Kisah Militer RI

Baret Merah Kopassus Dibantingnya dan Perwira TNI pun Terdiam, Cuma Sosok Ini yang Berani Lakukannya

Baret Merah Kopassus Dibantingnya dan Perwira TNI pun Terdiam, Cuma Sosok Ini yang Berani Lakukannya

Editor: Andreas Eko Prasetyo
Benny Moerdani 

TRIBUNJAMBI.COM - Bagi yang mengerti dunia militer Indonesia, pastinya sangat paham dengan sosok Panglima ABRI (kini TNI) Jenderal Benny Moerdani. 

Kala belum berubah nama dari Panglima ABRI menjadi Panglima TNI, Benny Moerdani pernah buat Jenderal Jenderal TNI kicut.

Bikin Replika Motor Petronas Yamaha SRT, Langsung Habis Terjual, Sudah Dipesan Sebanyak Ini

Begini Reaksi Pertamina Tahu Gudang BBM Ilegal di Jambi Digerebek

VIDEO Pisah Sambut Kejari Tanjabbar di Rumah Dinas Bupati

Kisah satu ini menceritakan sosok legenda Kopassus dan juga mata-mata paling diandalkan oleh Korps Baret Merah TNI AD itu.

Siapa lagi kalau bukan Benny Moerdani. Karier Benny sudah sangat moncer sampai ia menjabat sebagai Panglima TNI saat itu.

Namun tingginya jabatan dirinya, tidak serta merta melupakan teman-temannya semasa perjuangan dahulu.

Bahkan pernah ada cerita, Benny Moerdani rela membela temannya yang dikeluarkan dari satuan Kopassus yang akhirnya berakibat buruk untuk kariernya.

Vaksin Covid-19 Bisa Didapatkan Secara Gratis Bagi Peserta BPJS Kesehatan, Tapi Ada Syaratnya, Apa?

Pegawai DPRD Provinsi Jambi Positif Covid-19, Kasus Virus Corona di Jambi Tembus 302 Orang

Kasus Covid-19 di Jambi Tembus 300 Orang, Hari Ini Ada 6 Kasus Baru

Pihak Rumah Sakit Curiga Pasien Datang Pendarahan, Kasus Aborsi Kekasih Anak SMA Terbongkar

VIDEO VIRAL, Bidan AMW di Sumsel Live Bugil Pakai Aplikasi Boom Live

Cerita itu bermula dari sini. Ketika bergabung dengan pasukan Resimen Pasukan Komando Angkatan Darat (RPKAD) Benny Moerdani yang pada tahun 1962 berpangkat Mayor, pernah memimpin pasukan untuk menyusup ke Irian Barat (Papua) dalam operasi tempur bersandi Pasukan Naga.

Dalam pertempuran sengit melawan pasukan marinir Belanda, salah seorang anak buah Benny, Lettu Agus Hernoto mengalami luka tembak di kedua kakinya dan pada bagian punggung sehingga terpaksa ditinggalkan di medan laga.

Belakangan Agus tertangkap pasukan marinir Belanda sewaktu melakukan operasi pembersihan dan kemudian ditawan.

tribunnews
Kolonel Inf Agus Hernoto, anggota RPKAD (sekarang Kopassus) yang berkaki satu . Dia tetap memiliki semangat juang tinggi, menjiwai motto berani-benar-berhasil, bahkan setelah lama keluar dari Kopassus. (IST)

Pasukan Belanda sendiri memperlakukan Agus sesuai konvesi Jeneva, ia dirawat hingga sembuh tapi kedua kakinya terpaksa diamputasi mengingat luka tembaknya sudah membusuk.

Setelah operasi Pasukan Naga selesai dan Irian Barat kembali ke pangkuan RI, Agus meskipun mengalami invalid dan memakai kaki palsu masih bertugas di lingkungan RPKAD dan satu batalyon dengan Benny Moerdani.

Suatu kali (1965) terjadi kebijakan di lingkungan RPKAD yang salah satu keputusannya adalah prajurit invalid tidak boleh bergabung lagi dengan RPKAD.

Atas keputusan itu Benny Moerdani menyatakan ‘protes’ terhadap kebijakan komandan RPKAD waktu itu, Moeng Pahardimulyo.

tribunnews
Benny Moerdani 

Benny bersikeras prajurit seperti Agus Hernoto harus tetap berada di satuan RPKAD mengingat jasa dan pengorbanannya bagi bangsa serta negara yang demikian luar biasa.

Atas sikap ‘mbalelo’ itu, Benny kemudian dipanggil KASAD Jenderal Achmad Yani dan berakibat didepaknya Benny dari satuan RPKAD.

Benny yang kemudian dipindahkan ke Kostrad lalu ditarik oleh tokoh intelijen Ali Murtopo, hingga akhirnya menjadi orang nomor satu di dunia intelijen Indonesia.

Ditinggal Salat Jumat, Satu Rumah di Mendahara Ulu Ludes Terbakar

Beri Ucapan ke Luna Maya yang Ultah, Komentar Faisal Nasimuddin Disorot, Hubungan Keduanya Terungkap

Belum Ada Titik Terang, Husin Laporkan Kasus Pencurian Kayu ke Wasidik Polda Jambi

Karier Benny bahkan terus melesat dan menjabat sebagai Panglima TNI.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jambi
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved