Detik-detik Wafatnya Soekarno, Tak Mampu Tuntaskan Kalimat ini Saat Dibisikan Sesuatu Oleh Anaknya

Editor: Andreas Eko Prasetyo
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Saat-saat terakhir Bung Karno

Detik-detik Wafatnya Soekarno, Tak Mampu Tuntaskan Kalimat ini Saat Dibisikan Sesuatu Oleh Anaknya

TRIBUNJAMBI.COM - Kisah heroik dan gagahnya presiden pertama Indonesia, Soekarno memang sudah tidak diragukan lagi.

Namun, ternyata ada kisah yang tak terekspose dari wafatnya sang Proklamator ini.

Menjadi seorang proklamator, bukan berarti membuat Soekarno mendapatkan perlakuan istimewa di akhir jabatannya.

Soekarno justru harus mengalami pengasingan di Wisma Yaso saat kekuasaannya mulai berkurang.

Bahkan, saat sudah sakit-sakitan Soekarno juga masih harus mendapatkan pengawasan ketat.

Baca Juga:

Kondisi Keluarga Zumi Zola Jelang Vonis, Istri Harus Banting Tulang Hingga Ditinggal Sang Ayah

Ternyata Ini Dia Sosok Model Patung Pancoran yang Jarang Diketahui, Seorang Seniman Andalan Soekarno

Saat Jenderal AH Nasution Arahkan Tank & Meriam ke Istana, Bukan Takut, Soekarno Malah Cuek Saja

Tidak hanya itu, menurut buku "Soekarno Poenja Tjerita" yang diterbitkan tahun 2016, pihak keluarga juga dipersulit saat akan menjenguk Soekarno.

Sejumlah alat penyadap pun dipasang di setiap sudut rumah.

"Rupanya singa tua yang sakit-sakitan dalam sangkar berlapis ini masih menakutkan bagi Jenderal Soeharto," tulis buku itu.

Puncaknya, saat Soekarno dilarikan dari Wisma Yaso pada 16 Juni 1970.

Soekarno 

Saat itu Soekarno sudah dalam kondisi sekarat.

Soekarno ditempatkan dalam sepetak kamar yang berpenjagaan berlapis di lorong rumah sakit.

Kondisi Soekarno kala itu terus memburuk.

Bahkan, pada 20 Juni 1970, tepatnya pukul 20.30 WIB, kesadaran Soekarno menurun.

Selanjutnya, Soekarno pun mengalami koma.

Mahar Mardjono, dokter yang menangani Soekarno tampaknya sudah mahfum apa yang sedang terjadi.

Mahar kemudian menghubungi anak-anak Soekarno.

Baca Juga:

Tujuh Mahasiswi Universitas Prima Indonesia Meninggal Dunia Dalam Tragedi Di Desa Semangat Gunung

Peluang Honorer Bisa Jadi PNS Walau tak Lulus Tes CPNS 2018 Sangat Besar, Lewat PP No 49 Tahun 2018

Kompak Pakai Gucci, Harga Busana BTS di Melon Music Awards (MMA) 2018 Bikin Ngiler!

Mereka pun berkumpul di RSPAD Gatot Soebroto tempat Soekarno dirawat pada Minggu, 21 Juni 1970, pukul 06.30 WIB.

Mereka yang datang saat itu adalah Guntur, Megawati, Sukmawati, Guruh dan Rachmawati.

Pukul 07.00 WIB, dokter Mahar membuka pintu kamar.

Anak-anak Soekarno masuk ke kamar perawatan, dan mengajukan sejumlah pertanyaan ke dokter Mahar.

Soekarno 

Meski demikian, dokter Mahar tak menjawabnya.

Ia hanya menggelengkan kepala.

Beberapa saat kemudian, suster mencabut selang makanan, dan alat bantu pernapasan.

Anak-anak Soekarno kemudian mengucapkan takbir.

Megawati membisikkan kalimat syahadat ke telinga Soekarno.

Soekarno yang masih bisa mendengar ucapan Megawati, berusaha mengikutinya.

Namun, kalimat yang diucapkan Soekarno tak selesai.

Baca Juga:

Peringati Hari Bakti PU ke-73, Sekda Provinsi Jambi Cerita Soal Gedung Sate di Bandung

Awalnya Gaya Menikah Suhay Salim di KUA Jadi Perbincangan Heboh, Ada 5 Faktanya, Ini Ceritanya. . .

Satpol PP Saroalngun Segera Musnahkan 42 Dus Minuman Keras

Soekarno hanya mampu mengucapkan "Allah".

"Allaaah...," ucap Soekarno lirih seiring napasnya yang terakhir.

Tangis keluarga pun pecah.

Soekarno meninggal pada pukul 07.07 WIB.

Alasan Soeharto makamkan Soekarno di Blitar

Tidak dapat dipungkiri, Soekarno memiliki jasa yang besar terhadap bangsa Indonesia.

Sebab, Soekarno lah yang memproklamasikan Kemerdekaan Indonesia bersama Hatta, atau yang biasa disapa Bung Hatta.

Oleh karena itu, Soekarno pun digelari sebagai Pahlawan Proklamator.

Presiden Pertama RI Soekarno (Tribunnews.com)

Selain sebagai Proklamator, Soekarno juga dikenal sebagai Presiden pertama Indonesia.

Era kepemimpinan Soekarno mengalami senjakala pada dekade 60-an.

Selang beberapa tahun kemudian, Soekarno pun wafat.

Oleh presiden yang memimpin saat itu, Soeharto, jenazah Soekarno dimakamkan di Blitar, Jawa Timur.

Terkait hal ini, seorang aktor yang pernah memerankan sosok Soeharto di film "Pengkhianatan G30S/PKI", Amoroso Katamsi, pernah angkat bicara.

Hal itu sebagaimana yang tertulis dalam buku "Pak Harto, The Untold Stories".

Amoroso mengatakan, dia pernah menanyakan hal itu kepada Soeharto.

Menurut Amoroso, terdapat sejumlah hal yang disampaikan Soeharto terkait alasan memakamkan Soekarno di Blitar.

Satu di antaranya karena di sana, jenazah Soekarno bisa dimakamkan dekat dengan sang ibu.

"Ketika Bung Karno meninggal mau dimakamkan di mana, karena ketika itu terdapat berbagai masukan dari keluarga beliau. Tetapi saya ingat bahwa Bung Karno adalah orang yang sangat menghargai ibunya. Jadi saya putuskan beliau dimakamkan dengan ibunya di Blitar," kata Amoroso, menirukan Soeharto.

Baca Juga:

e-Tilang di Kota Jambi Mulai Hari Ini, Langgar Lalu Lintas Surat Tilang Langsung Diantar ke Rumah

Menolak Minta Maaf, Habib Bahar Ucapkan Kata Menohok ke Jokowi

Tutup Jalan untuk Resepsi Pernikahan, Pihak Terkait Saling Lempar Tanggungjawab

Selain itu, hal tersebut juga sebagai bentuk penghormatan Soeharto kepada Soekarno.

Sebab, Amoroso pernah menanyakan sesuatu kepada Soeharto terkait perannya dalam film "Trikora".

"Ketika itu Bapak kan ngendhiko (mengatakan), saat Bung Karno bertanya kepada Bapak, aku iki arep mbok apakke (saya ini mau kamu apakan)?," ujar Amoroso, yang kembali menirukan ucapan Soeharto.

Mendapat pertanyaan dari Soekarno, Soeharto pun segera menjawabnya.

"Saya ini orang Jawa. Saya menganggap Bapak adalah bapak saya, sehingga prinsipnya adalah mikul dhuwur mendhem jero (mengangkat semua kebaikan setinggi-tingginya, menimbun semua keburukan sedalam-dalamnya)," kata Amoroso, yang masih mengulang ucapan Soeharto.

Satu di antara cara yang disampaikan Soeharto adalah mengabadikan nama Soekarno di pintu gerbang Indonesia, Bandara Soekarno-Hatta.

"Situasi politik pada waktu itu tidak memungkinkan saya berbuat banyak kepada Bung Karno, karena itu akan bertentangan dengan kehendak rakyat. Tetapi sesudah semuanya reda, saya segera memerintahkan untuk mengabadikan nama beliau di pintu gerbang Indonesia, Bandara Soekarno-Hatta," tutur Amoroso menirukan jawaban Soeharto.

IKUTI KAMI DI INSTAGRAM:

NONTON VIDEO TERBARU KAMI DI YOUTUBE:

Berita Terkini