Manusia Terakhir Pewaris Dideng, Jalan Panjang Sang Maestro Menghidupkan Kearifan Lokal

Nenek Jariah menjadi satu-satunya orang yang masih menguasai naskah syair yang sudah ada sejak ratusan tahun lalu.

Penulis: Dedy Nurdin | Editor: Duanto AS
Tribun Jambi/Dedy Nurdin
Nenek Jariah (81), satu-satunya orang yang masih menguasai naskah syair Dideng yang sudah ada sejak ratusan tahun lalu. Dideng merupakan Warisan Budaya Takbenda di Desa Rantau Pandan, Kabupaten Bungo, Provinsi Jambi, yang keberadaannya terancam punah. 

Namun untuk berkomunikasi dengan orang luar, Nenek Jariah selalu didampingi anak dan cucunya. Satu di antaranya Nyai Gadis Tauvif, peneliti Dideng dari kabupaten Bungo.

Gadis Tauvid kerap menjadi penerjemah dan memberi pemahaman tentang Dideng, mengingat Nenek Jariah tak begitu fasih berbasa Indonesia, sebagai orang pada umumnya.

Saat dibincangi, Gadis Tauvif lah yang menjelaskan tentang kesenian Dideng.

Ia mengatakan yang dilakukan Nenek Jariah merupakan semangat untuk menghidupkan Dideng sebagai kearifan lokal.

"Walaupun sudah tua, Nenek Jariah tetap semangat memenuhi undangan menampilkan Dideng ke masyarakat. Ia bercita-cita agar Dideng ini bisa kembali hidup di masyarakat, khususnya di Desa Rantau Pandan, agar tidak punah," kata Gadis Tauvif.

Kekuatan pesan dalam Dideng

Gadis Tauvif menceritakan tentang makna dari syair-syair di dalam Dideng.

Dideng berarti berkabar atau memberitahukan pesan. Dideng merupakan cerita yang dilantunkan dengan cara bersenandung.

Dideng mengisahkan kehidupan dua anak manusia yang dijodohkan sejak kecil.

Dang Bujang merupakan putra laki-laki dan Puti Dayang Ayu, anak perempuan yang ada dalam kisah itu. Keduanya telah dijodohkan orang tua sejak kecil.

Karena ketidaktahuan, akhirnya Dang Bujang membuat pesta pertunangan dengan putri Dayang Emas yang juga merupakan keturunan raja.

Saat pesta berlangsung, semua yang ada di kampung diundang. Saat itu Puti Dayang Ayu juga ikut diundang.

Ketika pesta sedang berlangsung dengan acara Tari Tauh dipergelarkan di halaman rumah raja, Puti Dayang Ayu datang ke sana.

Puti Dayang Ayu dikenal sebagai sosok perempuan yang memiliki kecantik luar biasa. Melihat kecantikannya, orang-orang yang hadir sampai terperangah melihat kecantikannya.

Karena melihat kehadiran Puti Dayang Ayu pada acara itu, akhirnya gelanggang pertunangan yang digelar Dang Bujang menjadi sepi. Hal ini yang membuat Dang Bujang marah.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Jambi
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved