Menguak Keberadaan Pasukan Harimau, Rajanya Pasukan Khusus yang Disebut Lebih Hebat dari Kopassus

Editor: Andreas Eko Prasetyo
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Detasemen Harimau (Den Harin)

TRIBUNJAMBI.COM - Belanda ingin kembali merebut kekuasaan yang telah diambil Indonesia setelah menyatakan kemerdekaannya melalui proklamasi yang dinyatakan Soekarno.

Proklamasi kemerdekaan Indonesia yang dibacakan oleh Soekarno-Hatta pada 17 Agustus 1945 ternyata tidak diketahu secara merata.

Khususnya oleh rakyat Sulawesi Selatan karena masih jarang yang memiliki radio.

Oleh karena itu pasukan NICA dan KNIL yang sudah dibebaskan oleh pasukan Jepang dari tahanan memanfaatkan situasi minimnya informasi di Sulawesi Selatan itu untuk mengambil alih kekuasaan.

Baca Juga:

Kekejaman Tentara Jepang di Hindia Belanda, Mulai dari Buang Belanda ke Laut Hingga Pelacuran Paksa

Jangan Sepelekan Hal ini, Terlalu Banyak Berhubungan badan Bisa Bikin Sulit Hamil

6 Kehebatan Sat-81 Kopassus, Pasukan Rahasia yang Cepat dan Mematikan Ini Kemampuan Khususnya

Danhil Anzar Sebut Ahmad Dhani Dipenjara Karena Rezim Jokowi, Arie Kriting: Klean Diapakan Sih?

Pasukan NICA dan KNIl yang dengan cepat melakukan konsolidasi itu langsung memiliki pengaruh karena didukung persenjataan hasil rampasan dari pasukan Jepang yang sudah menyerah kepada Sekutu.

Pada 24 September 1945, pasukan Sekutu (Australia-Belanda) mendarat di Makassar untuk melaksanakan misi pembebasan tawanan pasukan Belanda yang ditahan Jepang sekaligus melucuti persenjataan pasukan Jepang.

Pasukan Sekutu itu selain membawa pasukan Belanda juga membekali diri dengan “surat sakti”, yakni Perjanjian Postdam yang ditandatangani pada 26 Juli 1945.

Isi perjanjian Postdam itu menyatakan bahwa “wilayah yang diduduki musuh” (occupied area) harus dikembalikan kepada penguasa semula.

Jika isi perjanjian itu dikaitkan dengan Indonesia, berarti pasukan Jepang harus mengembalikan Indonesia kepada Belanda.

Patroli tentara Belanda (gahetna.nl)

Singkat kata Belanda memang ingin menguasai Indonesia lagi dan menjadikan Makassar sebagai ibukota Negara Indonesia Timur.

Para pejuang kemerdekaan di Makassar pun kemudian membentuk pasukan perlawanan demi melawan pasukan Belanda.

Pasukan perlawanan yang saat itu berhasil dibentuk untuk mempertahankan kemerdekaan RI adalah Laskar Pemberontak Rakyat Indonesia Sulawesi (Lapris).

Salah satu pejuang Lapris yang kemudian gugur dan menjadi pahlawan nasional adalah Robert Wolter Mongisidi.

Karena perlawanan pasukan Lapris selalu berhasil dipukul mundur oleh pasukan Belanda, kekuatannya menjadi terpecah-pecah.

Pada serangan militer Belanda yang dilancarkan pada 8 Agustus 1946, kubu pasukan Lapris yang berada di Gunung Ranaya berhasil dihancurkan dan para pejuang Lapris pun memilih turun gunung

Baca Juga:

Kaget, Luna Maya Tiba-tiba Ungkap Fakta Soal Ariel NOAH dan Pevita Pearce Berpacaran

Saphira Indah Pemeran Sosok Wanita dengan Smartphone Kolosal Ini Mendadak Meninggal Dunia

2 Anggota Tewas Ditembak, Pimpinan KKB Lekagak Telenggen Nyatakan Siap Perang dengan TNI

Mantan Pacar Vanessa Angel, Mandala Shoji, Kini Diburu Polisi

Halaman
123

Berita Terkini