Tentara Amerika Pernah Bantu Kelompok Makar di Indonesia, TNI Datang dan Buat Mereka Kocar-kacir
Indonesia pernah bersedih di masa perjuangan usai merdeka dari siksaan penjajah. Pasalnya, perang saudara terjadi di masa transisi dari kemerdekaan
Pada tahun 1958, PKI yang saat itu menjadi salah satu kekuatan politik besar di Indonesia memiliki pengaruh yang kuat di kalangan pemerintahan dan militer.
Tidak hanya Mr Sjafruddin yang khawatir terhadap kondisi itu, Pemerintah AS yang sedang gencar menghambat pengaruh komunisme di Asia Tenggara juga memberikan perhatian khusus.
Apalagi Presiden Soekarno berkali-kali menegaskan bahwa dirinya anti-Amerika.
Secara diam-diam militer AS mulai membantu peralatan militer dan para penasihatnya kepada kelompok-kelompok perlawanan yang berkeinginan memisahkan diri dari Pemerintah RI seperti PRRI dan Pemerintah Revolusi Rakyat Semesta (Permesa) yang sedang bergolak di Wilayah Indonesia Timur.
Kekuatan gugus tempur Armada Ke-7 AS di Asia-Pasifik yang bermarkas di Okinawa, Jepang, pun telah menyiagakan kapal-kapal perang di perairan Indonesia, termasuk kapal induk.
Pemerintah RI bukannya tidak tahu terhadap campur tangan AS itu sehingga langkah tegas secara militer untuk menyelesaikan masalah PRRI harus dilakukan secara hati-hati.
Langkah tegas berupa operasi militer harus bisa menunjukkan kewibawaan pemerintah sekaligus bisa menghindari konflik dengan militer AS.
Tapi tindakan tegas yang harus diambil oleh pemerintah RI khususnya Angkatan Perang Republik Indonesia (APRI/TNI) juga harus benar-benar terencana secara matang.
Baca Juga:
Selebgram Reva Alexa Terbukti Sebagai Seorang Transgender, Ini Nama Asli Teman Lucinta Luna Itu
Beda Adi Saputra Setelah Ditahan, Kemarin Mengamuk Merusak Motor, Kini Menangis Cium Tangan Polisi
Kucing Jantan Belang Tiga Selalu Dimakan Induknya, Mitoskah? Ini Ahlinya yang Menjawab
Pasalnya PRRI juga didukung oleh sejumlah unsur militer di Sumatera yang semula anggota APRI, sehingga memiliki kekuatan yang terlatih dan bersenjata lengkap.
Satuan-satuan militer yang mendukung APRI anatara lain Resimen IV/TT-I/Bukit Barisan di bawah komandan Letkol Achmad Husein, Tentara Territorium I di bawah komandan Kolonel Mauluddin Simbolon, Tentara Territorium II di bawah pimpinan Letkol Barlian, dan lainnya.
Pada 22 Desember 1956 Panglima TT-I, Kolonel Simbolon di Medan bahkan telah terlebih dahulu memutuskan hubungan dengan pemerintah pusat dan siap bertempur.
Dari sisi kemampuan tempurnya yang terlatih, jumlah total pasukan PRRI sekitar 10.000 orang.
Kolonel Simbolon bahkan merasa yakin bisa mengalahkan pasukan APRI berkat jaminan militer AS yang serius mendukungnya.
Selain memiliki pasukan yang terlatih pasukan PRRI juga mempunyai senjata-senjata modern yang kemudian diketahui sebagai bantuan dari AS (CIA).
Persenjataan yang terdeteksi oleh intelijen APRI pada 28 Februari 1958 dan dikirim melalui penerbangan gelap ke Sumatera itu antara lain 15 senjata mesin ringan, 125 pucuk senjata laras panjang, dan dua senapan mesin berat lengkap dengan pelurunya.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jambi/foto/bank/originals/pasukan-as-saat-membantu-tentara-prri.jpg)