Kasus Mutilasi
Update Pembunuhan dan Mutilasi Perempuan di Sleman Hingga 65 Bagian, Pelaku Sudah Siapkan Pisau
Terduga pelaku diduga menyewa wisma untuk melakukan pembunuhan dan mutilasi perempuan di Sleman, Yogyakarta.
Penulis: Darwin Sijabat | Editor: Darwin Sijabat
TRIBUNJAMBI.COM - Terduga pelaku diduga menyewa wisma untuk melakukan pembunuhan dan mutilasi perempuan di Sleman, Yogyakarta.
Pelaku yang kabur usai menjalankan aksinya akhirnya ditangkap polisi di rumah kerabatnya di Temanggung.
Pelaku yang memutilasi hingga 65 bagian itu diamankan tim Opsnal gabungan dari Polda Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Polresta Sleman.
Usai menjalankan aksinya, pelaku melarikan diri ke rumah kerabatnya yang berada di Temanggung, Jawa Tengah.
Berdasarkan informasi yang dihimpun bahwa dalam kesehariannya pelaku hidup seorang diri.
Dia bekerja untuk mengurus tenda yang berada di wilayah Sleman.
Korban dan pelaku awalnya saling kenal melalui media sosial.
Baca juga: Pelarian Pelaku Mutilasi Perempuan Hingga 65 Bagian ke Temanggung Berakhir di Hotel Prodeo
Baca juga: Ayah Mario Dandy, Rafael Alun Trisambodo di Ultimatum KPK Agar Tak Kabur ke Luar Negeri: Hadapi Saja
Dan sudah memiliki nomer kontak korban.
Informasi yang dihimpun Tribunjogja.com, setelah berkomunikasi pelaku menjemput korban di kawasan Kota Jogja menggunakan kendaraan bermotor kemudian pergi ke penginapan.
Kepada polisi pelaku sudah membawa pisau yang di bawa.
Pisau itu kemudian disimpan di balik selimut kamar penginapan.
Pisau itu disimpan sebelum menjemput korban.
Dan pada akhirnya, pelaku menggunakan pisau itu untuk mengakhiri hidup AI ketika keduanya berhubungan.
Berdasarkan keterangan dari Dir Reskrimum Polda DIY, Kombes Pol Nuredy Irwansyah Putra, pelaku datang ke wisma penginapan di Pakembinangun di hari Sabtu (18/3) sekira pukul 13.00 WIB.
Pelaku datang untuk check in dengan durasi waktu 6 jam membayar Rp 60 ribu.
Setelah sewa kamar, satu jam kemudian, sekitar pukul 14.00 WIB, pelaku keluar dan kembali lagi ke penginapan pada sekira pukul 15.00 atau 16.00 WIB.
Saat datang itu, pelaku sempat melakukan perpanjangan sewa kamar untuk 6 jam berikutnya.
"Saat datang lagi itu, keterangan dari penjaga wisma (pelaku) datang bersama wanita," kata dia, Senin (21/3/2023).
Setelah itu, keduanya masuk kamar dan tidak keluar lagi.
Nuredy mengatakan, saat itu pelaku membawa kendaraan sepeda motor.
Selanjutnya, penjaga wisma sudah tidak melihat kendaraan yang dibawa pelaku pada minggu (19/3) sekira pukul 02.00 dinihari sehingga disimpulkan bahwa pelaku malam itu sudah turun berada di kamar.
Penjaga Wisma pada hari Minggu mencoba menanyakan dengan mengetuk pintu kamar.
Baca juga: Kabur ke Temanggung, Pelaku Mutilasi Perempuan Muda Hingga 65 Bagian di Sleman Diciduk Polisi
Tujuannya untuk menanyakan apakah kamar akan diperpanjang atau tidak. Namun tidak ada jawaban.
"Diintip dari jendela, ada kepala tergeletak di kamar mandi dan terlihat ada bercak darah.
Kemudian penjaga menghubungi pemilik wisma, dibuka secara paksa. Terlihat korban tergeletak di kamar mandi dalam kondisi mengenaskan," ujar dia.
Informasi awal, pelaku melakukan aksinya seorang diri.
Hal ini berdasarkan keterangan dari saksi saksi dan penggeledahan mes pelaku di Ngemplak Sleman yang ditemukan surat penyesalan.
"Sehingga kuat dugaan yang bersangkutan yang melakukan (mutilasi). Kemudian kami lakukan pengejaran dan kami dapat informasi ketangkap di Temanggung," jelas Nuredy.
Isi Surat
Sebelum ditangkap, polisi melakukan pengeledahan di mes tempat terduga pelaku menetap sehari-hari.
Disana ditemukan sepucuk surat.
Dalam surat yang ditulis, terduga pelaku mengutarakan sebuah penyesalan serta dirinya juga menerangkan bahwa saat ini dalam keadaan tertekan lantaran terlilit hutang.
Surat tersebut menjadi bukti petunjuk bagi kepolisian untuk mengungkap pelaku mutilasi yang menewaskan AI.
Surat yang ditulis pelaku itu ditemukan jajaran Polresta Sleman dan Polda DIY Senin (21/3/2023) malam.
