Tentara Amerika Pernah Bantu Kelompok Makar di Indonesia, TNI Datang dan Buat Mereka Kocar-kacir
Indonesia pernah bersedih di masa perjuangan usai merdeka dari siksaan penjajah. Pasalnya, perang saudara terjadi di masa transisi dari kemerdekaan
TRIBUNJAMBI.COM - Indonesia pernah bersedih di masa perjuangan usai merdeka dari siksaan penjajah.
Pasalnya, perang saudara terjadi di masa transisi dari kemerdekaan.
Salah satu peristiwa pemberontakan terhadap pemerintah Republik Indonesia yang hingga saat ini menjadi seperti trauma sejarah adalah pemberontakan yang dilancarkan Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI).
Pemberontakan ini terjadi pada 1958.
Baca Juga:
Empat Menu Spesial di Bulan Februari, Tersedia di Ricks Kitchen, Ini Menu-menunya
PRRI & Permesta Hancur Dibuat RPKAD Karena Ingin Makar, Agen Intelijen Amerika (CIA) Kalang Kabut
VIDEO: Pemusnahan Ribuan Produk Makanan, obat, dan Kosmetik Ilegal Senilai Rp1,1 Miliar
Sesalkan Kualitas Pekerjaan, Anggota Komisi III DPRD Tanjab Barar, Desak BPK Periksa Jalan Patunas
Trauma yang ditimbulkan dari perseteruan hancur-hancuran ini adalah hilangnya putera-putera terbaik bangsa yang seharusnya saling bahu-membahu membangun negara.
Lebih lagi, penumpasan terhadap PRRI oleh Pemerintah Pusat RI sesungguhnya merupakan perang saudara karena yang berseteru adalah sesama warga negara Indonesia sehingga hasil dari perseteruan bersenjata itu hanya kerugian belaka.
Pemicu berdirinya PRRI di Sumatera adalah Mr Sjafrudin Prawiranegara yang sebenarnya merupakan tokoh yang sangat berjasa bagi Pemerintah RI waktu itu dan juga merupakan sosok yang dikenal baik oleh Presiden Soekarno.
Selama Perang Kemerdekaan (1948-1949), khususnya ketika berlangsung agresi Belanda yang kedua di Yogyakarta, setelah Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Mohammad Hatta ditangkap serta diasingkan ke Pulau Bangka, Sjafrudin diangkat menjadi Ketua Pemerintah Darurat RI (1948).
Berkat usaha Pemerintah Darurat yang dipimpin Sjafruddin, Belanda yang semula mengedepankan kekuatan militer kemudian terpaksa berunding dengan Indonesia melalui Perjanjian Roem-Royen.
Hasil perundingan sangat menguntungkan RI karena Seokarno dan kawan-kawannya dibebaskan serta kembali lagi ke Yogyakrta.
Pemerintahan Darurat kemudian diserahkan lagi ke Soekarno-Hatta pada 14 Juli 1949 di Jakarta.
Setelah itu, Sjafruddin menjabat sebagai Wakil Perdana Menteri dan selanjutnya Menteri Keuangan serta Gubernur Bank Indonesia (1951).
Baca Juga:
Promo dan Diskon di Hypermart Talang Banjar, Dapatkan Casback 10 Persen Bagi Pengguna Aplikaso OVO
Tukang Ojek Disebut Intel Indonesia, Ini Alasan KKB Menembak Mati Sugeng Efendi di Toko Kelontong
Suami Istri Kanibal Ini Sudah Makan 30 Manusia: Mengerikan Ini Isi Kulkasnya
Pemakaman Nenek Zumi Zola Berlangsung Haru, Begini Cerita Sum Indra Tentang Sang Nenek
Upaya pemisahan diri PRRI yang dimotori oleh Mr Sjafrudin jelas merupakan hal yang mengejutkan sekaligus menjadi ancaman serius bagi Pemerintahan Presiden Soekarno dan NKRI.
Presiden Soekarno yang menyadari betapa besar jasa Sjafruddin kepada RI berusaha keras menyelesaikan masalah secara damai tapi tidak berhasil.
Mr Sjafruddin bahkan berkali-kali menolak upaya damai itu jika Presiden Soekarno tidak segera bisa melepaskan diri dari pengaruh PKI.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jambi/foto/bank/originals/pasukan-as-saat-membantu-tentara-prri.jpg)