Kisah Militer RI

Bintara Marinir Bentak Pria Berbaju Preman Kala Salah Parkir, Tak Disangka Dia Rajanya Intelijen

Bintara Marinir Bentak Pria Berbaju Preman Kala Salah Parkir, Tak Disangka Dia Rajanya Intelijen

Editor: Andreas Eko Prasetyo
Benny Moerdani saat Operasi Seroja di Timor Timur 

Bintara Marinir Bentak Pria Berbaju Preman Kala Salah Parkir, Tak Disangka Dia Rajanya Intelijen

TRIBUNJAMBI.COM - Mengenang sosok ternama dalam Tentara Nasional Indonesia (TNI) nama Leonardus Benny Moerdani (LB Moerdani) tidak bisa dianggap remeh.

Sosok Benny Moerdani di dunia militer Indonesia sudah tidak diragukan lagi serta reputasinya yang sangat moncer.

Seorang intelijen handal Kopassus, serta mantan Panglima ABRI (kini TNI).

Bagi mereka yang melihat wajahnya, bisa saja tak sadar bila ia sosok Jenderal TNI, namun bila orang menyebut namanya sungguh bukan rahasia lagi.

Tapi, hal itu sering terjadi padanya, terlebih saat menjadi sosok Intelijen negara yang sungguh handal.

Menjadi bagian dari Badan Intelijen Negara (BIN) bukan hal mudah.

LUHUT Terima Konsekuensi jadi Golden Boy Benny Moerdani, Tak jadi Danjen Kopassus, Kasdam & Pangdam

Sikap Panglima ABRI, Benny Moerdani yang Bikin Jenderal TNI Terdiam saat Baret Kopassus Dibantingnya

Hanya Taktik Benny Moerdani, Komandan Kopassus yang Bisa Buat Special Air Service Inggris Ketakutan

KETIKA Benny Moerdani Banting Baret Merah Kopassus di Depan Perwira Tinggi: Hingga KSAD Terdiam

DETIK-detik Benny Moerdani Tangkap Komandan Kopassus: Gagalkan Rencana Penculikan AH Nasution

Penangkapan Tokoh Kunci Peristiwa G30S/PKI Letkol Untung, Jadi Saingan Benny Moerdani di Militer

Pak Harto Tak Terima Bisnis Anak-anaknya Disentil: Benny Moerdani Dicopot dari Panglima ABRI

Ada beban berat yang harus diemban oleh setiap personel intelijen.

Jika berhasil tidak dipuji, jika gagal dicaci maki. Jika hilang, tidak akan dicari, dan jika mati, tidak ada yang mengakui. Itulah kira-kira gambaran seorang intelijen handal.

Ini seperti dialami Jendral LB Moerdani, 'raja intel' yang dibentak-bentak prajurit jaga, gara-gara parkir di dekat pos.

Melansir artikel kompas.com berjudul "Intelijen dan Belajar Menjadi Sosok yang Misterius", mantan Wakil Kepala BIN As'ad Said Ali, pernah menyampaikan orasi ilmiah di hadapan wisudawan Sekolah Tinggi Intelijen Negara (STIN).

Said Ali mengungkapkan gambaran sosok intelijen.

"Jika berhasil tidak dipuji, jika gagal dicaci maki. Jika hilang, tidak akan dicari, dan jika mati, tidak ada yang mengakui," kata As'ad seperti dimuat harian Kompas, 7 Oktober 2009.

Badan Intelijen Negara.
Badan Intelijen Negara. (Net/Tribun Jambi)

Beban berat itulah yang setidaknya mengharuskan seorang personel intelijen menjaga kerahasiaannya dan belajar menjadi sosok yang misterius.

Ada beberapa intelijen Indonesia kawakan dari TNI, di antaranya Benny Moerdani.

Pada buku Benny: Tragedi Seorang Loyalis yang ditulis Julius Pour, ada pengalaman menarik Benny Moerdani dalam menjaga kerahasiaannya.

Cerita itu bermula ketika Moerdani pergi ke Markas Komando Operasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban (Kopkamtib).

Moerdani yang saat itu telah berpangkat mayor jenderal, mengendarai mobilnya tanpa mengenakan seragam dinas.

Dia berkendara ke kantor yang terletak di kawasan Medan Merdeka Barat.

Setiba di lokasi, ia langsung memarkirkan kendaraannya di lokasi terdekat dari pintu masuk.

Dampingi Tim Penilai P2WKSS Provinsi Jambi, Wabup Amir Sakib Harapkan Desa Tungkal I jadi Juara

Jenderal AS Sampai Ketar-ketir Lihat Aksi Denjaka Pakai Peluru Tajam, Tembak-tembakan di Hadapannya

Begal Motor Wartawan di Depan Gedung Polda Jambi, Novian Malah Tersenyum Saat Hakim Tanyakan Hal Ini

Kala Pasukan Kopaska Pakai Kondom Demi Misi Rahasia Agar Tetap Berjalan Sesuai Rencana

Ilmu Kebal Ala Kopassus Dalam Misi, Tiga Pendekar Banten Ikut Serta Bebaskan Sandera dari Ilmu Hitam

Kasus Korupsi SMK Bagimu Negeri, Santi Wirda Serang Balik Berkas Tuntutan Jaksa dalam Eksepsi

5 Nama Diseleksi Jokowi Jadi Dewan Pengawas KPK, Ahok dan Antasari Ada? Yusril Ihza Miliki Peluang

Lokasi parkir itu merupakan tempat khusus bagi perwira tinggi militer.

Tanpa pikir panjang, seorang penjaga berpangkat bintara yang berasal dari satuan marinir menghardiknya.

Sang jenderal dibentak-bentak bintara.

Penjaga itu meminta Benny memindahkan mobilnya ke lokasi parkir lain.

Benny Moerdani
Benny Moerdani 

Namun yang terjadi, Benny Moerdani diam saja.

Dia tidak marah dan hanya diam mengikuti perintah marinir tersebut.

"Mungkin memang salah saya sendiri, kok waktu itu pakai pakaian preman," ujar Benny.

Kolonel Zulkifli Lubis dituduh

Kisah intelijen yang kuat menutupi jati diri adalah Kolonel Zulkifli Lubis.

Jauh sebelum Benny Moerdani, Kolonel Zulkifli Lubis telah ditunjuk sebagai komandan intelijen pertama di Badan Istimewa (BI).

BI merupakan badan intelijen pertama yang didirikan pemerintah pada Agustus 1945 di bawah Badan Keamanan Rakyat (BKR). Kemudian BI bertransformasi menjadi Badan Rahasia Negara Indonesia (Brani) pada 1946.

Harian Kompas pernah menulis sosok kontroversial itu pada 28 Juni 1992, beberapa hari setelah ia wafat akibat sakit.

Sebagaimana layaknya sosok seorang intelijen, perjalanan kariernya selalu bisa menyulut penilaian pro-kontra.

Kenyataan bahwa Lubis dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kota Bogor dengan sebuah upacara kemiliteran secara layak mungkin merupakan penghargaan yang diberikan negara kepadanya.

Zulkifli saat berada di luar negeri untuk memperdalam ilmu intelijen.
Zulkifli saat berada di luar negeri untuk memperdalam ilmu intelijen. (IST)

Pada era 1950-an, sempat terjadi peristiwa makar, yaitu percobaan pembunuhan terhadap Presiden Soekarno.

Peristiwa yang lebih dikenal sebagai Peristiwa Cikini itu dilakukan oleh sekolompok teroris asal Nusa Tenggara Barat.

Oleh sejumlah lawan politiknya, Lubis sempat diduga sebagai dalang peristiwa tersebut.

Sebab, pada era itu memang terjadi sejumlah peristiwa pembangkangan militer.

Para teroris yang diadili mengaku kenal Lubis. Namun, selama persidangan, tidak pernah ada bukti dan petunjuk bahwa Lubis mendalangi aksi teror itu.

Hingga sekarang, Lubis belum pernah diajukan ke pengadilan untuk memperjelas kasusnya.

Daan Mogot, bekas rekannya yang belajar bersama di Seinen Dojo di Tangerang pada era penjajahan Jepang, tidak pernah yakin Lubis berada di balik Peristiwa Cikini.

Ia justru menduga ada rekayasa yang dilakukan oleh pihak tertentu sebagai tindak lanjut pelaksanaan Piagam Yogya.

"Dengan meletusnya teror Cikini, perundingan menjadi mentah. Sebaliknya, radikalisme semakin merangsang semua pihak yang selama itu baru dalam tahap berbeda pendapat," demikian kata Daan Mogot.

"Masa seluruh pelaku teror tersebut dalam sehari semuanya sudah bisa digulung? Mana mungkin kalau bukan hasil rekayasa...," lanjut dia.

Berikut ini pergantian nama organisasi intelijen negara dari 1946-sekarang:

BRANI (Badan Rahasia Negara Indonesia)
BKI (Badan Koordinasi Intelijen)
BPI (Badan Pusat Intelijen)
KIN (Komando Intelijen Negara)
BAKIN (Badan Koordinasi Intelijen Negara)
BIN (Badan Intelijen Negara)
Semboyan Veloc et Exactus

As'ad menuturkan, kerahasiaan merupakan kunci keberhasilan BIN di dalam menjalankan fungsi dan tugasnya dalam mengamankan negara.

Ketika kedok seorang agen terbongkar dan misinya diketahui pihak lain, dapat dikatakan agen itu gagal.

Ia mencontohkan sebuah operasi intelijen yang baik dalam mencari informasi dan mengolahnya sebagai laporan yang baik.

"Misalnya ketika Khruschev (Presiden Uni Soviet) sakit. Tentu itu memiliki makna yang penting bagi stabilitas sosial saat itu," kata dia saat dihubungi Kompas.com, Rabu (3/2/2016) kemarin.

Seorang agen yang andal tak hanya mencari informasi di media massa.

Ia akan pergi ke rumah sakit untuk melakukan cek, ricek, dan kroscek mengenai kondisi Khruschev.

Tak Ada Sanksi Tegas, ASN Jambi Ketangkap Lagi Keluyuran Saat Jam Kantor

Tayang di SCTV! Live Streaming Barcelona vs Slavia Praha di Liga Champions, Tonton di TV Online SCTV

Warga Tanjab Barat Produksi Ratusan Ton Sampah Perhari, Banyak Dibuang ke Sungai dan Laut

Bikin Haru, Viral Bocah Bermain di Sekitar Jasad Orang Tuanya, Fakta Pilu Terkuak, Ini yang Terjadi

Heboh Ada Bahaya di Susu Kental Manis? Sampai Jadi Trending di Twitter

"Kalau tanya dokter tentu tidak mungkin karena pasti dikawal oleh KGB saat itu. Tanya saja ke tukang besi atau OB di sana, dirawat di kamar nomor berapa. Dengan mengetahui nomor kamarnya, kita akan tahu bahwa itu kamar khusus untuk perawatan penyakit apa dan siapa dokter yang menanganinya," ujarnya.

Bagi As'ad, kemampuan analisis merupakan hal yang tak kalah penting yang harus dimiliki seorang personel, selain kewajibannya dalam menjaga kerahasiaan.

Ia juga menekankan pentingnya kecepatan dan keberanian seorang personel dalam mengambil keputusan.

"Makanya, saya selalu tekankan kepada setiap agen agar memiliki kedalaman berpikir seperti intelektual, kecepatan gerak seperti wartawan, dan ketegasan sikap seperti militer," ujar dia.

"Ketiga dasar itulah yang pada akhirnya menjadi cerminan dari asas BIN, veloc et exactus, yang artinya cepat dan tepat. Selalu cek, ricek, dan kroscek setiap informasi yang diterima," kata As'ad.

Kisah-kisah pasukan elite TNI dan intelijen dapat dibaca di Tribunjambi.com. (*)

IKUTI KAMI DI INSTAGRAM:

NONTON VIDEO TERBARU KAMI DI YOUTUBE:

IKUTI FANSPAGE TRIBUN JAMBI DI FACEBOOK:

Sumber: Tribun Jambi
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved