WAWANCARA EKSKLUSIF

WAWANCARA EKSKLUSIF Ketua Umum DPP PAN Zulkifli Hasan, Demokrasi Indonesia dan Cebong-Kampret

Dia mencontohkan ketika Hatta Rajasa menjabat sebagai ketua umum PAN. Kala itu, Hatta disebutnya mewakili kaum Nahdlatul Ulama kultural.

Editor: Duanto AS
(tangkap layar/tribunnnews.com)
Ketua Umum DPP PAN, Zulkifli Hasan berbicara tentang demokrasi Indonesia. 

Pertama, dulu namanya PSBB. PSBB kita cabut, vaksin belum. Nah ini yang terjadi, Covid-19 merajalela, yang varian Delta.

Kedua, vaksin, vaksin itu harus dipercepat sehingga tercapai herd immunity. Ketiga, bantuan langsung terhadap orang terdampak. Kita sudah habis seribu triliun lebih tapi menurut saya uangnya itu kemana, itu perlu kita pertanyakan. Kenapa? Harusnya kan pertama PPKM, kedua vaksin, ketiga bantuan langsung.

Nah tapi masih ada orang yang macam-macam, ada yang mau bikin sembako, karena sembako ada catutannya, nah maksud saya jangan berpikir seperti itu lagi. Jangan ada orang berpikir nyari duit saat lagi begitu, kan ini soal kita, soal cucu kita, bangsa kita, soal kita semua, jangan ada dong yang berpikir nakal lagi.

Vaksin itu saya tahu betul pak Jokowi sudah merancang kalau konsisten, di Agustus ini kita harusnya sudah 90 juta vaksin. Tapi tidak, karena Juni kemarin baru beberapa puluh juta vaksin. Harusnya Desember 2020 kemarin itu kita sudah 10 juta vaksin, tapi baru 900ribuan. Karena ada menteri yang tidak cepat membayar kontrak dengan luar negeri, rupanya punya vaksin sendiri. Yang begini ini nggak boleh.

Ini menyangkut nyawa, menyangkut hidup, nggak boleh ada yang berpikir begitu, masih cari-cari untuk diri sendiri. Karena pandemi ini mengajarkan kita nggak bisa maju sendiri, nggak bisa sehat sendiri, nggak bisa kaya sendiri, harus bersama-sama.

Maksud saya di pemerintahan harus satu barisan, satu tekad, satu semangat dengan presidennya. Sehingga pak Jokowi yang mukanya lebam-lebam, siang malam itu sukses cepet. Jadi pak Presiden luar biasa, dan apa yang dilakukan juga luar biasa. Tapi mungkin tadi itu ada yang mantan menteri, ada menteri mungkin yang masih berpikir ini lahan-lahan yang apalah gitu.

Sempat terkomunikasikan ke Presiden Jokowi pemikiran Anda yang luar biasa ini?

Oh iya saya WhatsApp, saya kirimkan doa, saya sampaikan melalui pak Mensesneg, melalui pak Menseskab, kalau bertemu langsung juga saya sampaikan kepada pak Jokowi.

Jadi hal-hal ini sudah sampai?

Memang saya nggak ngomong di koran, di media. Di Tribun saja ini, karena saya kepancing ini. Saya belum pernah pak, saya biasanya langsung, ini saja kepancing ini.

Di periode yang lalu, PAN sempat berpartisipasi di pemerintahan. Apakah ada peluang di periode ini ikut serta berpikir sumbangsih melalui portofolio kabinet?

Kami ini kan PAN tidak mendukung pak Jokowi, walaupun saya dekat. Saya juga dulu mulai dekat semenjak beliau dari walikota, gubernur dekat sekali dengan pak Jokowi, tetapi ya begitu lah partai bukan menentukan sendiri, ada banyak orang. Kan kami sudah menentukan mendukung pak Prabowo, oleh karena itu tidak etis kalau kami minta karena kami nggak dukung, kami nggak ikut berjuang, kan nggak pantes dong kami minta-minta. Kami dukung yang bagus, yang nggak bagus kami kritik.

PAN ini partai yang merah putih, nasionalis religius, kalau diminta bantuan oleh pemerintah ya tentu kita bantu nggak mungkin nggak kita bantu untuk merah putih, untuk bangsa dan negara. Jadi apapun yang diminta oleh negeri ini tentu harus siapkan yang terbaik, tapi tidak mungkin kami minta karena kami tidak mendukung pak Jokowi.

Kami mendukungnya pak Prabowo walaupun udah jadi menteri, wakilnya juga jadi menteri itu urusan mereka, tapi tidak etis kalau kami yang meminta, tapi kalau ditugaskan oleh negara untuk merah putih pasti kami lakukan.

Soal wacana Presiden Jokowi diduetkan Pak Prabowo atau wacana Presiden Jokowi tiga periode, bagaimana tanggapan Anda?

Halaman
1234
Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved