TRIBUNJAMBI.COM - Kematian Prada Lucky Chepril Saputra Namo yang begitu tragis belakangan jadi sorotan.
Diketahui Prada Lucky yang merupakan anggota Batalyon Infanteri Teritorial Pembangunan 834/Wakanga, Nagekeo, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Tewasnya Prada Lucky diduga dianiaya oleh 20 prajurit TNI berpangkat Prajurit Satu (Pratu) hingga Letnan Dua (Letda) Infanteri.
Sebelumnya Prada Lucky tewas di Ruang IGD RSUD Aeramo, Kabupaten Nagekeo, Rabu (6/8/2025) sekitar pukul 11.23 WITA.
Kematian Prada Lucky jelas menimbulkan duka mendalam bagi pihak keluarha.
Apa lagi pihak keluarga sebelumnya menduga kemarian Prada Lucky sangat tidak wajar.
Baca juga: KISAH PILU di Balik Kematian Prada Lucky: Dipukul dan Dicambuk Senior, Pelaku Minta Dihukum Berat
Baca juga: TAK HANYA Prada Lucky Namo, Prada Ricard Juga Korban Penganiayaan Senior TNI, Ini Sosoknya
Baca juga: PERINGATAN KERAS KKB Papua ke Presiden Prabowo Subianto dan Panglima TNI: Stop Kirim Pasukan
Kakak korban, Lusi Namo menuturkan, beberapa hari sebelum koma, Lucky masih berkomunikasi lewat panggilan video dan terlihat dalam kondisi baik. Ia juga sempat bercerita pernah dipukul senior meski sedang sakit.
“Senior pikir dia pura-pura tidak mau kerja di dapur,” kata Lusi.
Kabar masuknya Lucky ke rumah sakit diterima keluarga dari pihak rumah sakit yang diminta tolong oleh Almarhum untuk menghubungi orang tuanya di Kupang.
Lusi mengaku terkejut karena selama hidup bersama keluarga, adiknya tidak pernah mengalami sakit parah.
“Waktu masuk rumah sakit, butuh tiga kantong darah. Selama ini hanya sakit biasa, saat dengar itu saya langsung perasaan tidak enak," ujarnya.
Ia juga menyayangkan sikap atasannya yang disebut tidak memberikan informasi jelas kepada keluarga.
“Dansi itu orang yang paling saya benci, karena tidak kasih tahu kondisi adik saya,” tegas Lusi.
Bagi Lusi, kepergian Lucky meninggalkan duka mendalam. Sebagai kakak, ia merasa menyesal tidak bisa selalu berada di dekat adiknya.
“Dia anaknya pergaulan luas, dekat sekali dengan mama. Kami akrab sejak kecil, bahkan dia sempat meminta saya untuk pindah di Nagekeo," kenangnya.