Situasi Berubah Memanas
Awalnya, unjuk rasa sejak pagi hingga siang berlangsung damai. Namun, situasi berubah memanas ketika ratusan warga menerobos masuk ke area kerja pembangunan bendungan PLTA.
Massa melempari alat berat ekskavator dan mengusir pekerja yang sedang melakukan pengerukan sungai.
Mereka menolak aktivitas proyek yang dinilai merusak lingkungan dan berdampak pada mata pencaharian masyarakat setempat.
Kericuhan semakin memuncak, saat aparat kepolisian yang melakukan pengamanan saling dorong dengan warga desa.
Akhirnya, polisi melepaskan tembakan gas air mata untuk membubarkan massa.
Hingga Petang
Pantauan Tribun Jambi, massa masih bertahan di lokasi hingga pukul 17.00 WIB.
Warga yang umumnya ibu-ibu, bertahan di Jembatan Sungai Tanjung Meridu.
Situasi sudah mulai tenang.
Sementara itu, aparat keamanan yang terdiri dari polisi, TNI dan Satpol PP juga masih berjaga-jaga di sana.
Perkembangan terakhir yang dihimpun Tribun Jambi hingga pukul 18.00 WIB, ada sejumlah warga yang terluka akibat saling lempar batu dengan aparat keamanan.
Selain itu mereka terkena gas air mata, namun kondisi tidak begitu parah.
"Dan juga ada ibu-ibu menangis ketakutan saat ditembaki gas air mata,"ujar warga pengunjuk rasa.
Sementara dari pihak PLTA, kerusakan terjadi di alat berat yang pecah kaca.