Advertorial

Ngiling Bumbu di Rumah Tuo, Simbol Ketahanan Pangan dan Interaksi Muda-Mudi

Suara batu saling beradu diiringi gelak tawa bujang dan gadis di halaman Rumah Tuo, Desa Rantau Panjang, Kecamatan Tabir, Kabupaten Merangin, 27 Juli

|
Editor: Nurlailis
ist
Ngiling Bumbu di Rumah Tuo 

Bukan hanya sebuah bangunan, rumah itu menjadi simbol identitas dan kebanggaan masyarakat Tabir. 

Di masa lalu, Rumah Tuo menjadi tempat berkumpulnya warga untuk berbagai kegiatan adat, termasuk ngiling bumbu. 

Kegiatan ini bukan hanya soal persiapan makanan, tetapi juga mencerminkan ketahanan pangan dan kearifan lokal dalam memanfaatkan sumber daya alam secara berkelanjutan.

Darnis, perempuan pewaris Rumah Tuo bilang ada warisan cerita adat dan budaya masyarakat di masa lampau yang hidup di sepanjang Sungai Tabir. 

Rumah tuo telah menjadi saksi besarnya wujud syukur masyarakat atas alam sekaligus mulai bergesernya tradisi.

“Banyak sekali ritual yang dilangsungkan dahulu yang sudah bergeser maknanya maupun sudah hilang di saat sekarang. Rumah tuo menjadi simbol saksi sejarahnya. Dan sekarang senang sekali semua ritual itu dihadirkan kembali dalam rangkaian kenduri,” ucapnya.

Selain itu, ngiling bumbu juga menjadi ajang pendidikan informal bagi generasi muda untuk belajar tentang tradisi dan nilai-nilai kebersamaan. 

Di era modern ini, meskipun tradisi ngiling bumbu mengalami perubahan, nilai-nilai yang terkandung di dalamnya tetap relevan. 

Ketahanan pangan, gotong royong, dan interaksi sosial adalah aspek penting yang masih dijaga oleh masyarakat Tabir.

Untuk menjaga agar tradisi ini tidak hilang ditelan zaman, perlu ada upaya untuk mendokumentasikan dan mengajarkan ngiling bumbu kepada generasi selanjutnya. 

Direktur Perfilman, Musik, dan Media, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kemendikbudristek, Ahmad Mahendra, menjelaskan pengembalian tradisi dan budaya menjadi solusi atas permasalahan yang terjadi saat ini terutama terkait masalah ekologi maupun identitas budaya. 

“Masyarakat Tabir perlu terus beradaptasi sambil mempertahankan nilai-nilai tradisional yang telah menjadi bagian dari identitas mereka. Ngiling bumbu, dengan segala keunikannya, adalah cerminan dari kekayaan budaya lokal yang harus terus dilestarikan dan dipromosikan. Ini harusnya menjadi identitas yang tidak boleh hilang,” jelasnya sembari menikmati maknyusnya gulai belut bersama tokoh adat dan masyarakat Desa Rantau Panjang

Di tengah keramaian dan gelak tawa, ngiling bumbu tetap menjadi ritual yang dinanti. 

Suara batu yang saling beradu, aroma rempah yang memenuhi udara, dan pantun-pantun yang bersahutan, semuanya menciptakan harmoni yang indah. 

Di sini, di Rumah Tuo, tradisi dan modernitas berjalan beriringan, menjaga warisan leluhur agar tetap hidup dan relevan di tengah zaman yang terus berubah. (Elviza Diana) (adv)

Update berita Tribun Jambi di Google News

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Komentar

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved