Danang Bikin Alat Cuci Tangan Tanpa Harus Pegang Keran Air

Banyak yang risau saat mencuci tangan di tempat umum. Usai cuci tangan pakai sabun lalu akan membilas pakai air lalu.

Editor: Rahimin
TRIBUNJAMBI/Widyoko
Danang, pemilik bengkel las di Alam Barajo sedang berdiri disamping alat cuci tangan sistem pedal ciptaannya, Kamis (27/08/2020). 

TRIBUNJAMBI.COM, JAMBI – Banyak yang risau saat mencuci tangan di tempat umum. Usai cuci tangan pakai sabun lalu akan membilas pakai air lalu.

Biasanya akan memegang kembali keran untuk mematikannya. Ini membuat orang berfikir tangan yang sudah bersih, memegang kembali keran air yang tidak diketahui kebersihannya.

Keresahan ini pula dirasakan Danang (53), pemilik bengkel las yang mencoba berinovasi untuk menjawab keresahan mencuci tangan tanpa memegang keran air. Ia menciptakan tempat cuci tangan yang cara penggunaannya dengan cara diinjak.

Bengkel las yang berlokasi di Jalan Abadi 4, RT 09, Kelurahan Kenali Besar, Kecamatan Alam Barajo ini, sudah mengantar pesanan sampai ke Kabupaten Batanghari.

Unbari Ringankan Pembayaran Uang Kuliah Mahasiswa Baru

Hobi Guru SMP di Kota Jambi Ini Jadi Tambahan Penghasilan di Tengah Pandemi

Bisnis Sambal Endes di Saat Pandemi Covid-19, Berawal dari Modal Rp 180 Ribu

Alat ini didesain dengan dua pedal untuk mengeluarkan air dan sabun. Ia menyebut karyanya ini dengan nama wastafel pedal.

Proses pembuatan alat ini membutuhkan proses yang panjang. Berbagai macam percobaan dan masalah ditemui, hingga akhirnya ia membuat lima buah versi wastafel pedal.

 “Saya berfikir bagaimana wastafel ini terlihat estetis. Saya melihat wastafel seperti ini (wastafel pedal, red) di tempat lain, jeleknya produk lain kelihatan semua kerangkanya. Jadi, orang tidak tertarik mencuci tangan. Coba seperti ini, orang jadi penasaran untuk mencoba,” kata Danang saat Tribun Jambi menyambangi bengkelnya, Kamis (27/8/2020).

Awalnya Danang membuat wastafel pedal fleksibel yang bisa dipindah-pindah. Setelah orang-orang mulai tertarik, ada permintaan dari suatu sekolah agar kapasitas airnya diperbesar.

Danang mengubah penampungan air awal menggunakan galon air minum lalu diperbesar dengan drum 60 liter.

“Namanya untuk sekolah ya, pasti akan sering dipakai jadi saya perbesar lagi pakai drum,” tambah Danang.

Warga Desa Muarojambi Resah Akibat Polusi Udara dari Debu Batu Bara

Ifwan Adinata Sulap Tumbuhan Liar Jadi Ladang Uang, Hanya Dengan Modal Rp 200.000

Lahan Eks Angso Duo Sampai Kini Masih Terbengkalai, Sekda Sudirman: Butuh Waktu dan Proses Panjang

Bapak yang akrab dipanggil Pakde ini membuat versi baru lagi. Versi baru ini adalah idenya, dari evaluasi atas pembuatan sebelumnya.. Ia mencoba menjawab tentang bagaimana cara air mengalir lebih deras lagi. Ia membuat versi ketiga, keempat, dan kelima, airnya langsung dari pipa saluran air.

Beberapa kantor instansi pemerintah, sekolah, kafe, dan tempat ibadah,  sudah pernah memesan wastafel pedal dari bengkel ini.

“Terakhir Jumat lalu saya pasang di kafe daerah Tugu Juang, itu mereka mendadak mesannya untuk opening,” jelas Danang.

“Ini ada lagi, mau dikirim ke Lampung. Katanya sih untuk rumah makan. Mereka pesan dua unit yang kapasitas 60 liter,” pungkas Danang kepada Tribun Jambi. Harga dari wastafel pedal ini bekisar Rp 500 ribu – Rp 1,5 juta. (TribunJambi/Monang Widyoko)

Satu Keluarga Positif Virus Corona di Bungo Dijemput Petugas Berpakaian APD Lengkap

Hotman Paris Dikabarkan Bangkrut, Jual Murah Sejumlah Asetnya Begini Pengakuannya ke Nikita Mirzani

Wanita Ini Pamit Tanpa Banyak Bicara Hingga Ditemukan Tewas Tanpa Busana di Kontrakan Pondok Aren

Sumber: Tribun Jambi
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved