Ngerinya Kekuatan Senapan Serbu Elite TNI, Hingga Cara Unik TNI Berbahasa Jawa Untuk Bahas Senjata
Berbicara kehebatan Tentara Nasional Indonesia, tak lepas dari peralatan dan kelengkapan senjata yang mereka miliki.
Penulis: Andreas Eko Prasetyo | Editor: Andreas Eko Prasetyo
Kekuatan Tentara Nasional Indonesia (TNI) bukan hanya dari keterampilannya di medan perang saja. Tak dipungkiri, kekuatannya pun juga ditunjang senjata yang dimiliki
TRIBUNJAMBI.COM - Berbicara kehebatan Tentara Nasional Indonesia, tak lepas dari peralatan dan kelengkapan senjata yang mereka miliki.
Terlebih satuan elite TNI dari 3 matra yang dimilikinya.
Pasukan khusus TNI seperti Kopassus, Denjaka hingga Paskhas dan beberapa lainnya.
Lalu apa saja senapan yang dimiliki itu.
Baca Juga:
Keistimewaan F-16 Viper, Jet Tempur Canggih Incaran TNI AU, Segala Jenis Rudal Buatan AS Bisa Masuk
Profil Letjen TNI Doni Monardo, Karir di Kopassus Melejit karena Operasi Pembebasan Sandera MV Kudus
Berusaha Melerai, 2 Personel TNI Terjebak di Pertempuran Tank Merkava dan Heli Apache di Lebanon
Ternyata tidak hanya senjata milik PT. Pindad saja yang digunakan elite TNI.
Senjata dari negara lain juga digunakan TNI bahkan untuk senapan serbunya.
Siapa tak tahu Heckler & Koch (H&K)?
Kini beberapa pasukan elit TNI menggunakan H7K G36C, senapan dengan desain futuristik yang sempat digadang-gadang Tom Cruise dalam ‘Mission Impossible’ III.
Meski namanya tak semoncer HK416 dan MP5, senapan serbu asal Jerman yang pernah dianggap bermasalah soal panas ni lumayan banyak digunakan beragam satuan khusus dunia.
Tak heran bilka pasukan elite TNI pun turut menggunakan beberapa varian G36.
Dikutip TribunJambi.com dari GardaNasional.id pasukan elite TNI seperti Denjaka (Detasemen Jala Mangkara) TNI AL dan Detasemen Bravo Paskhas TNI AU diketahui adalah pengguna G36 sebagai salah satu senjata pilihan.
Seperti Denjaka yang dalam foto terlihat menggunakan varian G36+AG36 (dengan pelontar granat), maka varian lain yang juga digunakan adalah G36C, seperti yang terlihat dalam foto di bawah ini digunakan personel DenBravo Paskhas.
Baca Juga:
GALERI FOTO: Cristiano Ronaldo dan Georgina Rodriguez Pamer Foto Mesra saat Liburan di Dubai
KPU Merangin Lantik 48 PPK, Matangkan Pelaksanaan Pileg dan Pilpres Pada April 2019
Kronologi Zainal Warga Bungo Dani Tewas Tersetrum, Potong Kabel Tapi Lupa Cabut Stop Kontak
Malahan dalam situs wikipedia.org, disebut Komando Pasukan Khusus (Kopassus) juga menjadi pengguna G36C.
Khusus varian G36C (Compact) dirancang unik, lantaran Heckler & Koch menyebutnya sebagai “The ultra-short assault rifle,” senapan serbu yang punya dimensi khas Submachine Gun, namun dengan kaliber 5,56×45 mm.
G36C dicirikan dengan tampilan yang lebih pendek, memaksa pihak desainer untuk memindahkan blok gas lebih dekat ke ujung moncong dan mengurangi panjang batang operasi piston gas. Panjang larasnya 228 mm, sebagai perbandingan pada varian G36V (standar), panjang larasnya mencapai 480 mm.
Dengan larasnya yang pendek, tentu menjadi ciri khas bagi user macam pasukan khusus, tapi laras pendek G36C membawa konsekuensi bahwa senapan ini tak bisa dipasangi sangkur (bayonet) dan granat senapan (rifle grenades).
Meski begitu G36C tetap bisa dipadukan dengan peluncur granat AG36.
Ciri khas G36C adalah picatinny rail dengan standar MIL-STD-1913 yang telah terintegrasi untuk pemasangan beragam aksesoris.
Pada handguard (pegangan tangan) terdapat empat titik untuk pijakam pemasangan akseoris, dan tak lupa handgrip terpasang pada senapan serbu rasa submachine gun ini.
Varian G36C dengan popor lipat ini mulai dikembangkan dan diproduksi pada Januari 2001.
//
Bingung membahas teknis senjata AK-47, siapa sangka prajurit TNI lebih nyaman membicarakannya dengan bahasa Jawa
Senapan serbu AK-47 buatan Rusia yang dibuat oleh Mikhail Timofeyevich Kalashnikov pada tahun 1947 merupakan senjata yang paling laris di dunia.