"Tadi malam kami melakukan penggeledahan kos terduga pelaku.
"Kami mendapatkan bukti petunjuk berupa surat yang ditulis terduga pelaku bahwasanya suratnya itu intinya adalah penyesalan, dan kemudian adanya tekanan berupa hutang yang mana pelaku ucapkan selamat tinggal kepada kenalannya," ungkap Direskrimum Polda DIY Kombes Pol Nuredy Irwansyah Putra, di Mapolda DIY, Selasa (21/3/2023).
Baca juga: Polisi Temukan Pisau Komando dan Surat di TKP Mutilasi Perempuan Muda Hingga 65 Bagian di Sleman
Hasil itu menguatkan dugaan pihak kepolisian bahwasanya yang bersangkutan merupakan pelaku mutilasi perempuan asal Ngadisuryan, Kemantren Kraton, Yogyakarta.
Namun berdasarkan hasil olah TKP dan keterangan dokter forensik RS Bhayangkara, Polisi menduga korban meninggal dikarenakan mengalami pendarahan akibat sayatan pada lehernya.
"Ada luka diduga akibat sayatan dibagian leher yang mana luka tersebut sepanjang 20 sentimeter, lebar 4 sentimeter, kedalaman luka 9 sentimeter yang mengakibatkan pendarahan dan korban meninggal," terang dia.
Dugaan itu diperkuat adanya sejumlah benda tajam yang ditemukan penyidik di TKP kejadian.
"Ada beberapa benda tajam yang kami temukan, satu pisau komando, kemudian gergaji, pisau cutter dan ada beberapa alat kayak sarung pisau," jelasnya.
Firasat Sang Ayah
Heri Prasetyo ayah AI, korban pembunuhan dengan cara mutilasi mengungkap sosok sang putri.
Sang ayah juga mengungkapkan terkait hal aneh yang terjadi sebelum kejadian tersebut.
Bahkan dia mengatakan bahwa tidak memiliki firasat bahwa anaknya akan meninggal secara tragis dan mengenaskan.
Sebagaimana diketahui, AI ditemukan meninggal dunia di sebuah wisma di Sleman, Yogyakarta pada Minggu (19/3/2023).
Dari informasi yang dihimpun bahwa potongan tubuh perempuang muda itu menjadi 65 bagian.
Heri menyebutkan tak memiliki firasat aneh yang dirasakan olehnya sebelum A dikabarkan meninggal dunia.
Baca juga: Potongan Kaki Kanan Korban Mutilasi dalam Koper Ditemukan, Polisi: Rusak, Kayaknya Dimakan Biawak
"Cuma biasa-biasa aja, Ayunya yang agak lain. Kadang pergi entah apa, gitu cuma diam, kadang (nawarin) pak koe tukokke opo (pak kamu mau dibelikan apa)," jelasnya.
Heri menambahkan, baik A maupun dirinya tidak pernah mendapat teror dari mana pun.
Sebagai informasi, jenazah A dikebumikan di Makam Karangkajen, Mergangsan, Kota Yogyakarta.
Jenazah dimakamkan sekitar pukul 15.30 WIB dengan dihadiri keluarga dan kerabat serta para tetangga.
Dia menjelaskan, AI merupakan salah satu pegawai di Angkasa Pura Yogyakarta. Ia biasa berangkat kerja antara pukul 7.00 WIB hingga 7.30 WIB.
"Kalau Sabtu enggak full (kerjanya). Biasanya untuk pergi kemana kurang tahu senengan e dekne (kesenangan dia) gimana gak tahu, tapi dari dulu dia senengane makannya di warung Pakem, kulineran itu loh, dulu sama temen-temennya di sana," jelasnya.
Heri menjelaskan, Ayu adalah seorang ibu yang bertanggung jawab terhadap anak-anaknya.
Ayu meninggalkan dua anak berusia 8 tahun dan 1 tahun.
"Jadi kalau pulang kerja, ya pulang. Paling sama anaknya gojek-gojek (bercanda) anaknya mau minta apa baru keluar lagi," terang dia.
Saat pergi pada Sabtu pagi, Ayu tidak berpamitan kepada Heri hendak pergi ke mana.
Dia sempat cemas sebab hingga Sabtu petang pukul 18.00 WIB Ayu tak kunjung pulang ke rumah.
Kecemasan Heri semakin menjadi-jadi sebab tak ada kontak handphone dari teman Ayu yang dapat dihubungi untuk melacak keberadaan Ayu.
"Saya tidak punya nomor hp temannya, karena nomor temannya di hp dia (Ayu) semua," ungkapnya.
Baca berita terbaru Tribunjambi.com di Google News
Baca juga: AS Roma Siap Jual Tammy Abraham, Chelsea Minat Barter dengan Romelu Lukaku?
Baca juga: Hari Ini Sidang Isbat, Diprediksi 1 Ramadhan Esok Kamis 23 Maret 2023
Baca juga: Hukum Meninggalkan Sholat Tarawih Karena Sibuk Mencari Nafkah
Baca juga: Stadion Artemio Franchi Renovasi, Markas Fiorentina Bakal Pindah Sementara
Artikel ini telah diolah dari TribunJogja.com
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.