Berita Nasional
Tepat Hari Ini 24 Tahun Lalu, Kisah Simpatisan Megawati Rela Bertumpah Darah Dalam Tragedi Kudatuli
Tepat Hari Ini 24 Tahun Lalu, Kisah Simpatisan Megawati Rela Bertumpah Darah Dalam Tragedi Kudatuli
TRIBUNJAMBI.COM - Sudah terjadi 24 tahun yang lalu, peristiwa kerusuhan 27 Juli 1996, atau yang dikenal dengan Kudatuli, menyisakan misteri sekaligus membentuk Megawati Soekarnoputri yang kita kenal saat ini.
Hari itu, kantor DPP Partai Demokrasi Indonesia (PDI) diambil alih paksa lewat pertumpahan darah.
Suasana di Jalan Diponegoro, Jakarta, begitu mencekam.
Peristiwa Kudatuli bahkan disebut sebagai salah satu peristiwa terkelam dalam sejarah demokrasi, terutama terkait dualisme partai politik di Indonesia.
• Dilaporkan Medina Zein, Irwansyah Diperiksa Polisi, Pilih Bungkam, Indikasi Ajak Berdamai
• Cara Konsumsi Air Rebusan Daun Salam Untuk Redakan Asam Urat
• Dulu Doyan Tampil Seksi, Artis Ini Kini Pilih Hijrah dan Jualan Baju Muslim Demi Bertahan Hidup
• Australia Kini Ikut Campur Musuhi Tiongkok Soal Klaim Laut China Selatan, Kalian Tak Punya Hak
Kala itu, keluarga Soekarno menjadi korban ambisi Soeharto.
Upaya de-Soekarno-isasi dilakukan dengan membatasi pergerakan putra-putri Soekarno, terutama dalam politik.
Kendati keluarga Soekarno yang semula sepakat tak ikut politik praktis, tetapi pada 1987 Megawati akhirnya luluh bergabung ke PDI.
Setelah terpilih sebagai ketua umum, Megawati berkeliling Indonesia untuk konsolidasi dan menemui rakyat.
• Download Lagu MP3 Kumpulan 20 Lagu Batak Tahun 2020 dari Marsada Acoustic s/d Lis Sugianto
• Lowongan Kerja di Perusahaan Swasta untuk Lulusan SMA/SMK, Lulusan D3 dan Lulusan S1
• Mengenang Peristiwa 27 Juli, Perebutan Kekuasaan ala Kudatuli, Ratusan Luka, 23 Hilang
Dukungan untuk Mega mengalir deras.

Para simpatisan bahkan sudah menandatangani surat tidak akan menuntut Megawati jika nanti mereka harus kehilangan nyawa.
Kerusuhan Kudatuli Kantor DPP PDI yang dijaga pendukung Megawati itu kemudian digeruduk pendukung PDI kubu Soerjadi saat fajar 27 Juli 1996.
• Tragis, Pria dan Wanita Tewas di Dalam Mobil, Keduanya Tanpa Busana
• Hati-hati, Kantor Pemerintahan Jadi Klaster Baru Penyebaran Covid-19
• Raffi Ahmad Mendadak Minder Kala Bahas Mobil Mewah Sama Sosok Ini, Sampai Sebut Dirinya OKB
Kesepakatan tidak tercapai. Pukul 06.35 WIB, terjadi bentrokan di antara kedua kubu.
Pagi itu, puluhan pendukung Mega sudah babak belur terluka akibat saling lempar batu.
Sebagian dari mereka diamankan. Memasuki siang hari, pukul 11.00 WIB, massa memadati ruas Jalan Diponegoro dan sekitarnya.
• Sutiyoso dan Hubungannya Dengan Megawati Soekarnoputri di Peristiwa Kudatuli
• Agar Anak-anak Terhindar dari Diabetes, Termasuk Memantau Berat Badan dan Pola Makan
• Sangarnya Geng Narkoba Meksiko, Persenjatai Diri Bak Tentara Militer hingga Tantang Perang Negaranya
Jumlahnya menjadi ribuan. Tak cuma pendukung Megawati, sejumlah aktivis LSM dan mahasiswa menggelar aksi mimbar bebas di bawah jembatan layang kereta api, dekat Stasiun Cikini.
Megawati memilih diam...
Pasca-insiden itu, Megawati menyerukan pendukungnya untuk tenang sembari menunggu hasil gugatan terhadap pemerintah dan Soerjadi di pengadilan.
Megawati akhirnya kalah dalam gugatan itu.
• Gaji Seorang Camat Bisa Rp 5 Juta Lebih, di DKI Jakarta Pendapatan Bahkan mencapai 48.840.000
• Gaji Direktur Kartu Prakerja Lebih Besar dari Gaji Pokok Jokowi, yang Meneken Presiden
Kekalahan itu justru menguatkan posisinya dalam kontestasi politik.
PDI Perjuangan yang dibentuknya menang dalam pemilu dan ia menjadi wakil presiden bagi Abdurrahman Wahid (Gus Dur).
Pada era pemerintahan Gus Dur, penyelidikan Kudatuli kembali dibuka.
• Polsek dan Koramil Tebo Tengah Mengamankan Lima Mobil Pengangkut BBM Bersubsidi di SPBU Pal 2
• Ini Daftar Harga Sembako Pemantauan Disperindag Provinsi Jambi Hari Ini (27/7/2020)
Ini ditambah sikap politik baru polisi terhadap militer pasca-pemisahan TNI-Polri.
Penyelidikan Peristiwa 27 Juli yang mengarah ke sejumlah petinggi militer secara tak langsung akan memperlancar proses pemisahan.
Gus Dur memperhatikan betul penyelesaian 27 Juli.
Begitu pula isyarat kuat dari Megawati kala itu.
Namun, penyelidikan tidak berjalan lancar. Para penyidik diteror untuk tidak melanjutkan.
Masalah teknis pembuktian yang rumit membuat penyelidikan 27 Juli 1996 sangat lambat.
Soerjadi dan sejumlah orang lainnya sempat dijadikan tersangka dan ditahan, tetapi kasusnya menggantung tak kunjung dilempar ke kejaksaan.
Setelah menjadi presiden pada 2001, Megawati tetap memilih diam.
Disinyalir ada pertentangan kepentingan yang dihadapi Mega menyangkut insiden 27 Juli 1996.
• Pemilik 5 Zodiak Ini Susah Bilang Aku Cinta Kamu - Virgo Perfeksionis, Aquarius Pencari Kebebasan
• 26 CJH Asal Batanghari Mengambil Uang Setoran Awal Keberangkatan Haji
Menurut Peter Kasenda dalam Peristiwa 27 Juli 1996: Titik Balik Perlawanan Rakyat (2018) Megawati dihadapkan pada kebutuhan untuk memelihara demokrasi dan stabilitas pemerintahan yang sedang dibangunnya.
Dukungan PDI-P di DPR tidak mayoritas dan kekuasaannya belum sepenuhnya terkonsolidasi.
Megawati membutuhkan dukungan dari militer.
Di sisi lain, ia dituntut korban dan keluarga korban peristiwa Kudatuli untuk mengusut peristiwa yang terjadi.
Tim Pembela Demokrasi Indonesia (TPDI) yang menjadi pengacara korban beberapa kali menanyakan komitmen Megawati dalam mengungkap kasus 27 Juli 1996.
Dalam pertemuan dengan TPDI, Megawati menyadari bahwa dirinya mempunyai tanggung jawab moral terhadap korban.
Namun, ia masih membutuhkan waktu untuk mengetahui tingkat resistensi militer.
• KPK Dipimpin Firli Bahuri Sudah Tetapkan 85 Tersangka, Berhasil Ungkap 160 Kasus Korupsi
• Ini Peran Empat Tersangka Kasus Korupsi Pengadaan Baju Linmas di Merangin
Ia juga mengatakan kepada TPDI bahwa penyelesaian Kudatuli tidak perlu melibatkan semua tentara.
Cukup satu orang yang diadili, yakni Pangab Jenderal (Purn) Feisal Tanjung.
Namun, pihak TNI keberatan atas permintaan Megawati.
Pasalnya, jika Feisal yang diminta pertanggungjawaban, itu sama saja dengan menggugat kebijakan TNI secara keseluruhan.
Resistensi ini akhirnya membuat Megawati diam dan memilih "menjaga" hubungan baik dengan militer.
Bahkan, Sutiyoso yang saat itu menjabat Pangdam Jaya didukung Presiden Megawati menjadi Gubernur DKI Jakarta.
Pengadilan koneksitas yang digelar pada era Megawati hanya mampu membuktikan seorang buruh bernama Jonathan Marpaung yang terbukti mengerahkan massa dan melempar batu ke kantor PDI.
Ia dihukum dua bulan 10 hari. Sementara dua perwira militer yang disidang, yaitu Kol CZI Budi Purnama (mantan Komandan Detasemen Intel Kodam Jaya) dan Letnan Satu (Inf) Suharto (mantan Komandan Kompi C Detasemen Intel Kodam Jaya), divonis bebas.
(*)
Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Peristiwa Kudatuli 27 Juli 1996, Saat Megawati Melawan tetapi Berakhir Diam..."
Artikel Ini Juga Telah Tayang di Intisari.Online
IKUTI KAMI DI INSTAGRAM:
NONTON VIDEO TERBARU KAMI DI YOUTUBE: