Berita Internasional
Dibalik Jet Tempur dan Drone Canggil Milik Militernya, Para Pilot AS di Lapangan Bekerja Bak Robot
Dibalik Jet Tempur dan Drone Canggil Milik Militernya, Para Pilot AS di Lapangan Bekerja Bak Robot
TRIBUNJAMBI.COM - Berbicara kekuatan militer Amerika Serikat, sungguh di atas rata-rata dengan teknologi militernya yang tak bisa diremehkan lagi.
Segudang peralatan canggih selalu dikembangkan untuk memperkuat superioritas Negeri Paman Sam.
Terobosan teknologi yang keliahatan dalam militer AS adalah pasukan udaranya.
• Kisah Tragis Artis yang Dulunya Sangat Terkenal sekarang Bernasib Jadi Gelandangan, Kecelakaan
• Coast Guard China Bisa Jadi Korban Rudal Pelibas Kapal Induk Milik TNI AL Ini Bila Bikin Ulah Lagi
• BREAKING NEWS Naik Drastis, Jumlah Positif Corona di Jambi Tambah 19 Jadi 188 Orang
Jet tempur, pembom siluman, drone serang, dan rudal penjelajah udara telah tersedia.
Namun, semua perlu "beroperasi dengan kecepatan" dalam era konflik kekuatan besar yang cepat berubah.
Apa itu artinya bahwa “sensor to shooter” perlu dipercepat secara drastis.
• Tak Hanya Pemotor, Pesepeda Juga Bisa Di Tindak Oleh Polisi
• Diduga Ratusan Ribu Data Nasabah Kreditplus Bocor, Dijual di Forum dengan Harga Murah, Benarkah?
• Buaya Raksasa Terkam Pemancing, Begini Pendapat Dukun yang Menangkapnya, Ada yang Lebih Besar
Tanpa kecepatan itu, pilot tidak akan bisa bereaksi secepat ancaman dan akan lebih sulit untuk menang.
Ketika dihadapkan dengan api presisi cepat, multi-frekuensi, jarak jauh dari pertahanan udara musuh, pilot penyerang udara harus "beroperasi dengan kecepatan," menurut Angkatan Udara AS, Komandan Eropa Jenderal Jeffrey Harrigian.
Kesempatan untuk beroperasi dengan supremasi udara di lingkungan yang tidak terbantahkan, pada dasarnya, berakhir.
Itu terjadi ketika pasukan gabungan bersiap untuk peperangan di daerah-daerah dengan ancaman tinggi melawan pasukan musuh yang maju, pertahanan udara yang canggih, dan saingan jet tempur siluman generasi kelima.
Pasukan AS, tentu saja, menikmati superioritas udara yang luar biasa selama tahun-tahun pemberontakan di Iran dan Afghanistan.
• Laksanakan Amanat KPK, September 2020 Gaji ASN dan PTT Pemprov Jambi Diberikan Secara non Tunai
• Bupati Batanghari Serahkan 24 Unit Alat Mesin Pertanian Kepada 22 Kelompok Tani
• Inilah Sosok Peretas Akun Twitter Tokoh Seperti Barack Obama hingga Bill Gates, Usia 17 Tahun
Namun sekarang, pilot dan komandannya sendiri perlu dilatih lebih giat karena alasan sederhana: kecepatan serangan.
Teknologi komando dan kontrol yang canggih, termasuk aplikasi AI dan jaringan sensor juga diperkirakan akan mempercepat pendekatan taktis semacam ini.
• Tim Gabungan Kembali Razia Illegal Drilling di Lubuk Napal, Petugas tak Temukan Pekerja di Lokasi
• Begini Nasib Anji Manji Setelah Videonya Soal Obat Virus Corona Covid-19 Viral, Tompi Bilang Begini
• Wajar Tak Gentar Meski Dikepung AS & Inggris, Ternyata China Punya Alat Canggih Ini Pendeteksi Rudal
Hal itu karena para pilot udara dan Komandan di darat cenderung memiliki perasaan yang lebih langsung dan terinformasi mengenai keadaan tertentu.
Jika jet tempur generasi kelima musuh atau serangan udara jarak jauh datang, pilot dan Komandan tidak akan punya waktu untuk membuat keputusan dan menyerangnya balik.