Sebagai senjata yang handal dan mudah dioperasikan AK-47 bisa digunakan untuk bertempur di semua medan mulai dari air laut, rawa-rawa, hingga medan berlumpur.
Pasukan AS termasuk yang paling takut menghadapi AK-47 yang digunakan oleh gerilyawan Vietcong dalam Perang Vietnam (1955-1975) mengingat daya gempur AK-47 jauh lebih dahsyat dan bandel dibandingkan senjata militer AS, M-16.
Misalnya, AK-47 yang terendam dalam lumpur selama satu minggu bisa langsung digunakan tanpa harus dibersihkan.
Sedangkan senjata M-16 ketika terendam air berlumpur dalam waktu cukup lama akan cenderung macet saat ditembakkan.
Karena begitu populer penggunaan AK-47, senapan serbu yang bertampang sangar itu bahkan menjadi simbol perlawanan pemberontak yang ingin merebut kemerdekaan dari pemerintah yang sah atau pemerintah yang dianggap melakukan penjajahan.
Para pejuang Palestina yang menginginkan kemerdekaan dari Isarel juga kerap berfoto sambil menyandang AK-47 dalam kondisi siap tempur.
Mereka bahkan menjadi tampak makin gagah berkat AK-47 yang disandang dalam kondisi siap tembak.
Untuk menunjukkan wibawa dan kharismanya, mendiang pemimpin Al Qaeda yang menjadi buruan nomor satu AS juga kerap tampil dalam foto sambil menyandang senapan AK-47-nya.
Demikian populernya penggunaan AK-47 diperkirakan hingga saat ini jumlah AK-47 yang diproduksi telah mencapai jumlah lebih 100 juta pucuk.
Indonesia sendiri termasuk pengguna AK-47 dalam jumlah besar.
Baca Juga:
Pedagang Pasar Talang Banjar Baru Sepi Pembeli, Sebut Pemkot Tak Tegas Tertibkan Lapak di Luar Pasar
Destri Nekat Bobol Toko Pakaian, Curi 30 Lembar Celana Levis Dijual ke Pulau Pandan Rp 50 Ribu
Cinema Sutha UIN Sultan Thaha Syaifuddin Jambi, Mahasiswa Belajar Menjadi Creativepreneur
Ketika militer RI sedang melaksanakan Operasi Trikora (1960) untuk membebaskan Irian Barat, puluhan ribu AK-47 dibeli dari Rusia.
Demikian banyak AK-47 yang dimiliki oleh TNI, sehingga ketika terjadi peperangan di Afganistan (1988), sekitar 3.000 pucuk AK-47 telah dikirimkan secara rahasia ke Afganistan guna membantu pejuang Mujahidin melawan pendudukan Uni Soviet (Rusia).
Sebenarnya hingga saat ini para personel pasukan TNI sangat menyukai penggunaan AK-47 dibandingkan senjata serbu lainnya.
Apalagi AK-47 memang sudah teruji sangat handal dan jarang sekali macet atau rusak ketika digunakan dalam pertempuran.
Tapi ada keunikan tersendiri ketika AK-47 digunakan oleh pasukan TNI.
Khususnya ketika AK-47 akan ditembakkan karena bisa disetel secara otomatis atau disetel untuk menembakan peluru satu demi satu.
Soal keunikan ini, Hendro Subroto, dalam buku Sintong Panjaitan, Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando, mengisahkannya secara khusus.
Untuk menembak secara otomatis maka ada semacam kait yang harus diposisikan pada huruf OB. Sedangkan setelan pada huruf OA adalah untuk menembak satu-satu.
Posisi setelan untuk huruf OB dan OA berada di atas picu.
Kadang untuk mengingat singkatan yang sebenarnya berasal dari bahasa Rusia itu, para prajurit yang kebanyakan berasal dari Jawa tak mau pusing-pusing.
Huruf ‘OB’, agar mudah diingat lalu diartikan ke dalam bahasa Jawa dengan istilah "okeh banget" yang berarti banyak sekali.
Pasalnya tembakannya menyembur secara otomatis dan peluru yang keluar dalam jumlah banyak.
Baca Juga:
Tahapan Penyampaian Penerimaan Sumbangan Dana Kampanye (LPSDK) PKPI Kurang Dari Rp100Juta
KPU Tanjabtim Lantik 22 Anggota PPK Baru, Tambah Dua Anggota di Tiap Kecamatan
Dua Pendaki Gunung Kerinci Dievakuasi, Basarnas Kerahkan Personel Jemput ke Pos III
Sedangkan huruf OA diartikan sebagai "ora akeh" yang bermakna ‘tidak banyak’ mengingat peluru yang keluar hanya satu-satu setiap ditarik picunya.
Lebih dekat dengan AK-47
AK-47 merupakan senjata yang diciptakan secara otodidak oleh Mikhail Kalashnikov, anak seorang petani.
Dia terinspirasi untuk menjadi pembuat senjata selama Perang Dunia II, setelah dia mendengar keluhan tentang buruknya kualitas dari senjata ringan buatan Rusiadari para tentara Rusia yang cedera.
Upayanya untuk menjadi perancang senjata sebenarnya sudah dimulai sejak tahun 1941, saat dia terluka saat menjadi tentara merah dalam Battle of Bryansk.
Perang ini juga yang menjadi salah satu sumber inspirasi Kalashnikov dalam membuat AK-47, karena saat itu dia bermimipi dapat membuat senjata yang mampu memukul mundur tentara Jerman.
Setelah berhasil memulihkan diri dari luka-luka yang dialaminya tersebut, Kalashnikov ditugaskan di bagian perancangan senjata Tentara Merah.
Di sanalah dia mulai meluangkan lebih banyak waktu untuk mengembangkan suatu senjata otomatis.
Namun, rancangan senjata yang kelak akan mengejutkan dunia tersebut baru mencapai bentuk akhirnya justru setelah Perang Dunia II berakhir.
Aktomatni Kalashnikova model-1947, kepanjangan dari AK-47, menjadi puncak dari proses evolusi dan puncak dari pencapaian karier Kalashnikov.
Saat itu Sturmgewehr 44 atau StG 44, sebuah senjata buatan Jerman dan juga digunakan oleh tentara Jerman ketika berperang dengan Uni Soviet di Front Timur, menjadi ide rancangan Kalashnikov.
Bahkan, meski Kalashnikov menyangkalnya, pada senjata AK-47 asli masih dapat ditemukan dengan jelas bagian-bagian dari StG 44.
Baca Juga:
Dugaan Pelanggaran Kampanye Caleg di Sekolah, Ini Sanksi Pelanggarannya Jika Terbukti
Tidak Puas Dengan Jawaban BKPSDMD, Orang Tua Peserta CPNS Akan Terus Menproses Putusan Kelulusan
Dua Pendaki Gunung Kerinci Dievakuasi, Basarnas Kerahkan Personel Jemput ke Pos III
Karakteristik dari senjata ini adalah mampu digunakan sebagai senjata otomatis maupun senjata semi-otomatis.
Sedangkan salah satu kelebihan utamanya adalah biaya pembuatannya yang tergolong murah, andal untuk digunakan, serta tahan lama di segala kondisi lapangan.
Tentara Merah kemudian mengadopsi AK-47 sebagai senjata standar infanteri pada 1949, bahkan menjadi standar bagi banyak tentara dari negara-negara yang tergabung dalam Fakta Warsawa.
Tidak hanya Uni Soviet yang merasakan keuntungan dari terciptanya AK-47 (Aktomatni Kalashnikova model-1947).
Kaum revolusioner di Kuba, Angola, hingga Vietnam yang berjuang untuk melawan penjajahan di negara mereka (atau untuk memaksakan kediktatoran?) banyak menggunakan AK-47.
Hal ini disebabkan banyak dari pergerakan tersebut secara langsung didukung oleh Uni Soviet, salah satunya dengan menyediakan senjata seperti AK-47 (yang banyak dikenal sebagai “Kalashnikov”) dalam jumlah besar.
Tentara Amerika Serikat yang terlibat dalam perang Vietnam, membawa senjata terbaiknya, M16, hanya untuk mengalami kemacetan saat digunakan.
Sebaliknya mereka melihat AK-47 dalam jumlah besar bekerja dengan lancar.
Maka wajar jika banyak dari tentara Amerika Serikat yang segan dan hormat pada AK-47.
Para kelompok teroris yang tidak berafiliasi dengan pergerakan pembebasan kemerdekaan juga turut menggunakan senjata legendaris ini.
Jadi, jangan kaget jika sampai saat ini diperkirakan ada sekitar 100 juta unit AK-47 yang beredar dalam berbagai variasi.
Namun, senjata yang benar-benar dibuat oleh perancangnya, Mikhail Kalashnikov, tahun 1947 justru sulit untuk ditemukan.
Kalashnikov yang kini berusia 93 tahun, pernah mengekspresikan penyesalannya karena AK-47 menjadi senjata yang dipilih oleh hampir semua teroris di dunia, meski dia tetap tidak merasa bersalah.
“Jika seseorang bertanya padaku bagaimana aku dapat tidur di malam hari dengan mengetahui bahwa senjata buatanku membunuh jutaan orang, saya akan menjawab ‘Saya tidak memiliki masalah dengan tidur.’ Hati nurani saya bersih, saya membuat senjata untuk mempertahankan negara saja,” ujar Kalashnikov.
IKUTI KAMI DI INSTAGRAM:
NONTON VIDEO TERBARU KAMI DI YOUTUBE:
IKUTI FANSPAGE TRIBUN JAMBI DI FACEBOOK:
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jambi/foto/bank/originals/senapan-serbu-heckler-koch.jpg)