WAWANCARA EKSKLUSIF

4 Opsi Paus Fransiskus saat di Istiglal, Imam Besar Masjid Istiqlal, Prof KH Nasaruddin Umar, Seri I

Prof, bisa dijelaskan dalam rancangan awal, itu berapa lama durasi waktu berada di Masjid Istiqlal ini? Lagi-lagi tergantung pada opsi hari-hari...

Editor: Duanto AS
TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Imam Besar Masjid Istiqlal, Prof KH Nasaruddin Umat saat ditemui di Masjid Istiqlal, Jakarta. 

Jadi Nabi Ibrahim itu melahirkan dua anak. Satu Ishak yang kemudian lahir dari rahim istri pertamanya Siti Sarah, turunannya itu nanti. Lahirlah Nabi Musa yang membawa agama Yahudi dan kitab suci yang Taurat. Turunan Nabi Musa juga lahir nanti.

Nabi Isa yang seolah-olah kita menganggapnya Yesus Kristus. Kemudian kitab sucinya adalah Injil, agama Nasrani.

Nah, dari seberang sana ada istri keduanya namanya Siti Hajar. Lahir Nabi Ismail di Makkah. Turunannya Nabi Ismail. Lahirlah

Nabi Muhammad SAW, membawa agama Islam, kitab sucinya Alquran. Jadi sesungguhnya tiga agama ini adalah biasa disebut dengan barat itu sebagai Abraham religion atau Semitic religion. Agama anak-anak cucu Nabi Ibrahim.

Jadi, sekali lagi bahwa tiga agama samawi ini itu diabadikan dalam Alquran. Yahudi, Nasrani, dan Islam. Jadi lebih dari lima belas kali Yahudi dalam Alquran disebutkan. Lebih dari lima belas kali juga Nasrani disebutkan di dalam Alquran.

Jadi ini Abrahamic religions. Jadi sebetulnya tiga agama ini lebih gampang mencari titik temunya daripada perbedaannya.

Kalaupun ada perbedaannya, mungkin itu karena perbedaan interpretasi, ya. Penafsiran karena terdengar waktu yang sedemikian panjang dilewati kan. Wajar kalau ada perbedaan-perbedaan sifatnya semantik, ya.

Nah, opsi yang lain ini kita tawarkan juga. Opsi yang tig, kita tawarkan terserah apa konsepnya Vatikan. Ini konsep kami.

Setelah melihat pemandangan, situasi, tim, ada rombongan dari Vatikan. Maka dia melihat opsi-opsi dan dia menawarkan opsi lain. Mereka juga menawarkan beberapa opsi. Tergantung dari pertama waktu, kedua juga tergantung bahwa faktor kesehatan.

Karena maklum, ini kan tokoh kita, ini kan tokoh yang sudah berumur, ya, kan. Nah, jadi mungkin opsinya tidak lewat terowongan, karena itu kan harus turun. Tapi lewat motong jalan ditutup jalan. Motong jalan. Tapi kita tetap memperlihatkan ini lho. Terowongannya ada di bawah. Nah, kemudian juga kita persiapkan juga untuk masuk ke masjid. Dengan lift yang khusus, ya.

Disiapkan, masuk ke masjid, masuk ke dalam masjid, ya, kan. Kalau dilihat dari luar, hanya luar masjidnya. Tapi dia tidak melihat dalamannya. Bisa menampung 250 ribu orang. Nah, kami persiapkan seperti itu. Siapa tahu beliaunya mau naik, kami siapkan kendaraan khusus untuk itu. Dari katedral, naik ke atas. Kemudian juga kami persiapkan di sini ruangan VVIP,

Tempatnya kepada negara sering ketemu di lantai bawah.

Nah, tapi ada juga opsi, kalau seandainya, supaya jangan terlalu jauh. Ini kan mau naik lagi sementara kesehatan, umur dan sebagainya.

Kita juga siapkan opsi kemah, apa namanya, tenda besar. Di antara katedral dengan Istiqlal.

Itu semuanya opsi. Opsi mana nanti akan dipilih, kami akan nanti punya pembicaraan mendekati hari-H-nya. Jadi kita siapkan banyak opsi.

Jadi kami tidak bisa ngomongkan di sini, opsi mana nanti akan dipilih. Karena mungkin nanti akan ada opsi lain. Karena kita juga harus mendiskusikan dengan Paspampres. Kemudian, ini kan tamu negara. Kemudian kita akan diskusikan juga pihak Vatikan dan pihak katedralnya. Semua pihak harus diakomodir.

Bagi kami, Istiqlal ini, kami banyak opsi. Dan opsi mana pun yang akan dipilih, itu kami bisa melakukan penyesuaian.

Prof, bisa dijelaskan dalam rancangan awal, itu berapa lama durasi waktu berada di Masjid Istiqlal ini?

Lagi-lagi tergantung pada opsi hari-hari yang kita akan memutuskan nanti. Karena kalau sekarang kan kita masih susah berekspektasi seperti apa. Apakah nanti ada hujan, apakah nanti itu ada suasana kesehatan beliau. Kemudian juga apakah ada pertimbangan lain. Atau nanti hari keberapa, mungkin tidak tertutup kemungkinan. Apakah di sini sore atau pagi, atau hari tanggal empatnya. Jadi hari-hari itu yang menentukan.

Tapi kami siap semua opsi yang akan dijarankan.

Prof, bisa dijelaskan. Sebenarnya manfaat dan arti dari kunjungan Paus ke Masjid Istiqlal ini apa, Prof?

Ya, bagi saya pribadi selaku imam besar, ini bukan persoalan baru. Saya hanya, saya sering mengatakan kita mencontoh masjidnya Nabi Muhammad SAW. Masjid Nabi itu seringkali ditempatkan sebagai interfaith meeting. Dalam riwayat disebutkan itu pernah kedatangan Rasulullah tamu lintas agama 60 orang.

Bahkan dalam Sirah, Ishak itu disebutkan pimpinannya itu adalah Abdul Masih, dari Kristen Ortodox, 60 orang. Anggotanya itu ada Zoroaster, ada Yahudi, ada Nasrani. Ada kepercayaan lokal.

Ketika waktu itu Nabi sedang Salat Ashar, jadi pergi tamu itu sambil menunggu Nabi selesai salat. Setelah salat baru Nabi menerimanya itu.

Nabi menjamu tamunya itu dengan hidangan. Gak tau ini karena sore mungkin hanya snack, ya. Jadi dijamu di masjid Nabi.

Diskusilah Nabi di situ panjang lebar tentang masalah kemanusiaan. Mulai dari Ashar sampai menjelang Magrib. Saya tahu itu sampai Maghrib karena kelanjutan dari para riwayat itu.

Ada salah seorang pesertanya itu menginterupsi Rasulullah. Maaf, ya, Rasulullah, ini sudah hampir matahari terbenam. Saya belum melakukan kebaktian.

Nabi mengatakan di sini gak ada rumah ibadah lain, selain hanya masjid ini. Lakukanlah kebaktian di sana.

Nah, ini di sana itu ada dua macam pendapat. Ada pendapat yang mengatakan kompleks masjid Nabi. Di situ kan ada penghinapan kabilah luar negeri, kabilah dalam negeri. Nah yang pemegang kuncinya penghinapan itu.

Oke, di situ ditunjukkan, di situlah melakukan kebaktian. Tapi ada juga yang memahami justru kebaktiannya di masjid. Nah ini ada kontroversi di situ.

Nah, jadi saya tidak kompeten untuk mengatakan mana benar. Karena biarkanlah sejarah yang menentukannya. Dan biarkanlah semua orang punya pendapat yang masing-masing.

Tapi bagi saya, itu satu poin bahwa Nabi Masjidnya sering digunakan untuk menerima tamu-tamu non-Islam. Nah Istiqlal juga, ya. Kita mencoba mencontoh masjid Nabi. Masjid Nabi itu kan ada lembaga pendidikannya.

Kita, Istiqlal juga mencoba. Mulai dari penitipan bayi, TK, sampai ibtidakiyah, sanawiyah, aliyah. Alhamdulillah ini semuanya menjadi favorit karena ini sudah standar internasional.

Ada standar ISO dan standar Cambridge, standar Inggris yang kita pakai manajemennya itu. Kemudian juga ada SBU-SDKN yang bersama dengan universitas PTIK Jakarta. Untuk mempersiapkan kader ulama.

Dan ini sangat istimewa juga, karena kita dibiarkan semuanya oleh LPDP. Enam bulan mereka kuliah di Al-Azhar University, Kairo, Mesir.

Enam bulan juga dikuliahkan di Amerika, di perguruan tinggi terkemuka di Amerika. Nanti pulang dengan bawa titel macam-macam, ya. Ada serjana PTIK-nya, ada kader ulamanya, ada sertifikat dari universitasnya di Amerika.

Ada sertifikatnya juga dari Al-Azhar. Bahasa Inggrisnya, Bahasa Arabnya praktis. Nah ini salah satu ciri khasnya Istiqlal.

Istiqlal ini juga di sini, saya sudah sampaikan juga nanti dalam introduction saya nanti kepada Paus. Istiqlal ini dengan rangkaian kegiatan programnya. Ada 42 program di sini yang waktu itu diresmikan oleh Pak Wapres.

Dan alhamdulillah sudah implementasi hampir semuanya, ya, kan. Misalnya ada Istiqlal Global Fun, ada sama kayak bisnisnya itu. Jadi kebutuhan-kebutuhan pokok Istiqlal ini bisa di, kebetulan kebutuhan pokok masyarakat disuplai oleh Istiqlal melalui e-Commerce, ya.

Jadi semua orang kan hampir sekarang sudah punya handphone, ya. Jadi bisa meng-order dalam tempo singkat. Di antara kan, karena kita ada MOU dengan PT Pos Indonesia, tetangga, ya. Dan juga lembaga-lembaga apa namanya, kayak Gojek gitu kan.

Jadi standby di sini banyak. Nah ada juga gym center kita, pusat olahraga kebugatan, ada bela diri, kemudian juga ada interfaith exercise, jadi kita ada jantung sehat, lintas agama. Work, interfaith work, jalan keliling, ya. Car free day itu lintas agama.

Kemudian juga ada diplomatic gathering, jadi kita undang para duta besar kita di sini yang negara sahabat, ya, bahkan pernah hadir lebih dari 40 orang. Untuk memperkenalkan religious diplomacy yang kita gagas di sini. Artinya religious diplomacy itu, bagaimana supaya jangan hanya menggunakan saluran diplomasi formal, tapi kita juga bisa menggunakan religious diplomacy, artinya bahasa agama itu bisa kita pakai untuk terlibat di dalam bicarakan masalah-masalah kemanusiaan.

Siapa tahu bahasa agama ini lebih menyentuh hati daripada bahasa formal diplomasi itu kan. Ya. Mereka sangat terkesan mereka itu para diplomat kita itu.

Jadi itu yang nanti akan menjadi introduction-nya dalam speech-nya, Prof?

Ya, itu akan menjadi speech saya. Tapi waktu kami kan sangat sedikit, ya. Dibatasi karena waktu duduknya kan sudah lama.

Tapi dalam bentuk tertulis kami akan ekspose.

Dan semua orang bisa baca. Karena ini juga sudah di website kami kan sudah ada. Manajemen Istiqlal itu terbuka, semua apa yang terjadi di Istiqlal ini, kita punya TV Istiqlal. Anytime seluruh program ini bisa diakses melalui sosial media itu. (tribun network/yuda)

Baca juga: Jadwal dan TItik Lokasi Kunjungan Paus Fransiskus Selama di Indonesia 3-6 September 2024

Baca juga: Selain Jokowi, Paus Fransiskus akan Bertemu Prabowo? Romo Thomas Ulun Ismoyo, Pr, Seri II

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved