Berani Menantang Perang! Ini Perbandingan Kekuatan KKB dengan TNI dari Segi Senjata dan Anggotanya

Sampai Berani Menantang Perang! Ini Perbandingan Kekuatan KKB dengan TNI dari Segi Senjata dan Anggotanya

Editor: Andreas Eko Prasetyo
Kolase/Ist
Ilustrasi TNI dan Pemberontak 

Berani Menantang Perang! Ini Perbandingan Kekuatan KKB dengan TNI dari Segi Senjata dan Anggotanya

TRIBUNJAMBI.COM - Pesan singkat melalui Facebook pimpinan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) Papua kepada Tentara Nasional Indonesia sungguh mengejutkan.

Kelompok yang bertanggung jaawab terhadap pembunuhan 19 pekerja jembatan Trans Papua di Nguga itu mengajak perang TNI secara terbuka.

Lalu seperti apa sih kekuatan KKB di Papua sampai berani mengajak perang TNI?

Sebelumnya, untuk mengetahui kelompok kriminal bersenjata itu, perlu pula di ketahui pimpinan KKB tersebut.

Baca Juga:

Mengungkap Sumber Senjata KKB di Papua, Ternyata dari Sini Didapatkannya! Berikut Jenis-jenisnya

Cerita Satgas TNI Polri saat Memburu KKB Pimpinan Egianus Kogoya di Papua - Temuan Jenazah Terbaru

5 Pekerja Kemungkinan Masih di Atas Bukit, KKB Tantang Perang Tanpa Bom dan Helikopter

Nama Egianus Kogoya, pimpinan Kelompok Kriminal Bersenjata di Kabupaten Nduga, Papua yang membunuh puluhan pekerja di Papua belakangan bikin orang penasaran.

Tak cuma sosoknya saja, tapi ada yang ingin tahu perbandingan kekuatan KKB dengan dan pasukan khusus TNI yang memburunya.

Sebelumnya, melalui laman facebook miliknya, Egianus Kogoya menantang TNI untuk berperang namun dengan syarat, TNI tidak boleh menggunakan bom dan helikopter.

"Militer Indonesia berperang melawan negara mana? Sebab mereka berlebihan menggunakan peralatan perang yang canggih seperti helikopter, bom dari udara serta serangan udara dan darat seakan-akan berperang melawan negara merdeka dengan peralatan militer yang setimpal.

Kami siap perang darat saja di medan perang," tegas Egianus Kogoya, dalam unggahan di Facebook kemarin.

Pengamat Terorisme, Sidney Jones, menyebut kelompok Egianus Kogoya merupakan sempalan dari kelompok pimpinan Kelly Kwalik, komandan sayap militer Organisasi Papua Merdeka (OPM).

Kelly Kwalik tewas dalam penyergapan polisi pada 2009.

Egianus dan anak buahnya, dikenal lebih militan dan mayoritas berusia muda.

Dari catatannya, Egianus pernah membuat keributan saat Pilkada serentak Juli lalu, dalam upaya mencegah pelaksanaan pemilu.

Baca Juga:

20 Calon Kades Siap Bertarung, Pemkab Batanghari Kembali Gelar Pilkades Tahap Tiga

Begini Cara Mendapatkan Ratusan Buku Gratis dari Penerbit BIP, Kirim Proposalnya Segera

Peringati Hari Anti Korupsi, LSM Ganja Aksi Damai ke Kejari, Dukung Penindakan Korupsi di Muarojambi

"Biasanya OPM ini terdiri dari faksi-faksi. Di Nduga, satu faksi yang berkuasa dan sempalan dari Kelly Kwalik yang dulu bergerak di Timika. Tapi orang-orang ini muda dan lebih militan," ujar Sidney Jones kepada BBC News Indonesia.

Kelly Kwalik terbunuh dalam sebuah operasi penyergapan tahun 2009.

Sosok Egianus Kogoya pimpinan KKB pembantai karyawan Istaka Karya di Papua.
Sosok Egianus Kogoya pimpinan KKB pembantai karyawan Istaka Karya di Papua. (FACEBOOK/TPNPB)

Sidney mengharapkan Polri dan TNI menangkap Egianus Kogoya dan anak buahnya dalam keadaan hidup agar aparat bisa memperoleh informasi detail tentang jumlah anggota OPM yang tersisa, juga asal senjata yang didapat.

Terpisah, Kapendam XVII Cendrawasih, Muhammad Aidi, menyebut jumlah anggota kelompok Egianus berjumlah 50 orang.

Menurut Aidi kelompok Kogoya memiliki senjata ilegal dengan standar militer dan bahkan standar organisasi The North Atlantic Treaty Organization (NATO).

Aidi juga menyebut KKB pimpinan Egianus Kogoya itu punya perlengkapan senjata standar militer karena merampas milik anggota TNI-Polri dan pasokan dari luar negeri secara ilegal.

"Dari data laporan intelijen yang kita terima, mereka memiliki senjata api. Senjata standar militer. Jumlahnya puluhan, standar militer, standar NATO," kata Aidi di Jakarta, Selasa (4/12/2018).

Baca Juga:

Mahfud MD Ungkapkan Peran Agama dalam Menegakkan HAM Melalui Kisah Nabi Muhammad SAW

Gaya Simpel. Begini Tren Hijab Tahun 2019 Menurut Desainer Ria Miranda

Hotman Paris Ingin Undang Ustaz Abdul Somad ke Kopi Johny, Diskusi Buaya Darat, Bermula Dari Ini

Meski begitu, Aidi mengaku belum memiliki informasi rinci seputar kekuatan senjata yang dimiliki kelompok Egianus saat ini.

Ia hanya mengatakan bahwa kelompok itu memiliki berbagai jenis senjata yang didapatkan dari hasil rampasan milik TNI-Polri maupun yang berasal dari luar negri.

"Sebagian senjata api itu diambil dari hasil rampasan terhadap TNI-Polri di pos-pos [penjagaan]. Sebagian juga yang selama ini berhasil kita sita senjatanya ada yang indeks TNI dan Polri, ada juga yang bukan indeks TNI/Polri artinya berasal dari luar [negeri]," kata dia.

Kelompok Separatis Papua Mengira Pekerja yang Dibantai Adalah TNI, 3 Bulan Amati Trans Papua
Kelompok Separatis Papua Mengira Pekerja yang Dibantai Adalah TNI, 3 Bulan Amati Trans Papua (Facebook TPNPB)

Lebih lanjut, Aidi mengaku belum bisa memastikan negara mana yang menyuplai senjata ke tangan kelompok Egianus.

Ia hanya menyatakan senjata-senjata yang dimiliki kelompok tersebut kebanyakan buatan pabrikan senjata dari negara Perancis, Rusia, dan Amerika Serikat.

"Termasuk buatan Pindad sendiri ada. Memang tidak semua negara memiliki produksi senjata. Tapi semua negara memiliki angkatan bersenjata. Jadi bisa dari mana saja itu senjatanya," kata dia.

Aidi mengatakan pihaknya bersama Polri telah menerjunkan Satgas Penegakan Hukum untuk memburu Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) pimpinan Egianus Kogoya.

Ia menegaskan operasi 'pemburuan' KKB Egianus saat ini sudah dilakukan oleh Satgas Gakkum yang merupakan personel gabungan TNI-Polri tersebut.

Baca Juga:

Sinopsis Sinetron Cinta Suci Episode Senin 10 Desember 2018 - Bu Laras Mendorong Suci yang Hamil

Sosok Artis Muda FTV Faye Nicole Jones, Pendatang Baru Akrab Dengan Vanessa Angel, Ini Foto-fotonya

Ramalan Mbah Mijan Episode Baru Pagar Makan Tanaman, Artis Menikah & Artis Kontroversial Masuk Bui

"Sejauh ini sudah berjalan operasi penegakan hukum," kata Aidi saat dihubungi, Rabu (5/12/2018).

Satgas Gakkum ini dibentuk sekitar dua bulan lalu, ketika rentetan peristiwa teror dan serangan dilakukan oleh KKB. Satgas ini diisi oleh kekuatan gabungan dari personel Polda Papua dan Kodam Cendrawasih.

Aidi enggan membeberkan berapa jumlah personel Satgas Gakkum yang dikerahkan untuk memburu dan menangkap kelompok Egianus.

Namun, sebelumnya Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko menyatakan sebanyak 154 personel gabungan TNI/Polri dikirim ke Papua pascapembantaian sejumlah pekerja proyek jembatan di distrik Yigi, Nduga, Papua.

Tambahan personel tersebut untuk memulihkan keamanan di tanah Papua.

Proses evakuasi jenazah di Puncak Kabo, Distrik Yigi, Kabupaten Nduga lokasi penembakan yang dilakukan kelompok KKB.
Proses evakuasi jenazah di Puncak Kabo, Distrik Yigi, Kabupaten Nduga lokasi penembakan yang dilakukan kelompok KKB. (John Roy Purba/Istimewa)

"Masyarakat Papua butuh keamanan dan kenyamanan. Pemerintah berupaya untuk memulihkan keamanan dan kenyamanan di sana," kata Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko, di Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (5/11/2018).

Pemerintah belakangan juga mengirim Pasukan Raider Kostrad untuk memburu kelompok bersenjata di Papua.

Batalyon 751/Raider memiliki tugas Operasi yang bersifat khusus yaitu, Teknik Driil Kontak, Infiltrasi atau penyusupan, eksfiltrasi, Mobud, Ralasuntai, Raid Baswan, Raid Penghancuran.

Kemampuannya tidak perlu diragukan lagi, pada 7 Juni 2014, anggota TNI dari Batalyon Infanteri (Yonif) 751/Vira Jaya Sakti Kodam XVII/Cenderawasih yang bertugas di Distrik Tingginambut, Kabupaten Puncak Jaya berhasil menembak mati Komandan Organisasi Papua Merdeka (OPM).

Asisten Operasi (Asops) Panglima TNI Mayjen TNI Agung Risdhianto (tangan di saku) saat mengecek kesiapan pasukan Para Raider di Yonif Para Raider 503 Mojokerto, Kamis (9/2/2017).
Asisten Operasi (Asops) Panglima TNI Mayjen TNI Agung Risdhianto (tangan di saku) saat mengecek kesiapan pasukan Para Raider di Yonif Para Raider 503 Mojokerto, Kamis (9/2/2017). (surya/sudarma adi)

Kontak tembak tersebut terjadi sekitar pukul 05.00 pagi, di mana pada saat kejadian prajurit TNI sedang berpatroli di wilayah sekitar Distrik Tingginambut, Kabupaten Puncak Jaya, Papua.

Batalyon 751/Raider bersama Kopassus juga melakukan operasi Pembebasan Sandera di Camp Kimbely, Tembagapura, Papua pada November 2017 lalu.

Sebanyak 13 Anggota Kopassus dan 30 pasukan elite Batalyon 751 Raider ditugaskan untuk merebut Camp Kimbely.

Sementara itu, Kapolda Papua Irjen Martuani Sormin Siregar bersama Pangdam XVII/Cendrawasih Mayjen TNI Yosua Pandit Sembiring akan memimpin langsung operasi penegakan hukum terhadap Kelompok Kriminal Bersenjata ( KKB) di wilayah Nduga Papua.

“Beberapa hari ini kami fokus evakuasi terhadap korban yang selamat dan yang meninggal dunia, hingga tadi kami kembalikan jenazahnya ke kampung halaman mereka masing-masing.Rencananya besok Kapolda dan Pangdam dari Timika akan bertolak kembali ke Wamena, Kabupaten Jayawijaya bersama tim,” ungkap Kabid Humas Polda Papua Kombes Ahmad Mustofa Kamal, Jumat (7/12/2018) malam.

Baca Juga:

Mengungkap Sosok Artis Muda FYN, Teman Kencan Tubagus Chaeri Wardana di Hotel, Kerap Main di FTV

Peringati Hari Anti Korupsi, Wabup Mashuri dan Kajari Haryono, Hentikan Mobil yang Melintas

Realisasi Pajak Kota Jambi Belum Capai Target, Ini Dia Kesulitan Penagih PBB

Kamal menjelaskan, beberapa hari ini semua pihak fokus terhadap proses evakuasi terhadap para korban yang ditemukan di lokasi kejadian.

“Mulai besok kami akan fokus mencari sisa korban lainnya. Namun, kami juga akan melalukan pengejaran terhadap para kelompok KKB, untuk meminta pertanggungjawaban atas perbuatan mereka,” katanya.

Kapolda dan Pangdam, lanjut Kamal, mulai besok akan kembali ke Wamena, Kabupaten Jayawijaya untuk memimpin secara langsung pengejaran terhadap para pelaku.

Bahkan, kedua pimpinan aparat penegak hukum itu akan bertolak ke lokasi kejadian.

“Rencananya Kapolda dan Pangdam akan bertolak ke Nduga, untuk memimpin secara langsung pengejaran terhadap para pelaku pelaku. Di sini TNI hanya memback up aparat kepolisian, yang melalukan penegakan hukum,” ujarnya.

Sampai sejauh ini, ungkap Kamal, personel Polri dan TNI masih menguasai wilayah Nduga khususnya Puncak Kabo dan Distrik Mbua, lokasi para karyawan PT Istaka Karya dibunuh.

“Personel kami sampai sejauh ini terus berupaya mengejar mereka.

Hanya karena kondisi medan lebih dikuasai oleh para kelompok ini, membuat kami mendapat kendala untuk menangkap mereka,” pungkasnya. (tribunnews/bbc indonesia/kompas.com)

IKUTI KAMI DI INSTAGRAM:

NONTON JUGA VIDEO TERBARU KAMI DI YOUTUBE:

Sumber: Tribun Batam
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved