Kesehatan

WASPADA! Risiko 'Tewas Mendadak' Saat Berolahraga. Kenali Sebab dan Antisipasinya

Akhir-akhir ini, terpantau semakin banyak masyarakat khususnya generasi muda mulai gemar melakukan aktivitas berekreasi dan

Penulis: Fifi Suryani | Editor: Fifi Suryani
Bersepeda atau Berlari, Manakah yang Anda Pilih? 

TRIBUNJAMBI.COM - Akhir-akhir ini, terpantau semakin banyak masyarakat khususnya generasi muda mulai gemar melakukan aktivitas berekreasi dan berolahraga untuk menjalani gaya hidup yang lebih sehat dan aktif.

Aktivitas ini, biasanya dilakukan pada penghujung Minggu, ada yang memilih joging di taman, mengunjungi tempat gym, bersepeda maupun memilih olahraga berat yang menantang adrenalin mereka, seperti arung jeram di sungai bearus deras dan mendaki gunung untuk tetap fit.

Baca: Pergantian Antar Waktu DPRD Kerinci - Resmi Gantikan Arsal, Yustiar Sempat Gugup Saat Dilantik

Kecenderungan minat dalam aktivitas mengeluarkan keringat ini jika dilihat dari satu sisi sebenarnya sangat positif. Belum lagi, sebelum ini kita sering kali khawatir dengan peningkatan statistik penderita obesitas pada kalangan generasi muda.

Akan tetapi, tahukah Anda bahawa aktivitas fisik yang bersinonim dengan 'gaya hidup sehat' ini juga sebenarnya sangat berisiko mengancam nyawa seseorang tanpa disadari?

"Tingkat kesadaran masyarakat untuk aktif berekreasi dan berolahraga sangat bagus, tetapi adakah mereka melakukan dalam keadaan sehat, Lebih parah lagi, jika dia sudah lama tidak berolahraga.

"Ini sangat bahaya. Mungkin dia dalam keadaan letik ketika melakukan aktivitas fisik, tetapi tetap memaksakan diri sekaligus mengeksplor kepada risiko 'tewas mendadak', kata Ketua Jabatan dan Pakar Perunding Kanan Pembedahan Kardiothorasik, Institut Jantung Negara (IJN), Datuk Seri Dr Jeffrey Jeswant Dillon kepada Bernama.

Tewas mendadak

Faktanya, tewas mendadak ketika melakukan aktivitas fisik bukanlah hal baru. Malah sudah beberapa kasus terkait dengannya dilaporkan di media sekaligus permasalahan ini menjadi perhatian serius dan tidak dipandang remeh.

Baca: Pilkada Kerinci - Kampanye Monadi di Siulak, Programkan Pembangunan Jalan Hingga Bukit Tengah

Baca: Ikut Orangtua Memancing, Bocah 5 Tahun di Desa Sungai Nilau Tenggelam

Misalnya pada awal Maret lalu, seorang guru lelaki berusia 39 tahun dilaporkan tewas ketika bermain badminton di Dewan Gerakan Masyarakat Teluk Kumbar, Balik Pulau akibat serangan jantung.

Masih di bulan yang sama, keinginan seorang remaja pria berusia 18 tahun yang ingin melanjutkan pendidikan ke Sijil Tinggi Persekolahan Malaysia (STPM) tidak kesampaian, karena ia dinyatakan meninggal dunia ketika bermain futsal di Taman Cahaya, Sabak Bernam.

Pada tahun 2017, lelaki berusia 49 tahun jatuh dan tidak sadarkan diri ketika bermain futsal sebelum dinyatakan meninggal dunia di gelanggang futsal di Seksyen 15, Bandar Baru Bangi.

Begitu juga pada tahun 2016, seorang lelaki berusia 33 tahun tiba-tiba jatuh dan meninggal dunia akibat sesak nafas setelah bermain futsal bersama rekan-rekannya di Subang Jaya.

Ini sebagian kasus korban yang tewas mendadak dan apa yang dikhawatirkan adalah kebanyakan mereka masih muda dan berusia di bawah 50 tahun.

Baca: Seloroh Supriyono Sebut Saipudin Amatir Karena Kasus OTT

Baca: Perda Batu Bara Pernah Ada, Namun Pelaksanaan Belum Terealisasi

Baca: Banyak Kepala Sekolah di Bungo Diganti

Kematian ini, sekaligus membuktikan bahwa usia muda bukanlah jaminan seseorang itu selamat dari risiko tewas mendadak ketika melakukan aktivitas berolahraga.

Ikut kawan

Sebagai ulasan lebih lanjut, Dr Jeffrey mengatakan, penyebab utama tewas mendadak di kalangan masyarakat usia muda yang berolahraga disebabkan serangan jantung akibat penyumbatan saluran darah di jantung koroner.

