Cerita Warga SAD Pascapenangkapan Kelompok SMB, Wanita dan Anak-anak Menghilang di Hutan

Waktu menunjukkan pukul 19.00 WIB, belasan anak, wanita dan pria dari warga Suku Anak Dalam (SAD) tampak tengah berbaring di lantai beralas terpal.

Penulis: Dedy Nurdin | Editor: Teguh Suprayitno
IST
Belasan anak, wanita dan pria dari warga Suku Anak Dalam (SAD) di Muara Kilis, Kecamatan Tengah Ilir, Kabupaten Tebo tampak tengah berbaring di lantai beralas terpal. 

Ia pun merasa sedikit lega karena kondisi kedua anaknya dan kerabatnya yang ditahan di Mapolda Jambi dalam kondisi sehat.

"Kami jalan kaki dua jam sampai simpang baru di jemput mobil, anak-anak kami pucat. Kalau kurus memang dari dulu kurus," ungkapnya.

Ia pun bercerita bahwa saat penangkapan terjadi anaknya mengira akan ada acara karena melihat keramaian. Namun tak disangka hari itu, kedua anaknya justru ikut ditahan.

"Katanya mau nengok ada acara, dak taunya ditangkap," ujarnya.

Sementara itu, Datuk Asril mengatakan saat ini ada beberapa orang istri dan anak dari beberapa warga SAD yang belum ditemukan pasca kejadian penangkapan kelompok SMB.

Baca: Geger Babi Ngepet Curi Laptop, Helm dan Ponsel, Saat Diintai Ternyata Ini Sosok Pelakunya!

Baca: Gubernur Jambi Kunjungi Rumah Alm Asmara, Personel Manggala Agni yang Gugur Saat Padamkan Api

Baca: Perusahaan Tak Daftarkan Karyawan ke BPJS, Disnakertrans Jambi Ancam Kenakan Sanksi

Baca: Siapa Sebenarnya Suami Najwa Shihab, Jarang Diketahui Masyarakat, Ibrahim Bongkar Kelakuan di Kamar

Anak-anak dan perempuan itu kabur ke hutan saat melihat suaminya ditangkap, "Ada yang kabur ke hutan melangun sama anak-anaknya karena dikira suaminya meninggal," kata Datuk Asril yang merupakan perwakilan lembaga adat SAD.

"Sampai sekarang kami belum tau mereka melangun ke mana karna belum ketemu sampai sekarang. Perempuan dia bawa anak-anaknya ke hutan," sambungnya.

Namun ia bersyukur karena masih bisa bersua dengan kedua anaknya Suni dan Rian masih sehat meski dalam kondisi pucat, "Pucat lah karena nahan rindu mano mikiri anak, mikiri mamaknya," katanya.

Ia mengatakan saat ini kondisi cucunya, anak dari Rian yang masih usia lima bulan selalu menangis. "Baru-baru ini kami bawa kebidan di Muara Kilis karena nangis terus. Sementara tinggal dengan kami anak istrinya, ada juga keluarga yang tinggal dengan baisan," ujarnya.

Datuk Asril mengaku tak tahu jika anaknya ditahan karena alasan terlibat kelompok SMB. Pasalnya selama ini kedua anaknya tak ada ikut kelompok itu, apa lagi sampai melakukan pemukulan pada oknum petugas.

"Sehari-harinya jualan daun ubi, dulu nyari labi-labi, nyari jernang, sekarang karena payah cuma nanam ubi lah," ujarnya.

Ia mengatakan bahwa hutan di sekitar sugai di sekitar kawasan PT WKS sudah menjadi rumah bagi warga SAD sejak turun temurun. Namun setelah kawasan hutan berubah dengan tanaman akasia, mereka tak lagi bisa tidur dengan perut kenyang.

"Memang pohon juga tapi labi-labi dak ado lagi, hewan dak ado, dulu kami bisa jual jernang sehari sampai Rp 3 juta. Sekarang batang jernang nian dak ado lagi," ujarnya.

"Kami mau naik ke bukit 30 di sano orang ngusir gajah, ada pelepasan beruk. Jadi kami bagai manapun tetap bertahan di sana. Karena hutan kami dak ada lagi," sambungnya.

Ia pun berharap pada pemerintah bisa meberi ruang bagi warga SAD di Muara Kilis untuk bisa bertahan hidup. "Hutan adat kami dak ada lagi, lah jadi lahan perusahaan. Untuk kami bertani di sana pun jadi lah," katanya.

Baca: Bagaikan Orang Asing, Istri Kehilangan Ingatan Akibat Cidera Otak, Suami Berjuang Memulai dari Awal

Baca: Operasi Patuh 2019 Bakal Segera Digelar Secara Nasional, Siapkan Surat-surat Kendaraan Anda

Baca: VIDEO: Detik-detik Baku Tembak Polisi vs Pencuri Pistol Milik Anggota Polri, Lokasi di Muaro Jambi

Baca: Manfaat Luar Biasa dari Konsumsi Air Hangat Setiap Hari, Bisa untuk Diet dan Terhindar dari Penyakit

Halaman
123
Sumber: Tribun Jambi
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved