Ahli Bertarung Jarak Dekat Tanpa Senjata, Pasukan Elite Rusia Spetsnaz Paling Ditakuti Tentara Dunia
TRIBUNJAMBI.COM - Pasukan khusus satu ini memang dikenal sangat ditakuti di kalangan militer di dunia.
Setiap anggota Spetsnaz telah diset bergerak dengan atribut seringan mungkin.

Peralatan wajib di medan tempur adalah senapan serbu AK-47 atau sniper SVD, pistol 9 mm, pisau, 1-8 granat, dan cat pelabur.
Itu untuk persenjataan perorangan, sementara untuk tim adalah peluncur granat RPG-16, radio berdaya jangkau luas R-350M, ranjau berpengarah, dan peledak pastik.
Namun demikian, jika diperlukan mereka juga bisa mengoperasikan rudal antipesawat udara SA-7 atau SA-14.
Satgas terkecil dari Spetsnaz yang diterjunkan ke lapangan adalah tim.
Baca: Tak Hanya Kopassus, Ini 5 Pasukan Khusus TNI yang Punya Kemampuan Tempur di Atas Rata-rata
Baca: 9 Pasukan Khusus Wanita yang Paling Ditakuti Aksinya Menggegerkan Dunia, Cantik dan Sangat Mematikan
Baca: 7 Slogan Pasukan Khusus yang Disegani di Dunia, Kopassus 1 Diantaranya dengan Kata yang Menggetarkan
Setiap tim terdiri dari 8-10 orang dipimpin perwira pertama dengan wakil seorang sersan senior.
Setiap anggota tim memiliki keahlian khusus.
Ada yang bertindak sebagai juru radio, ahli perusakan, penembak jitu (sniper) dan spesialis pengintaian.
Pasukan Khusus Terbesar di Dunia
Spetsnaz diklaim sebagai pasukan khusus terbesar di dunia.
Dibentuk pada awal 1950-an, di awal 1990-an saja anggota Spetsnaz sudah mencapai 27 – 30 ribu personel.
Berbeda dengan pasukan elite lainnya, Spetsnaz berada di bawah Departemen Pertahanan dan KGB, badan intelejen Rusia.
Baca: Ramalan Keuangan Zodiak Agustus 2019, Leo Banyak Pengeluaran, Scorpio Aman Kok!
Baca: Pokja Sanitasi Kota Banjarmasin Datang ke Jambi, Syarif Fasha Beri Tips Sukses Gelar CSS
Baca: Rumah Makan di Jambi Perlu Lebel Halal, Fasha Berencana Jalin Kerjasama dengan MUI
Begitu pula dengan tugasnya, Spetsnaz lebih banyak melakukan operasi rahasia.
Misalnya, memainkan peran penting dalam pembunuhan Hafizullah Amin sewaktu istana kepresidenan diserang serta pendudukan bandara Kabul, Afganistan, Desember 1979.
Hafizullah Amin adalah presiden kedua Afganistan selama periode komunis Republik Demokratis Afganistan.