Sebut Ada Orang Besar di Balik Gugatan Ijazahnya dan Gibran: Semua Kita Layani

Pemerintah Indonesia secara resmi menganggap TPNPB-OPM sebagai Kelompok Kriminal Bersenjata di Papua atau KKB Papua

Konflik antara kelompok ini dan aparat keamanan Indonesia menjadi salah satu isu paling kompleks di dalam negeri.

Sebelumnya, Juru bicara TPNPB-OPM, Sebby Sambom, membantah klaim dua warga Australia sebagai pemasok senjata api untuk KKB Papua.

Dengan tegas dia mengklaim bahwa pihaknya tidak pernah menerima senjata api dari Australia.

Sehingga kata dia, tuduhan terhadap TPNPB-OPM itu tidak berdasar dan tidak benar.

"TPNPB di Komando Nasional mempunyai protokol. Jadi kami di Manajemen Pengendali Markas Pusat belum pernah terima senjata dari warga negara Australia. Jadi kami anggap tuduhan itu tidak berdasar."

"Karena kami secara official belum ketahui tentang bantuan senjata dari warga negara Australia," sebutnya dalam pesan kepada wartawan.

Sebelumnya diberitakan, dua pria berkewarganegaraan Australia ditangkap kepolisian setempat atas tuduhan dan dakwaan sebagai pemasok 
senjata api dan peralatan militer ke TPNPB-OPM atau yang disebut juga KKB Papua.

Baca juga: KKB Papua Eksekusi Mati Seorang Banpol di Yahukimo, TPNPB-OPM Tuding Korban Mata-mata Aparat

Baca juga: Kematian Brigadir Esco Masih Misteri: 50 Saksi Diperiksa, Termasuk Istri, Pelaku Belum Terkuak

Pasokan tersebut dikirimkan ke kelompok di balik peristiwa penculikan pilot Selandia Baru bernama Kapten Philip Mark Mehrtens.

Mehrtens disandera pada Februari 2023 setelah mendaratkan pesawat kecil di Bandara Paro, Papua Barat. 

Kapten Philip Mark Mehrtens yang merupakan pilot Susi Air asal Selandia Baru ditawan selama 592 hari, lalu dibebaskan pada September tahun lalu.

Melalui penyelidikan antiterorisme selama dua tahun, aparat Australia dan Selandia Baru mengklaim menemukan bukti.

Bukti itu diduga menghubungkan seorang pria dari Negara Bagian Queensland dan seorang pria dari Negara Bagian New South Wales dengan aktivitas perdagangan senjata.

Kedua pria itu menghadapi berbagai tuduhan.

Halaman
123
Sumber: Tribun Jambi
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved