Berita Internasional
China Menyerah dengan Sikap Negara ASEAN Terutama Indonesia, Mau Berunding Soal Kode Etik LCS
China Menyerah dengan Sikap Negara ASEAN Terutama Indonesia, Mau Berunding Soal Kode Etik LCS
Beberapa pengamat mempertanyakan apakah kode etik tersebut dapat disetujui sesuai target, yakni pada 2021, seperti yang diusulkan oleh Perdana Menteri China Li Keqiang.
Vietnam, salah satu pendukung kode etik utama, termasuk di antara negara-negara pertama di kawasan itu yang memiliki wabah virus corona.
• Hasil Drawing Liga Champions 2020, Barcelona Bakal Ketemu Siapa? Juventus Bakal Ketemu Real Madrid?
• Aurel sedang Ulang Tahun, Sikap Atta Halilintar ke Putri Krisdayanti Jadi Sorotan saat Kolam Renang
Mereka mengusulkan mengadakan pertemuan puncak secara langsung untuk mengirim pesan kuat tentang kode etik. Ini menjadi isu pembaruan yang sudah lama didorong untuk dibahas.
Pasalnya, menurut para kritikus, saat ini Laut China Selatan tidak memiliki aturan yang jelas untuk wilayah perairan yang kaya akan sumber daya dan dilalui oleh perjalanan internasional yang sangat banyak.
Namun tidak seperti pertemuan yang diusulkan Vietnam, KTT itu akhirnya diadakan secara virtual sebagai tindakan pencegahan terhadap infeksi.
Beberapa anggota ASEAN, seperti Indonesia dan Filipina, masih berjuang untuk mengekang virus corona.
Di sisi lain, China telah meningkatkan kehadirannya di perairan karena seluruh dunia tengah fokus dalam merespons pandemi.
• Kapan Perayaan Idul Adha 2020? Simak 3 Hal yang Buat Amalan Ibadah Qurban Tidak Diterima Allah
• Walikota Seoul Korea Selatan Ditemukan Tewas, Tak Ditemukan Tanda Kekerasan, Rumor Pelecehan Seksual
Mengutip VOA, para analis menilai, Tiongkok saat ini berupaya untuk memulihkan citranya di mata dunia internasional di mana mereka kerap disebut sebagai negara penyebar Covid-19.
"Semua peristiwa ini telah memperburuk citra internasional China, jadi saya pikir mungkin masuk akal bagi China untuk meminta ASEAN memulai kembali perundingan kode etik sebagai cara untuk memulihkan citra di kawasan itu," kata Le Hong Hiep, seorang rekan di ISEAS-Yusof Ishak Institute di Singapura kepada VOA.
Jumlah kasus virus corona telah mencapai 160.000 di Asia Tenggara, dengan angka kematian hampir 4.600.
Pembahasan kode etik ini menunjukkan peluang bagi kedua belah pihak untuk bekerja sama serta mencegah kecelakaan.
• Saksi Kunci Meninggal, Kasus Pasar Malioboro Macet
• Kata Ustadz Abdul Somad Banyak Konten YouTube Sedekah seperti Baim Wong: Haram Kalau Ada Unsur Ini
Kapal-kapal nelayan Filipina dan Vietnam pernah tenggelam setelah terlibat perselisihan dengan kapal-kapal China selama setahun terakhir.
Pada 1974 dan 1988, para pelaut Vietnam tewas dalam bentrokan dengan China.
Namun, analis meyakini, pembicaraan mengenai kode etik ini diperkirakan akan sulit, dan kemungkinan akan mengarah pada kesepakatan tanpa ruang lingkup geografis yang jelas dan tidak memiliki mekanisme penegakan hukum.
"Ini sudah tahun 2020 dan mereka masih belum benar-benar memahami (kode)," kata Jay Batongbacal, profesor urusan maritim internasional di Universitas Filipina. "Kita bisa berakhir dengan dokumen lain yang sangat umum."