Ya akademisinya, ya mahasiswanya.
Dr Junaidi HB, akademisi Universitas Islam Negeri (UIN) Sultan Thaha Jambi, "menghardik" rendahnya literasi kita.
"Literasi kita tinggi, literasi baca WA (WhatsApp)," sindir Junaidi.
"Sesungguhnya tingkat literasi kita rendah, nomor tiga dari bawah di Asia Tenggara," Bang Jun melanjutkan.
Baca juga: Dosen Jurnalistik Islam UIN STS Jambi Soroti Dilema Profesi Wartawan
Rendahnya literasi berimplikasi pada tumpulnya daya kritis.
Itu yang terjadi pada kampus sekarang.
"Masalahnya pada mental juga. Takut dengan intimidasi. Solidaritas tidak terbentuk. Bubar masing-masing ketika sudah diintimidasi," ucap Junaidi.
Mengingat dengan Musik
Muhammad Syifa Al Lufti alias Cipoy, pentolan band Sukatani, memberi perspektif musik dalam kegelisahan-kegelisahan atas ragam masalah di negeri ini.
Bagi Sukatani, musik menjadi ekspresi terhadap hal-hal yang kadang luput, tetapi ada di sekitar kita.
Dengan musik, mereka mengajak kita mengingat lagi bahwa masih ada penindasan, ketidakadilan, keserakahan.
"Selanjutnya bagaimana kita merespons dengan tindakan. Misalnya membentuk aksi kolektif untuk hidup mandiri, turun ke jalan untuk aksi, dan lainnya," kata Cipoy yang bernama panggung Alectroguy ini.
Muncul beragam respons dari audiens.
Mahasiswa, aktivis lingkungan, jurnalis silih berganti menanggapi dan mengajukan pertanyaan.
Baca juga: Lirik Lagu Bayar Bayar Bayar dari Band Sukatani Viral di Media Sosial: Mau Korupsi Bayar Polisi
Kita Tidak Sendiri
Akademisi Dr Junaidi HB mengajak kita untuk terus melakukan perubahan demi perubahan meskipun kecil di tengah gelapnya negeri.