Wawancara Eksklusif
Edi Sugito, Kepala Desa di Balik Viralnya Danau Tangkas,Masih Simpan Konsep Besar untuk Pengembangan
Objek wisata Danau Tangkas di Desa Tanjung Lanjut, Kecamatan Sekernan, Kabupaten Muarojambi belakangan semakin ramai dikunjungi.
Penulis: Mareza Sutan AJ | Editor: Deddy Rachmawan
Tribun: Ini sangat natural, tidak banyak perubahan. Lalu apa saja yang dilakukan untuk menjadikan ini wisata alam?
Edi: Perubahannya, kami hanya membersihkan gulma-gulma yang kurang enak dipandang mata. Kemudian tanahnya, supaya bisa menjadi pulau.
Baca Berita Jambi lainnya di www.tribunjambi.com
Baca juga:
• Perbaikan Jalan di Tanjabtim Belum Dilakukan, Dinas PUPR Sebut Tunggu Proses Lelang
• Kades dan Sekdes Kembang Tanjung Didakwa Kasus Korupsi Dana Desa
• Cyber Crime Polda Jambi Buru Pemilik Akun Tiktok yang Fitnah Polisi Andilau Indonesia
• Oknum ASN Sarolangun Diduga Terlibat PETI, Salah Satunya Satuan Polisi Pamong Praja
Tribun: Apa saja fasilitas yang sudah tersedia di Danau Tangkas saat ini?
Edi: Kalau fasilitas untuk sarana-prasarana, yang pasti kita ada dermaga walaupun sederhana, MCK, aula, kemudian ada lokasi untuk camping. Kalau untuk atraksi, kita ada donut boat, banana boat, kemudian ada bebek dayung, dan untuk atraksi sifatnya menyatu dengan alam ada telusur hutan liontin.
Di sini juga ada rumah pohon, ada tujuh. Ada juga aula pertemuan. Ke depan akan terus dikembangkan.
Tribun: Di hutan liontin, kita melihat banyak tanaman kayu. Kayu apa saja yang ada di sana?
Edi: Ini kayu campuran. Ada kayu endemik di sini, puputan, pesiur, jarum-jarum, sama kedele jambu air. itu bercampur di sini.
Kemudian ada pohon putat, karakternya bagus.
Kenapa kami sebut hutan liontin? Karena pohon putat itu buahnya mirip anting yang orang zaman dulu bilang itu liontin. Itu yang paling dominan di sini.
Tribun: Berapa banyak dana yang dihabiskan untuk mengembangkan objek wisata Danau Tangkas sampai saat ini?
Edi: Semua yang kita kucurkan ke sini dari dana desa, sejak 2017 itu kurang lebih ada Rp875 juta. Itu kita alokasikan di sini, bisa dilihat dari APBDes kita.
Masyarakat di sini, ada swadayanya. Swadaya itu kalau dihitung bisa ratusan juta. Kuncinya gotong royong harus dihidupkan lagi.
Tribun: Sejak kapan Anda melihat potensi wisata di sini?