Berita Muarojambi
Minim Peralatan, Warga Desa Betung dan TNI Padamkan Api Karhutla Pakai Ember
Minim Peralatan, Warga Desa Betung dan TNI Padamkan Api Pakai Ember di lokasi Karhutla
Penulis: Dedy Nurdin | Editor: Deni Satria Budi
Minim Peralatan, Warga Desa Betung dan TNI Padamkan Api Pakai Ember
TRIBUNJAMBI.COM, JAMBI - Kebakaran lahan dan hutan di sejumlah desa di Kecamatan Kumpeh, Kabupaten Muarojambi mulai meresahkan warga. Apa lagi lokasi kebakaran kian dekat dengan pemukiman warga.
Seperti terlihat di desa Betung, Kecamatan Kumpeh, Kabupaten Muarojambi. Warga yang khawatir kebaaran merembet ke pemukiman ikut serta memadamkan api.
Minggu (22/9/2019) beramai-ramai warga mendatangi lokasi kebakaran yang jaraknya hanya sekitar dua kilo meter dari pemukiman penduduk.
Namun, banyaknya warga dan personel TNI yang berada dilokasi kenakaran tak sebanding dengan peralatan yang ada.
Baca: Warga Desa Puding, Muarojambi, Berebut Air Bersih di Tengah Hujan Abu dari Karhutla
Baca: BREAKING NEWS, Kabut Asap Makin Tebal di Muarojambi, Bupati Masnah Liburkan Sekolah 3 Hari
Baca: Tim Pemadam Karhutla Kekurangan Masker Oksigen, Arah Angin Ikut Jadi Penyebab
Warga pun terlihat hanya menggunakan ember untukbasahi tanah gambut yang terbakar. Terlihat hanya ada dua mesin pompa air dengan panjang selang hanya sekitar 30 meter.
Satu mesin pompa itu tampak digunakan oleh personel TNI yang berada dilokasi kebakaran, satunya lagi digunakan warga secara bergantian.
"Sulit karna mesin cuma dua, sumber airnya cuma di sekat kanal ditarik kelokasi selang tak sampai. Itu pun airnya kecil dan bercampur lumpur yang keluar," ujar salah seorang personel TNI yang dibincangi dilokasi pemadaman.
Krisna, kepala Desa Puding, ditemui dilokasi pemadaman mengatakan saat ini lokasi kebakaran hanya berjarak sekitar dua kilometer dari titik api.

Ia menyebut api merembet dari lahan perusahaan yang terbakar. Dan saat ini sudah ikut membakar lahan warga.
Sementara peralatan mesin yang bisa digunakan hanya dua unit, "Sulit karna mesin cuma empat, dua milik warga digunakan untuk pendinginan. Tadi dua mesin lagi milik kodim itu yang kita pake memadamkan sekarang," katanya.
"Apinya cepat merembet, padahal kemarin masih jarak lima kilometer, sekarang makin dekat. Sementara angin kencang, sumber air sulit dan kondis lahan kering," sambungnya.
Ia megatakan, sejauh ini warga masih bertahan di rumah masing-masing. Namun jika kebakaran tak terkendali hingga merembet ke pemukiman warga. Maka tak menutup kemungkinan ia akan meminta warga untuk mengungsi.
"Hari ini parah, terutama dia hari terakhir. Sementara kondisi personel TNI banyak warga ikut bantu, ada juga dari MPA, Manggala Agni tapi mesin cuma dua tak sebanding sementara yang terbakar dikiri kanan jalan," ujarnya.
Lokasi yang terbakar sendiri menurut Krisna adalah daerah restorasi dar BRG. Meski ada sekat kanal, namun kondisi lahan masih terliat kering.
"Ini kanalnya disekat tahun 2017 kemarin, tapi tetap juga kering. Malah terbakar sekarang, kami berharap ada bantuan peralatan karna minim sekali, setidaknya untuk mencegah agar api tak sampai ke pemukiman warga," ujarnya.
Di Desa Betung sendiri terdapat 900 KK, sebagian besarnya tinggal tak jauh dari lokasi kebakaran gambut. Sementara saat ini banyak warga yang mengeluhkan sesak saat bernafas karna kabut tebal disertai partikel abu kebakaran.
"Kami dari kemarin menjerit karna asap ini, kebutuhan mendesak sekarang ini adalah obat-obatan karna warga sudah banyak mengeluh sesak nafas," katanya.
Minim Peralatan, Warga Desa Betung dan TNI Padamkan Api Pakai Ember (Dedy Nurdin/Tribunjambi.com)