"Kalau Prabowo itu jenderal tempur, ia terjun ke Medan perang, terjun beneran pakai parasut...pertaruhkan nyawa, kata prajuritnya, “..dia kan mantu presiden, sebenarnya bisa menghindar...dia gak mau...dia turun ke battle pertaruhkan nyawa...” maka dia ksatria...," sambungnya.
Sebelumnya, Centre for Strategic and International Studies (CSIS) merilis hasil survei nasional elektabilitas pasangan capres dan cawapres jelang Pilpres 2019.
Baca Juga:
Sidang Kasus Meninggalnya 2 Anak di Kolam Renang, Ternyata Terdakwa yang Pasang Mesin Pompa Air
Lantai Tiga Kincai Plaza Ditertibkan, Tim Gabungan Temukan Ratusan Botol Minuman Beralkohol
Target Investasi Provinsi Jambi, Tahun Ini Naik 10 Persen Menjadi Rp 5,7 Triliun
Pelunasan CJH Merangin Baru 57,39 Persen, Jika 15 April tak Dilunasi, Dianggap Mengundurkan Diri
Berdasarkan hasil survei CSIS yang diikuti 1.960 responden dari 34 provinsi tersebut, pasangan Joko Widodo-Maruf Amin meraih elektabilitas 51,4 persen, unggul 18,1 persen dari Prabowo Subianto-Sandiaga Uno yang meraih 33,3 persen.
“Sementara yang belum menentukan pilihan 1,2 persen dan tidak jawab atau rahasia sebesar 14,1 persen,” ujar peneliti CSIS Arya Fernandes, di Hotel Fairmont, Senayan, Jakarta Pusat, Kamis (28/3/2019).
Arya menjelaskan, 20 hari jelang Pilpres 2019, basis suara kedua paslon sudah sangat mantap pada pilihannya.
Di kubu Jokowi-Maruf Amin, sebanyak 84,4 persen pemilihnya menyatakan sudah sangat mantap pada pilihannya, sedangkan 15,6 persen masih ragu-ragu atau masih bisa berpindah.
Di kubu Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, sebanyak 81,3 persen pemilihnya menyatakan sangat mantap, dan 18,7 persen lainnya masih bisa berpindah.
“Sehingga kemungkinan adanya migrasi suara dari satu paslon ke paslon lain dalam jumlah besar sulit terwujud,” jelas Arya.
Survei yang dilaksanakan pada 15-22 Maret 2019 itu menggunakan metode multistage random sampling dengan margin of error sekitar 2,21 persen, dan tingkat kepercayaan 95 persen.
“Dalam melaksanakan survei kami lakukan dengan pertemuan tatap muka langsung dan mengajukan kuesioner, jadi bukan survei internet atau telepon,” ungkapnya.
“Survei ini juga didanai secara mandiri dari Yayasan CSIS,” sambungnya.
Anggap Sampah
Sebelumnya, Fadli Zon, anggota Dewan Pengarah Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi, tidak ambil pusing soal hasil survei Charta Politika.
Teranyar, hasil survei Charta Politika menempatkan pasangan Jokowi-Maruf Amin unggul 53,6 persen dari pasangan Prabowo-Sandi yang hanya 35,4 persen.
Menurut Fadli Zon, lembaga survei Charta Politika tidak memiliki kredibilitas dalam menggelar survei, karena tidak menyatakan diri independen.
"Ya survei-survei itu seperti saya sering katakan itu tak kredibel. Mereka itu merupakan klien dan punya hubungan dengan paslon, kecuali mereka mengatakan independen,' ujar Fadli Zon di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (26/3/2019).
Lembaga survei yang merangkap menjadi konsultan politik salah satu pasangan calon tersebut, menurut Fadli Zon, dapat menjadi predator demokrasi.
Karena, katanya, mereka dibayar oleh salah satu pihak untuk menggelar survei. Sehingga, menurutnya ada konflik kepentingan dalam setiap survei yang digelar.
Baca Juga:
DETIK-Detik Baku Tembak Polisi dengan Penjahat Kakap, Dua Tewas Setelah Polisi Naik ke Atap Rumah
100 Ribu Warga Jambi Belum Rekam e-KTP, Dukcapil Provinsi Jambi Akan Lakukan Jemput Bola 1 April
Apa Iya Melinda Zidemi Tak Diperkosa? Pelaku Sebut Korban sedang Haid, Namun Pernyataan Berubah-ubah
Terungkap, Sperma di Tubuh Melinda Zidemi Milik Hendri, Nang Urung Memperkosa Karena Korban Haid
"Jadi mereka dibayar menjadi konsultan politik, dan yang dikerjakan itu adalah survei. Jadi survei ini satu manipulasi, karena mereka bekerja untuk keuntungan, bukan bekerja secara independen," paparnya.
Lembaga-lembaga survei tersebut, menurut Fadli Zon, kini sudah tidak bisa dipercaya.