"Keadaan ini dapat diketahui dari pemeriksaan dokter dan pemeriksaan jantung yang teliti sebelum mulai berolahraga untuk mencegah kematian di gelanggang olahraga.

"Meskipun begitu, kebanyakan masyarakat mengabaikan pemeriksaan kesehatan, padahal sebaiknya ia mengetahui status kesehatannya sebelum berolahraga. Ini disebabkan, bukan semua aktivitas fisik yang sesuai dengan kita.

"Ada sebagiannya yang ikut-ikutan kawan. Ketika kawan pergi berlari marathon, kita pun ingin ikut juga, jika dia mendaki bukit, kita pun ingin juga. Tetapi, kita tidak memeriksa kesehatan dan tidak tahu tahap mana atau sejauh mana kemampuan diri.

Baca: Banjir Mulai Surut, Korban Banjir dan Longsor di Sungai Penuh Berharap Bantuan

Baca: GALERI FOTO: Alam Jangkat Nan Eksotis. Dari Air Terjun, Danau Biru Hingga Hamparan Sawah. . .

Baca: Disperindag Tanjabtim Akan Bangun Rumah Industri di Desa Lambur Satu

Baca: Desa Terisolir di Tanjabtim Dapat Dana Desa Lebih Besar

"Pengalaman saya aktif berolahraga sepeda sejak lima tahun terakhir mendapati ada beberapa rekan mengadu sakit di dada jika berolahraga. Ketika saya tanyam adakah mereka memeriksa kesehatan terlebih dahulu, banyak mengatakan tidak," katanya.

Tren pada kebanyakan orang yang ingin mengikuti olahraga ekstrem atau yang memerlukan daya ketahanan, kebugaran fisik tinggi seperti lari marathon, bersepeda, bisa membahayakan sekiranya ia mengalami kelainan jantung yang tidak diketahui terlebih dahulu.

Meskipun begitu, permasalahan ini tidak hanya terjadi pada kalangan yang baru terbiasa berolahraga, bahkan pada golongan yang sudah aktif juga tidak terkecuali. Malah, sudah beberapa atlet lokal maupun internasional yang masih muda meninggal dunia secara mendadak ketika beraksi di lapangan.

Saya aktif

Pada September tahun lalu, Pelatih Sepakbola Remaja, Majlis Sukan Negeri Kelantan berusia 48 tahun, jatuh secara mendadak saat melatih klinik bola sepak Rexcoco di lapangan Sekolah Menengah Sains Gua Musang, sebelum meninggal dunia di Rumah Sakit Gua Musang.

Desember 2007, Kapten klub bolasepak Scotland, Motherwell, Phil O'Donnell, 35, juga jatuh setelah jantungnya gagal berfungsi, saat melawan Dundee United.

O'Donnel sempat dirawat paramedis sebelum dibawa ke rumah sakit. Namun, ia dinyatakan meninggal dunia tidak lama setelah itu.

"Masih ada yang menganggap, orang yang aktif berolahraga tidak akan diserang penyakit. Tetapi faktanya adalah sebaliknya. Kebanyakan atlet atau olahragawan berusia muda yang tewas mendadak di gelanggang olahraga disebabkan kelainan jantung, otot jantung bengkak dan menghalangi aliran darah keluar dari jantung.

"Biasanya penderita yang terlahir dalam keadaan ini (kongenital) ada kaitan genetik. Bisa menyebabkan tewas mendadak saat beraktivitas olahraga ekstrem akibat otot jantung yang bengkak menutup jalan keluar aliran darah dari jantung.

"Karena itu, amat penting pemeriksaan kesehatan. Misalnya, seseorang atlet akan tahu status kesehatan mereka sebelum bertanding, serta mengetahui kapasitas untuk meningkatkan lagi tahap kebugaran mereka atau sebaliknya," kata Dr Jeffrey.

Pemeriksaan kesehatan secara berkala berlaku pada , golongan yang aktif berolahraga maupun yang baru mencoba aktivitas fisik dapat menghindari berbagai risiko kesehatan yang tidak diduga ketika berolahraga

"Setiap lelaki berusia lebih 40 tahun dan wanita yang berusia lebih 45 tahun wajib melakukan pemeriksaan kesehatan. Ini disebabkan, wanita menopaus terkena risiko sakit jantung disebabkan hormon estrogen dan progesterone yang melindungi mereka sebelumnya,sudah berakhir.

"Lelaki pada peringkat umur 40 tahun turut berisiko sakit jantung, terutamanya mereka yang terindtifikasi darah tinggi, kencing manis, kolesterol tinggi, perokok dan faktor genetik," katanya.

Sumber: Bernama

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved