WAWANCARA EKSKLUSIF
WAWANCARA EKSKLUSIF Ketua Umum DPP PAN Zulkifli Hasan, Demokrasi Indonesia dan Cebong-Kampret
Dia mencontohkan ketika Hatta Rajasa menjabat sebagai ketua umum PAN. Kala itu, Hatta disebutnya mewakili kaum Nahdlatul Ulama kultural.
TRIBUNJAMBI.COM - Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Zulkifli Hasan menegaskan demokrasi Indonesia ibarat mengalami kemunduran jika masih terganggu dengan permasalahan kubu cebong dan kampret seperti beberapa waktu lalu.
Zulhas, sapaan akrabnya, mengatakan partainya menganut asas terbuka dan Pancasila, sehingga semua orang memiliki kesempatan sama dalam partainya, bahkan untuk menjadi ketua umum maupun menjadi menteri. Dengan demikian, permasalahan terkait demokrasi tidak akan berkutat atau diperebutkan kelompok tertentu semata.
"Oleh karena itu, kalau kader PAN ada yang menjadi menteri atau menjadi presiden, semua orang boleh maju, tidak ada dari kelompok tertentu, harus dari kelompok ini, harus ada gelar ini," katanya.
"Seperti Indonesia hari ini, kita kembali ke masalah suku, agama, kampret, cebong, ini kita malah mundur. Kalau yang jadi menteri dari partai A, yang lain nggak boleh, hanya dari saya, kader tertentu, ormas tertentu, wah susah kalau seperti itu," ujar Zulhas, saat wawancara khusus dengan Direktur Pemberitaan Tribun Network Febby Mahendra Putra dan News Manager Tribun Network Rachmat Hidayat, Rabu (18/8).
"Susah kita maju, karena kita kembali seperti sebelum Indonesia merdeka, padahal kita sudah 76 tahun merdeka. Lihat dulu PAN ketika punya menteri, al sunnah wal jamaah, muhammadiyah, dari habib, dari mana saja oke nggak ada problem, mau Islam, Kristen, Hindu, Buddha, silakan, yang penting punya prestasi dan kompetensi," imbuhnya.
Dia mencontohkan ketika Hatta Rajasa menjabat sebagai ketua umum PAN. Kala itu, Hatta disebutnya mewakili kaum Nahdlatul Ulama kultural. Sementara kini, dirinya yang merupakan pengusaha UMKM pun dapat menjadi ketua umum.
"Saya ini pengusaha UMKM, bisa jadi ketua partai. Tidak harus kamu punya silsilah khusus, itulah PAN partai terbuka. Dan kami meyakini ini yang bisa mempersatukan bangsa kita yang beragam," kata Zulhas.
"Karena Indonesia ini terdiri dari pulau-pulau, iklim tropis, kita ini tidak bisa ekstrim-ekstriman, fanatik-fanatikan itu tidak bisa, kita ini tengah, kepulauan, tropis, dingin sekali tidak, panas sekali tidak, sedang. Indonesia ini adanya tengah, kita kalau maju ya berada di tengah. Tidak bisa ini saya saja, ini saya saja, tarik kanan, tarik kiri, nanti ribut kita, ini yang terjadi hari ini," tegasnya.
Berikut wawancara khusus Tribun Network bersama Ketua Umum Partai Amanat Nasional Zulkifli Hasan :
PAN digambarkan adalah partai menengah yang solid. Tapi beberapa waktu lalu tokoh sentral dari PAN yaitu Amien Rais keluar dan mendirikan Partai Ummat. Apakah ini mengganggu posisi PAN?
PAN itu tentu bersaing dengan partai-partai yang sudah eksis ya. Ada PDIP, Golkar, Gerindra, kalau berbasis islam ada PKB, PKS. Tentu PAN akan seperti apa tergantung pada kinerja PAN sendiri, tergantung kinerja kader PAN, tergantung sikap PAN menyikapi perkembangan apa yang dirasakan publik. Jadi sangat tergantung pada internal partai itu sendiri, tidak pengaruh pada partai lain atau pihak lain. Jadi sepenuhnya PAN seperti apa di pemilu nanti tergantung pada kinerja kita.
Keluarnya Amien Rais sebagai tokoh sentral itu tidak banyak berpengaruh ya bagi PAN. Bisa disimpulkan begitu?
Tadi saya mengatakan tergantung pada kinerja kader PAN. Karena PAN kan di survei tadi rata-rata cuma 1,8 persen, jadi kalau ingin sukses ya tergantung kinerja kita. Artinya tidak tergantung survei atau kinerja Zulkifli Hasan sendiri, atau Sekjen sendiri. Tidak, itulah hebatnya PAN, tergantung pada kinerja bersama. Walaupun di survei 1,8 persen, tapi yang kerja banyak, sungguh-sungguh, hasilnya bisa seperti ini.
Kemudian pak Amien Rais itu di PAN tidak tergantikan, karena pendiri dan tokoh di reformasi. Jadi di PAN, pak Amien Rais tidak tergantikan. Cuma memang orang yang seperti pak Amien Rais, Gus Dur, ibu Megawati, kan orang-orang spesialis khusus, itu tidak banyak. Kalau seperti saya atau Sekjen ini yang biasa ini ada banyak. Oleh karena itu orang yang banyak ini perlu kita organized dengan baik agar bisa menjadi satu kekuatan sehingga menghasilkan kinerja yang terbaik.
Apakah hubungan silaturahmi pak Zulhas dengan pak Amien Rais tetap terjaga dengan baik selama ini atau bagaimana?
Alhamdulillah semua baik-baik. Yang paling penting adalah PAN ini. Coba bayangkan kalau di Indonesia tidak ada PAN. PAN adalah partai terbuka, asasnya Pancasila, di PAN semua orang punya kesempatan sama. Asasnya prestasi dan kompetensi. Walaupun partai terbuka, memang 80 persen kadernya Islam, tentu basis pemilihnya paling besar Islam.